tag:blogger.com,1999:blog-46889123319788764232024-02-19T04:04:45.465-08:00 PAGUYUBAN MAJAPAHID Manunggal Jawa Dwipa Hindu DharmaPaguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.comBlogger57125tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-40055116518972099322013-01-10T00:53:00.003-08:002013-01-10T00:54:44.834-08:00RENUNGAN SIWARATRI<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRTwIFoyP4tZPXgSOQ0VYp3Cqo9XxBUEHji8doC2v1oO_CgjyQjHOpwvD3rIC878ExhwAlHfBpGo8O3PdGMaWCqC0NxhRut1By-ogWPp6piQTbNmzdAbBknT3akHuPrvCEoAo48dq3ntNC/s1600/siwa+lord.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRTwIFoyP4tZPXgSOQ0VYp3Cqo9XxBUEHji8doC2v1oO_CgjyQjHOpwvD3rIC878ExhwAlHfBpGo8O3PdGMaWCqC0NxhRut1By-ogWPp6piQTbNmzdAbBknT3akHuPrvCEoAo48dq3ntNC/s1600/siwa+lord.jpg" /></a><span style="font-size: 13.5pt;"><b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Renungan
Siwaratri: <o:p></o:p></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 11.25pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #666666; font-size: 12pt;">Umat Hindu di Indonesia pada tanggal 10 Januari 2013 merayakan Siwaratri/Siwalatri. Satu malam yang dianggap sakral. Siwaratri adalah malam
“Peleburan Dosa” atau yang umum di sebut Siwa Latri, konon katanya apabila kita
bisa melewati satu malam dengan melakuan japa, puasa, atau semedi dengan
mengingat Tuhan dalam konsentrasi terus menerus segala dosa kita akan terhapus.</span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 11.25pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #666666; font-size: 12pt;">kemudia timbul pertanyaan
dalam hati, segampang itukah manusia menebus dosa hanya satu malam langsung
Tuhan mengampuni segala dosa dan sumpah serapah kita?</span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 11.25pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #666666; font-size: 12pt;">Sebagai anak kecil
waktu itu kita membutuhkan jawaban yang pasti, namun, kepada siapa kita
bertanya, bahkan semua menjawab “anak mule keto cening”. Begitukah memang atau
mungkin juga tidak tahu, kitapun terpaku dalam ketidak pastian.</span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #666666; font-size: 12pt;">Dalam Siwalatri
Kalpa juga dijelaskan hampir mirip dengan cerita bapak </span><span style="color: #666666;">kita</span><span style="color: #666666; font-size: 12pt;">, sehingga </span><span style="color: #666666;">kita</span><span style="color: #666666; font-size: 12pt;"> melakukan bakti
Siwalatri dengan teramat buta, tidak tahu kebenaran serta filosofinya. Bahkan
sekarang juga saat ini, </span><span style="color: #666666;">kita</span><span style="color: #666666; font-size: 12pt;"> mengamati sepasang muda-mudi
melaksanakan pebrataan Siwalatri di bawah rindangnya pohon bakau berduri di
pesisir pantai Karangasem, entah…apa yang di lakukan? Malam Siwalatri berubah
menjadi malam kenikmatan yang penuh dengan desahan<br />
nafas serta rintihan nikmat.</span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 13.5pt;"><b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada suatu hari Siwa
sedang bercakap-cakap dengan Sakti-Nya, Dewi Parwati, dalam percakapan itu
bertanyalah Parwati kepada Siwa “wahai Kanda semua para dewa amat hormat
kepada-<o:p></o:p></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 13.5pt;"><b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mu, begitu juga banyak
pula pengikut Kanda yang sangat hormat serta sujud di kaki-Mu, tapi kenapa
kanda tidak adil terhadap mereka?”, tanya Sang Parwati cemas. “Dinda ketahuilah
diantara sekian banyak pengikut-Ku tidak ada yang tahu tentang kebenaran
pelajaran yang Aku turunkan ke mereka, ada yang ingin hal duniawi, rohani, jnana,
kesaktian, serta banyak pula yang mereka inginkan selain itu.” Parwati lanjut
bertanya: “Lalu bagaimanakah caranya agar semua pengikut kanda bisa berada
dalam rangkulan-Mu serta bersatu dengan-Mu”, selidik Parwati. “Dengarkanlah
dinda (Dewi Parwati), barang siapapun dari pengikut-Ku yang setiap tengah
malam, selalu berdoa serta berserah diri kepada-Ku, pada saat malam-Ku tiba
(Siwa latri) Aku akan memberikan pencerahan kepadanya (bukan menghapus dosa)
apabila mereka tercerahkan dan sadar bahwa setiap benda, mahkluk yang bergerak
ataupun yang tidak, pohon semuanya yang ada di tujuh dunia ini adalah
ciptaanku, tidak seorangpun yang mampu memiliki secara abadi, dan apabila
mereka selalu mengatasnamakan diri-Ku ketika berbuat (membunuh bagi
prajurit, jagal, nelayan, dsb) pada saat itulah mereka terbebas dari semua
dosa, pahala dan keragu-raguan. Sangat bodolah para pengikut-Ku apabila dia
menginginkan pencerahan tanpa usaha yang keras serta tanpa penyerahan diri
total, apalagi hanya satu malam, mereka tidak akan mendapatkan pencerahan
hanya dengan satu malam, maka Akupun akan memberikan kegelapan pada pikiranya.
