Om Swastyastu,
Pendahuluan
Ketika pertama kali mendengar nama Paguyuban Majapahid terdapat beragam tafsir dan reaksi. Ada yang beranggapan ini adalah perkumpulan orang-orang Majapahit atau keturunan keluarga Majapahit, dll. Reaksi yang muncul pun beragam. Ada yang gemetar, ada yang termangu dan ada yang tak bereaksi. Paguyuban ini menggunakan nama “Majapahid” tidak sembarang menamai suatu nama seseorang atau suatu tempat.
Paguyuban Majapahid merupakan singkatan dari Manunggal Jawa Dwipa Hindu Dharma, pengucapan Majapahid sering pendengaran terkecoh oleh laval “D” yang terkesan “T” sehingga terkesan pada kebesaran Hindu dimasa lampau yaitu Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Proses Terjadinya Ide Pembentukan Paguyuban Majapahid
“Paguyuban Majaphid terbentuk dari rasa Kangen, Keterasingan dan gemes sama orang Bali”
Waktu itu tahun 1995. Sebagai umat Hindu saya berkeinginan untuk ikut sembahyang ke Pura pada hari Saraswati dan piodalan Pura Adhitya Jaya Rawamangun Jakarta Timur. Dengan semangatnya saya masuk pura dengan berpakaian adat jawa, berpuluh pasang mata menatap heran dan rasa curiga. Betapa kagetnya setelah selesai sembahyang beberapa orang pemuda di luar pintu dengan nada ketus menyapa “mas kok masuk sini?, ngapain? Ini kan tempat sembahyang orang Hindu!”. Saya bertanya dalam hati apakah saya tidak boleh sembahyang di pura? Atau karena saya orang Jawa bukan orang Bali? Atau mereka tidak tahu bahwa orang Jawa banyak yang beragama Hindu?
Memang setiap kali saya sembahyang ke pura tidak saya temukan orang yang berpakain ala Jawa jadi saya merasa kesepian dan terasing. Setelah kejadian itu saya berpikir keras bagaimana menemukan teman jawa pada saat persembahyangan di Pura. Saya semakin berani berpakaian Jawa dan mencoba memberanikan diri ngayah kidung jawa. Dengan modal nekat suara yang pas-pasan akhirnya usahaku berhasil. Satu persatu umat Hindu Jawa memperkenalkan diri “mas dari Jawa ya? Saya juga!” sambil memperkenalkan diri ternyata benar namanya mas Joko Purwanto berasal dari Klaten yang waktu itu mas Joko berpakaian ala orang Bali. Dari perkenalan itu kita berkomunikasi, ternyata umat Hindu Jawa banyak yang tinggal di Jakarta hanya saja mereka masih malu untuk menampakkan diri.
Caraku mencari dan mengumpulkan sedulur Jawa membuahkan hasil hingga tahun 1997 sejumlah kaum muda Hindu dari Jawa berinisiatif untuk menghimpun rekan-rekannya sesama etnis Jawa Se-Jabotabek ke dalam suatu organisasi independen namun masih dibawah naungan Parisada Hindu Dharma Indonesia. Berbekal semangat itu bersepakat membentuk panitia pelaksana “Dharma Sabha” dengan tim sembilannya yaitu Toto Susilo, Joko Purwanto, Sugiyanto, Hari Suciono, Gandung Suhadi, Budiana Setiawan, Surono, Setiawan dan Karnadi mengadakan rapat di kantor Parisada Pusat - Slipi Jakarta Barat menentukan nama, tanggal, tempat, pendanaan dan teknis pelaksanaan Dharma Sabha.
Setelah hening sejenak untuk memusatkan pikiran munculah gagasan :
1. Oraganisasi dalam bentuk Paguyuban
2. Paguyuban adalah tempat berkumpulnya umat Hindu etnis Jawa atau umat yang simpatik oleh keluhuran jawa yang adiluhung.
3. Paguyuban sebagai wadah kiparah umat Jawa dari berbagai wilayah maka kata Manunggal harus ada sehingga terbentuk Manunggal Jawa Hindu Dharma.
4. Setelah mendengan masukan dari tim sembilan semua berharap Paguyuban ini memiliki pamor dan kharisma bagaikan kejayaan Hindu masa lampau, sehingga turunlah istilah MAJAPAHID, yang kemudian untuk menyelaraskan ditambah “Dwipa” sehingga disepakati dengan nama Paguyuban Manunggal Jawa Dwipa Hindu Dharma.Paguyuban Majapahid bersifat keguyuban/kekeluargaan dan kegotong royongan umat Hindu perantauan dari Jawa atau keturunan Jawa dan generasi muda pada umumnya.