Pada saat malam-Ku (Siwalatri) Aku memberikan pencerahan dan kegelapan itulah
sifat-Ku dari dulu, sekarang, dan nanti. Mereka semua adalah berasal dari
tubuh-Ku dan semua harus kembali ke tubuh-Ku.” Dari cerita di atas kita bisa
ambil dua makna yaitu pencerahan, bukan peleburan dosa dan untuk mendapatkan
pencerahan tersebut kita membutuhkan kerja keras melalui sadhana ( disiplin
spiritual) terus menerus setiap malam bukan satu malam saja. Mudah-mudahan
cerita di atas bisa di jadikan renungan pada malam siwa latri, serta
malam-malam berikutnya sebab setiap malam adalah malamnya siwa, namun dari
sekian malam ada satu malam puncak yaitu sehari sebelum tilem sasih kepitu,
(11-01-2013).<o:p></o:p></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-23709296881141841462013-01-09T22:03:00.001-08:002013-01-09T22:03:45.475-08:00SEJARAH WAYANG BEBER, DAN WAYANG BEBER DI MALAM SASTRA SARASWATI, PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN<br />
<div class="UFICommentContent" id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0]" style="background-color: #f1f2f6; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14px; text-align: left;">
<span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][1]"> </span><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0]"><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0].[0]">Sejarah Wayang Beber: Awal mula pewayangan adalah Wayang Watu (batu) pada abad ke 9, atau wayang yang terukir pada dinding relief candi-candi, kemudian berkembang menjadi wayang rontal. Hal ini terdapat pada Serat Sastramiruda tertulis Sengkalan Gamba</span></span><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[0]">ring Wayang Wolu, yang berarti 861 Saka atau 939 Masehi.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[1]" /><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[2]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[3]">Kemudian asal-usul Wayang Beber dimulai sejak zaman Kerajaan Jenggala pada tahun 1223 M, walaupun bentuknya semula masih belum sempurna seperti wayang beber, tetapi pada masa Jenggala dimulai adanya perkembangan Wayang Beber. Bentuk Wayang Beber masih berupa gambar-gambar pada daun siwalan atau rontal atau lontar.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[4]" /><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[5]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[6]">Kemudian ketika Raja Prabu Suryahamiluhur menjadi Raja Jenggala dan memindahkan keraton ke Pajajaran di Jawa Barat, dia membuat kontribusi besar untuk perkembangan cerita Wayang Purwa yang di goreskan pada kertas yang terbuat dari kulit kayu. Disinilah awal dari pemakaian kertas untuk Wayang Beber pada tahun 1244 M. Kertas itu berwarna agak kekuningan dan disebut dlancang gedog. Gambar-gambar diatas kertas tersebut dapat dibuat lebih besar dan lebih jelas juga ditambahkan ornament-ornamen, tetapi gambar-gambar tersebut masih dilukiskan dengan warna hitam dan putih.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[7]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[8]">Pada masa Majapahit, ketika Jaka Susuruh menjadi raja Majapahit di Jawa Timur pada tahun 1316 M, gulungan kertas wayang tersebut disetiap ujungnya diberikan tongkat kayu panjang yang digunakan untuk menggulung cerita atau memperlihatkan cerita selanjutnya. Tongkat kayu tersebut dapat dipegangi dengan tangan selama penceritaan atau pun dimasukkan kedalam lubang yang disiapkan di kotak kayu tersebut. Saat itu orang-orang mulai menyebutnya sebagi wayang beber (beber yang berarti membentangkan dan juga menyingkap atau menjelaskan), yang hingga saat ini menjadi nama untuk jenis wayang beber.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[9]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[10]">Ketika pemerintahan Raja Brawijaya V (sekitar tahun 1378 M), sang raja memerintahkan anaknya yang ke tujuh, Raden Sungging Prabangkara untuk belajar wayang dan juga untuk menciptakan Wayang Beber Purwa yang baru. Bentuk yang baru tersebut menggunakan beberapa macam warna, tidak seperti aslinya yang hanya berwarna hitam dan putih. Dalam pelukisannya dapat dengan jelas membedakan antara raja dengan para punggawa. Raja Brawijaya juga memerintahkan anaknya untuk membuat tiga set cerita yang terpisah, sebuah cerita ‘Panji di Jenggala’, cerita ‘Jaka Karebet di Majapahit’ dan satu lagi cerita ‘Damarwulan’. Gambar yang terlukis dalam gulungan wayang beber itu bentuk wayangnya masih sama seperti yang terlihat pada wayang beber di Bali pada saat ini.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[11]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[12]">Pada masa Kerajaan Demak tahun 1518 M, ketika itu mulai timbul kerajaan Islam di Jawa dan mulai terjadi perubahan yang menentukan perkembangan wayang beber di masa selanjutnya. Gambar-gambar yang ada di dalam wayang beber masih melukiskan karakter dengan bentuk asli tubuh manusia. Hal tersebut dilarang dalam hukum fikih didalam Islam. Lalu utusan-utusan Islam dan juga para Wali membicarakan tentang cara terbaik untuk memodifikasi bentuk wayang tersebut, karena di lain pihak wayang tersebut dapat terus berlanjut dan dikembangkan, juga bisa menjadi sarana untuk menyebarkan agama Islam. Pada saat-saat itu pula Sunan Ratu Tunggul mengembangkan cerita Panji untuk wayang gedog. Pembaharuan bentuk wayang yang diprakarsai oleh para Wali, yaitu dengan melakukan stilisasi atau distorsi sehingga bentuk wayang yang semula realistis menjadi simbolik. Proporsi tubuh dan wajah wayang, tidak lagi menurut anatomi tubuh dan wajah manusia sewajarnya. Bentuk-bentuk simbolik pewayangan yang tercipta pada zaman Kesultanan Demak itulah yang menjadi model pertama (prototype) bentuk-bentuk simbolik pewayangan masa kini.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[13]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[14]">Ketika masa Kerajaan Kartasura tahun 1690 M, di bawah pemerintahan Mangkurat II di Kartasura, gambar Wayang Beber diciptakan kembali dengan lakon Joko Kembang Kuning. Cerita itu mencapai enam gulungan kertas dan pembuatannya selesai pada tahun 1692 M. Selain itu pada masa Raja Pakubuwana II di Kartasura, juga dibuat wayang beber dengan siklus panji dengan lakon Jaka Kembang kuning dan juga Remeng Mangunjaya yang selesai dibuat pada tahun 1735 M. Kemudian ketika masa pemerintahan Paku Buwana II, terdapat pemberontakan China dimana saat itu Keraton yang berada di Kartasura dapat dikuasai oleh musuh. Ketika dilakukan evakuasi, anggota kerajaan juga membawa semua benda-benda pusaka termasuk perlengkapan wayang beber Joko Kembang kuning. Sebagian dari wayang beber ini menghilang di daerah Gunungkidul, Wonosari dan sebagian lagi berada di desa Karangtalun, Pacitan yang hingga saat ini masih dipegang dari generasi ke generasi secara turun menurun.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[15]" /><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[16]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[17]">Seiring berjalannya waktu, perkembangan seni pertunjukan Wayang Beber tidak terhenti hanya terbatas pada pertunjukan dengan gaya tradisi lama. Berbagai pengembangan dilakukan untuk pertunjukan Wayang Beber, dari yang berbentuk alternatif hingga kontemporer. pergelaran Wayang Beber yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada 29 September 1997 di gedung Purna Budaya, Bulaksumur. Gawang kelir digunakan untuk membentangkan gulungan kain bergambar wayang beber memberikan perspektif baru secara visual pada bentuk pertunjukan Wayang Beber. Instrumen dan gendhing iringannya juga berbeda, karena menggunakan seperangkat gamelanageng berlaras pelog dan slendro seperti dalam pertunjukan Wayang Kulit ditambah dengan instrumen lain yaitu keyboard. Demikian pula tata lampunya juga sudah digarap sebagaimana kemasan seni pertunjukan di panggung. Tampil sebagai Dalang adalah Ki Edy Suwondo, mencoba untuk menghidupkan gambar wayang beber yang statis itu kedalam penceritaan.