Berkat dukungan pengurus Parisada Pusat waktu itu Bapak Ida Bagus Putra (alm) masih menjabat Sekretaris Jenderal, Bapak Drs. I Wayan Suarjaya (waktu itu menjabat Sekretaris Jenderal Bimas Hindu dan Budha Depag RI), Pembimas Hindu DKI Jaya Bapak Drs. I Gde Rudia Adiputra, Ketua Parisada DKI, Ketua Suka Duka DKI, Para Ketua Banjar se DKI Jakarta, para sesepuh Hindu Jawa Bapak Adi Soeripto, BA, Bapak Ari Santoso, serta dukungan rekan-rekan umat Hindu Jawa semuanya Dharma Sabha dapat dilaksanakan pada Hari Minggu Kliwon, Tolu, Saka 1919, tanggal 1 Maret 1998 di Wantilan Pura Adhitya Jaya Rawamangun Jakarta Timur.
Dari musyawarah itu menghasilkan Pedoman Tata Kerja, Program Kerja dan Pengurus Paguyuban Majapahid Jakarta yang pertama.
VISI
Panca Sradha adalah keyakinan, yadnya sebagai praktek, Dharma dan Tat Twam Asi adalah rasa cinta kasih dalam suasana harmonis.
MISI
Pustaka Suci, Sastra, Seni dan Budaya sebagai alat tuntunan mendasar dan keinginan penuh tanggung jawab untuk membina umat serta mewujudkan Guyub Rukun, Gotong Royong, Toto titi tentrem Kerta Raharja.
Sedangkan Program Kerja meliputi :
1. Dharma Tula : seminar dan diskusi
2. Dharma Artha : sumbangan sosial/pembangunan pura di Jawa
3. Dharma Widya : pendidikan anggota dan anak asuh
4. Dharma Gita : pembelajaran dan penampilan kidung jawa
5. Dharma Wacana : pembelajaran menjadi pembicara
6. Dharma Duta : sumber informasi keumatan
7. Dharma Yadnya : melaksanakan upakara dan upacara tradisi Jawa
8. Dharma Santi : Sima krama ritual Nyepi
9. Tirtha Yatra : kunjungan ke tempat suci
10. Budaya Jawa : tradisi seni tari dan pakaian Jawa
Disamping itu anggota Majapahid berusaha mempertebal percaya diri dengan membiasakan diri “berani tampil beda” dengan berpakaian adat Jawa, membuat sesaji ala Jawa, dan berani menampilkan kidung Jawa serta Tari Jawa pada saat persembahyang piodalan di Pura.
Kesempatan pertama kepengurusan periode tahun 1998-2001 dipercayakan kepada : Toto Susilo sebagai Ketua, Budiana Setiawan sebagai Wakil Ketua I Bid. Dharma Wisesa, Setiawan sebagai Wakil Ketua II Bid. Dharma Artha dan Yadnya, Karnadi sebagai Wakil Ketua III Bid. Dharma Budhaya, Lilik Yuliani sebagai Ketua IV Bid. Dharma Widya, sedangkan Sugiyanto sebagai Sekretris, Hari Suciono sebagai Wakil Sekretaris I, Haryanti sebagai Wakil Sekretris II, Endang Sri Lestari sebagai Bendahara, Jatmo Jati Pitutur sebagai Wakil Bendahara I dan Sri Sulasmi sebagai Wakil Bendahara II. Untuk menjalankan tugasnya pengurus dibantu seksi-seksi.
PROGRAM KERJA
Menghimpun keanggotaan :Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menghimpun kaum muda Hindu yang berasal dari Jawa dalam perjalanan waktunya keanggotaan Paguyban Majapahid sebanyak kurang lebih 200 orang dari etnis Jawa dan sebagian kecil dari kaum muda Hindu yang berasal dari Bali, India dan Cina yang menaruh simpati pada perkembangan umat Hindu Jawa.
Seni Budaya : Pada kepengurusan pertama ini menggunakan seni budaya sebagai alat promosi kepada umat lainnya hingga pernah melakukan siaran TVRI untuk perayaan Nyepi.
Dharma Artha : Paguyuban Majapahid semakin dewasa berkat bantuan dan perjuangan yang gigih mas Yanto Jaya, SH pada tanggal 4 Maret 2001 telah berdiri Yayasan Manunggal Jawa Dwipa Hindu Dharma atau disebut Yayasan Majapahid.
Walau dalam kepengurusan ini yayasan belum bekerja maksimal namun ini merupakan awal dari kemajuan Paguyuban Majapahid.