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[18]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[19]">Dalang Musyafiq juga melakukan pertunjukan Wayang Beber bentuk alternatif dengan cerita Wayang Beber dari Pacitan. Dalam pementasan Wayang Beber tersebut Musyafiq menggunakan tiga cara pementasan Wayang Beber sekaligus yaitu: cara Pacitan, Wonosari, serta cara Musyafiq sendiri. Pertunjukan itu adalah versi pementasan Wayang Beber yang di buat sendiri oleh Musyafiq. Dalam pementasan Wayang Beber tersebut, Musyafiq tidak mengikutsertakan alat musik gamelan seperti yang seharusnya ada dalam pementasan Wayang Beber seperti kendang, rebab, demong, kempul danparon. Musafiq menggunakan alat musik modern berupa keyboard dan dua penyanyi sebagai sindendan penyanyi latar. Menurut Musafiq, penggunaan alat modern tersebut dalam rangka penyesuaian dengan keadaaan dan situasi masa kini. Keyboard yang digunakan Musafiq untuk memainkan musik campursari populer.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[20]" /><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[21]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[22]">Kemudian pertunjukan Wayang Beber Kontemporer diawali oleh Wayang Beber Kota yang digagas oleh Dani Iswardana tersebut terjadi pada 14 Februari tahun 2005 dan pentas pertama kali di balai Soedjatmoko kota Solo dalam acara Menggambar Perubahan Solo. Cerita yang dibawakan dalam pementasan tidak lagi menggunakan Panji itu sebagai sebuah narasi penceritaan, tapi hanya spirit Panji itu masih melekat dalam bentuk gambar dan penceritaannya. Karena pesan tentang Panji itu adalah hilangnya cinta kasih, lalu mencoba untuk bangkitkan hal itu melalui sebuah kesadaran kritik sosial. Seperti hilangnya pasar tradisi yang diganti dengan mal yang lebih kearah sosial. Cerita tersebut adalah hal tentang hilangnya cinta kasih itu yang diingatkan untuk di bangkitkan kembali.</span><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[23]" /><br id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[24]" /><span id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[25]">Bentuk lain pertunjukan Wayang Beber Kontemporer juga dilakukan oleh Komunitas Wayang Beber Metropolitan di Jakarta. Pengembangan yang dilakukan disesuaikan dengan kehidupan metropolitan di Jakarta yang menawarkan berbagai hiburan dan kesenian yang beragam bagi warganya. Komunitas ini mencoba untuk memunculkan fenomena metropolitan yang ada kedalam bentuk karya seni pertunjukan Wayang Beber Kontemporer dan mencoba untuk menjawab permasalahan isu-isu perkotaan tetapi dengan bentuk kesenian. Sumber:</span><a href="http://waybemetro.wordpress.com/" id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[26]" rel="nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;" target="_blank">http://waybemetro.wordpress.com</a></span></span></span></span><div id=".reactRoot[44].[1][2][1]{comment486262331420551_91980536}.0.[1].0.[1].0.[0].[3]">
<div class="mvm uiStreamAttachments" data-ft="{"type":10,"tn":"H"}" style="margin-bottom: 10px; margin-top: 10px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgomUMouBsQ7a3HNFX-PDZz8dt1O8yN5D3kPzwq38OjJiadrmj51DiOXg0RO21kcLUxosLt1d19qaATphOoIxoPLmKdqKPO0_pVxe-1YRqZX2HQbmJa1a2D5_CctZBZQRE2nevnH_obYlvA/s1600/Wayang+Beber+for+edit.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgomUMouBsQ7a3HNFX-PDZz8dt1O8yN5D3kPzwq38OjJiadrmj51DiOXg0RO21kcLUxosLt1d19qaATphOoIxoPLmKdqKPO0_pVxe-1YRqZX2HQbmJa1a2D5_CctZBZQRE2nevnH_obYlvA/s320/Wayang+Beber+for+edit.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="clearfix" style="zoom: 1;">
<a aria-hidden="true" class="external _8o _8t lfloat" data-ft="{"type":41,"tn":"E"}" href="http://waybemetro.wordpress.com/" rel="nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; display: block; float: left; margin-right: 10px; text-decoration: none;" tabindex="-1" target="_blank"><img alt="" class="img" src="https://fbexternal-a.akamaihd.net/safe_image.php?d=AQAoBgoEq2YBINtj&w=90&h=90&url=http%3A%2F%2Fwaybemetro.files.wordpress.com%2F2012%2F04%2Fpc260492.jpg%3Fw%3D300%26h%3D225" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: block; max-height: 90px; max-width: 90px;" /></a><div class="_8m " style="overflow-x: hidden; overflow-y: hidden;">
<div class="fsm fwn fcg" style="color: grey;">
<div class="uiAttachmentTitle" data-ft="{"type":11,"tn":"C"}" style="color: #333333; word-break: break-word; word-wrap: break-word;">
<strong><a href="http://waybemetro.wordpress.com/" rel="nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;" target="_blank">waybemetro</a></strong></div>
<span class="caption" data-ft="{"tn":"L"}">waybemetro.wordpress.com</span><div class="mts uiAttachmentDesc translationEligibleUserAttachmentMessage" data-ft="{"tn":"M"}" style="margin-top: 5px; word-break: break-word; word-wrap: break-word;">
Wayang Beber Metropolitan</div>
<div>
<br /></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-85046252939280159142012-11-13T22:41:00.002-08:002012-11-13T22:41:35.752-08:00MAKNA TEMBANG MACAPAT<div style="text-align: center;">
TRIWIKRAMA </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Triwikrama adalah tiga langkah “Dewa Wisnu” atau Atma Sejati (energi kehidupan) dalam melakukan proses penitisan. Awal mula kehidupan dimulai sejak roh manusia diciptakan Tuhan namun masih berada di alam <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">sunyaruri</em> yang <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">jenjem jinem</em>, dinamakan sebagai <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">zaman kertayuga</em></strong>, zaman serba adem tenteram dan selamat di dalam alam keabadian. Di sana roh belum terpolusi nafsu jasad dan duniawi, atau dengan kata lain digoda oleh “setan” (nafsu negatif). Dari alam keabadian selanjutnya roh manitis yang <strong>pertama</strong> kali yakni masuk ke dalam “air” sang bapa, dinamakanlah <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">zaman tirtayuga</em></strong>. Air kehidupan (<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">tirtamaya</em>) yang bersemayam di dalam <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">rahsa sejati</em></strong> sang bapa kemudian menitis ke dalam rahim <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">sang rena</em></strong> (ibu). Penitisan atau langkah <strong>kedua</strong> Dewa Wisnu ini berproses di dalam <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">zaman dwaparayuga</em></strong>. Sebagai zaman keanehan, karena asal mula wujud sukma adalah berbadan cahya lalu mengejawantah mewujud menjadi jasad manusia. Sang Bapa mengukir jiwa dan sang rena yang mengukir raga. Selama 9 bulan calon manusia berproses di dalam rahim sang rena dari wujud badan cahya menjadi badan raga. Itulah zaman keanehan atau <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dwaparayuga</em></strong>. Setelah 9 bulan lamanya sang Dewa Wisnu berada di dalam zaman <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dwaparayuga</em></strong>. Kemudian langkah Dewa Wisnu menitis yang terakhir kalinya, yakni lahir ke bumi menjadi manusia yang utuh dengan segenap jiwa dan raganya. Panitisan terakhir Dewa Wisnu ke dalam <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">zaman mercapadha</em></strong>. <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Merca</em> artinya panas atau rusak, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">padha</em>berarti papan atau tempat. <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mercapadha</em> adalah tempat yang panas dan mengalami kerusakan. Disebut juga sebagai Madyapada, madya itu tengah padha berarti tempat. Tempat yang berada di tengah-tengah, terhimpit di antara tempat-tempat gaib. Gaib sebelum kelahiran dan gaib setelah ajal.<strong></strong>
</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">KIDUNG PANGURIPAN</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“SAKA GURU”</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Nah, di zaman Madya atau <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mercapadha</em> ini manusia memiliki kecenderungan sifat-sifat yang negatif. Sebagai pembawaan unsur “setan”, setan tidak dipahami sebagai makhluk gaib gentayangan penggoda iman, melainkan sebagai kata <strong>kiasan dari nafsu negatif yang ada di dalam segumpal darah (kalbu)</strong>. Mercapadha merupakan perjalanan hidup PALING SINGKAT namun PALING BERAT dan SANGAT MENENTUKAN kemuliaan manusia dalam KEHIDUPAN SEBENARNYA yang sejati