Program Kerja secara keseluruhan dapat dilaksanakan dengan baik namun karena keterbatasan dana maka intensifitasnya terbatas.
PELINDUNG:
1. PHDI DKI Jakarta
2. Pembimas Hindu DKI Jakarta
PENASEHAT:
1. Romo Broto Pujo Sejati
2. Dwijo
3. Sdi Suripto
4. Ari Santosa
5. Gatot Haryanto
6. Suroso
7. Tri handoko Seto
8. Yanto Jaya
9. Toto Susilo
10. Mursito
11. Budi Waluyo
KETUA:
Eko Priyanto S Ag
WAKIL KETUA I
1. Pardiyo
anggota:
1. Eko Prasetyo S Ag
2. Nanang Suhadi
WAKIL KETUA II
1. THUKUL
Anggota:
- Mulyadi S Ag
- Yektimean
- Daryono
- Kadi Suwarno
WAKIL KETUA III
Mujiyanto
anggota:
1. Sumadi
2. Surono
WAKIL KETUA IV
Agus Parmanta
anggota:
1. Triyana
SEKRETARIS
1. Paryono
WAKIL SEKTRETARIS:
1. Lesmi
2. Deni
BENDAHARA
Supartini S Ag
Wakil Bendahara:
1. Paini
2. Efi Dianti
16 komentar:
Om Swastiastu, semoga Ida Sang Hyang Widhi Waca, Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua, Om Santhi Santhi Santhi Om
Om Swastyastu, Terima Kasih Atas doanya.
Tak pikir hanya bali yang hindu... :)
ternyata hindu milik kita semua
saya ikutan dong, tambah teman - tambah pengetahuan. salam sejahtera untuk semua
Teguh Utama
Hindu tak terlepas dari adat dan budaya setempat, itulah uniknya hindu, Hindu Bukan Bali, Bali
Apa ada jadwal pertemuan mis: bulanan dsb? Apakah ada sub kegiatan di daerah jaksel bogor depok atau lainnya. Ingin ikut bergabung.matur nuwun.
osa..
perkenalkan nma saya,widi purwoko dari bnyuwangi,saya ingin memperkenalkan pura yng pada jaman majapahit pernah menjadi persinggahan prabu brawijya pada wktu dikejar sunan,
namun pura ini tidak pernah bnyak orang yng tau..saya ingin minta solusi kepada paguyuban,untuk membantu secara pikiran maupun materi...untuk memajukan umat yang ada dipura ini.
keanekaragaman adalah keseragaman kita,hindu universal,lokal genius( adat lokal)sangat diharagai,,bangkitlah hindu di nusantara
Semoga Ida Shang Hyang Widhi Wasa selalu memberi tuntunan dan jalan bagi kita semua untuk berjalan di jalan yg benar.
Hindhu milik siapa saja yg meyakininya, sy sgt berharap bs brtemu org Hindhu selain org Bali.
Apabila umat Hindhu di tanah jawa memerlukan bantuan umat Hindhu di Bali, smg sy bs membantu :)
wah saya yg dari bali baru tau tentang organisasi ini. Selamat yah Bapak dan Ibu sekalian, semoga rahajeng selalu dan bisa membawa pencerahan bagi kita semua :)
rahayu
made
Sarwa Hayu I Kang Ketemwan, Semoga Diberkati atas usaha yang sangat mulya dari paguyuban Majapahid.
Rahayu.....
smoga hyang siwa selalu memberi tuntunan kepada kita sedharma tuk selalu ajeg menjadi hindu
Telah terbit buku :Serat Sukci BEGAWAD GITA Kidung Sukma Rerepening Para Jawata- Wiraosipun Sri Kresna Kaliyan Raden Harjuna. Oleh Romo Ida Sri Bhagawan Nabe Panembahan Jawi, 221 hlmn, kertas 80 gram, Diterbitkan oleh Griya Agung Manuaba Panembahan Jawi, Ubud-Bali dan Yayasan Daya Putih. Info : Hub: dayaputih@hotmail.com
Mungkin perlu Dharma Yatra ke Bali dan/atau mengisi acara di Pesta Seni Tahunan di Denpasar. Juga memandu teman Bali yang Tirta yatra ke pulau Jawa.
Om swastiastu sjahtra umat hindu jawa di manapun brada.
Aum Swasti Astu.
Kami umad Hindu di kec. Sambirejo Sragen Jawa Tengah. Sedang membangun pura Puspita raga. Sudilah kiranya Paguyuban Majapahit berdonasi. Untuk kelanjutan pembangunan.
Posting Komentar