abadi azali. Para perintis bangsa di zaman dulu telah menggambarkan bagaimana keadaan manusia dalam berproses mengarungi kehidupan di dunia selangkah demi selangkah yang dirangkum dalam tembang <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">macapat</em></strong> (membaca sipat). Masing-masing tembang menggambarkan proses perkembangan manusia dari sejak lahir hingga mati. Ringkasnya, lirik nada yang digubah ke dalam berbagai bentuk tembang menceritakan sifat lahir, sifat hidup, dan sifat mati manusia sebagai sebuah perjalanan yang musti dilalui setiap insan. Penekanan ada pada sifat-sifat buruk manusia, agar supaya tembang tidak sekedar menjadi <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">iming-iming</em>, namun dapat menjadi <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">pepeling</em> dan <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">saka guru</em> untuk perjalanan hidup manusia. Berikut ini alurnya :</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1. MIJIL</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Mijil artinya lahir. Hasil dari olah jiwa dan raga laki-laki dan perempuan menghasilkan si jabang bayi. Setelah 9 bulan lamanya berada di rahim sang ibu, sudah menjadi kehendak Hyang Widhi si jabang bayi lahir ke bumi. Disambut tangisan membahana waktu pertama merasakan betapa tidak nyamannya berada di <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">alam mercapadha</em>. Sang bayi terlanjur enak hidup di zaman <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dwaparayuga</em>, namun harus<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">netepi titah Gusti</em> untuk lahir ke bumi. <strong>Sang bayi mengenal bahasa universal pertama kali dengan tangisan memilukan hati. Tangisan yang polos, tulus, dan alamiah bagaikan kekuatan getaran<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mantra</em> <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">tanpa tinulis</em>.</strong> Kini orang tua bergembira hati, setelah sembilan bulan lamanya menjaga sikap dan laku prihatin agar <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">sang rena</em> (ibu) dan <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">si ponang</em> (bayi) lahir dengan selamat. Puja puji selalu dipanjat agar mendapat rahmat Tuhan Yang Maha Pemberi Rahmat atas lahirnya si jabang bayi idaman hati.<span id="more-886" style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></span></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">2. MASKUMAMBANG</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Setelah lahir si jabang bayi, membuat hati orang tua bahagia tak terperi. Tiap hari suka <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">ngudang</em> melihat tingkah polah sang bayi yang lucu dan menggemaskan. Senyum si jabang bayi membuat riang bergembira yang memandang. Setiap saat sang bapa melantunkan tembang pertanda hati senang dan jiwanya terang. Takjub memandang kehidupan baru yang sangat menantang. Namun selalu waspada jangan sampai si ponang menangis dan demam hingga kejang. Orang tua takut kehilangan si ponang, dijaganya malam dan siang agar jangan sampai meregang. Buah hati bagaikan emas <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">segantang</em>. Menjadi tumpuan dan harapan kedua orang tuannya mengukir masa depan. Kelak jika sudah dewasa jadilah anak berbakti kepada orang tua, nusa dan bangsa.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">3. KINANTI</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Semula berujud jabang bayi merah merekah, lalu berkembang menjadi anak yang selalu <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dikanthi-kanthi kinantenan</em> orang tuannya sebagai anugrah dan berkah. Buah hati menjadi tumpuan dan harapan. Agar segala asa dan harapan tercipta, orang tua selalu membimbing dan mendampingi buah hati tercintanya. Buah hati bagaikan jembatan, yang dapat menyambung dan mempererat cinta kasih suami istri. Buah hati menjadi anugrah ilahi yang harus dijaga siang ratri. <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dikanthi-kanthi</em> (diarahkan dan dibimbing) agar menjadi manusia sejati. Yang selalu menjaga bumi pertiwi.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">4. SINOM</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sinom isih enom</em>. Jabang bayi berkembang menjadi remaja sang pujaan dan dambaan orang tua dan keluarga. Manusia yang masih muda usia. Orang tua menjadi gelisah, siang malam selalu berdoa dan menjaga agar pergaulannya tidak salah arah. Walupun badan sudah besar namun remaja belajar hidup masih susah. Pengalamannya belum banyak, batinnya belum matang, masih sering salah menentukan arah dan langkah. Maka segala tindak tanduk menjadi pertanyaan sang bapa dan ibu. Dasar manusia masih <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">enom</em> (muda) hidupnya sering salah kaprah.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">5. DHANDANGGULA</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Remaja beranjak menjadi dewasa. Segala lamunan berubah ingin berkelana. Mencoba hal-hal yang belum pernah dirasa. Biarpun dilarang agama, budaya dan orang tua, anak dewasa tetap ingin mencobanya. Angan dan asa gemar melamun dalam keindahan dunia fana. Tak sadar jiwa dan raga menjadi tersiksa. Bagi anak baru dewasa, yang manis adalah gemerlap dunia dan menuruti nafsu angkara, jika perlu malah berani melawan orang tua. Anak baru dewasa, <strong>remaja bukan dewasa juga belum</strong>, masih sering terperdaya bujukan nafsu angkara dan nikmat dunia. Sering pula ditakut-takuti api neraka, namun tak akan membuat sikapnya menjadi jera. Tak mau mengikuti <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">kareping rahsa</em></strong>, yang ada selalu <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">nguja hawa</em></strong>. Anak dewasa merasa rugi bila tak mengecap manisnya dunia. Tak peduli orang tua terlunta, yang penting hati senang gembira. Tak sadar tindak tanduknya bikin celaka, bagi diri sendiri, orang tua dan keluarga. Cita-citanya setinggi langit, sebentar-sebentar minta duit, tak mau hidup irit. Jika tersinggung langsung sengit. Enggan berusaha yang penting apa-apa harus tersedia. Jiwanya masih muda, mudah sekali tergoda api asmara. Lihat celana saja menjadi bergemuruh rasa di dada. Anak dewasa sering bikin orang tua ngelus dada. Bagaimanapun juga mereka buah dada hati yang dicinta. Itulah sebabnya orang tua tak punya rasa benci kepada pujaan hati. Hati-hati bimbing anak muda yang belum mampu membuka panca indera, salah-salah justru bisa celaka semuanya.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">6. ASMARADANA</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Asmaradana atau <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">asmara dahana</em></strong> yakni api asmara yang membakar jiwa dan raga. Kehidupannya digerakkan oleh motifasi harapan dan asa asmara. Seolah dunia ini miliknya saja. Membayangkan dirinya bagaikan sang pujangga atau pangeran muda. Apa yang dicitakan haruslah terlaksana, tak pandang bulu apa akibatnya. Hidup menjadi terasa semakin hidup lantaran gema asmara membahana dari dalam dada. Biarlah asmara membakar semangat hidupnya, yang penting jangan sampai terlena. Jika tidak, akan menderita dikejar-kejar tanggungjawab hamil muda. Sebaliknya akan hidup mulia dan tergapai cita-citanya. Maka sudah menjadi tugas orang tua membimbing mengarahkan agar tidak salah memilih idola. Sebab sebentar lagi akan memasuki gerbang kehidupan baru yang mungkin akan banyak mengharu biru. Seyogyanya suka meniru tindak tanduk sang <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">gurulaku</em></strong>, yang sabar membimbing setiap waktu dan tak pernah menggerutu. Jangan suka berpangku namun pandailah memanfaatkan waktu. Agar cita-cita dapat dituju. <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Asmaradana</em> adalah saat-saat yang menjadi penentu, apakah dirimu akan menjadi orang bermutu, atau polisi akan memburu dirimu. Salah-salah gagal menjadi menantu, malah akan menjadi seteru.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">7. GAMBUH</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Gambuh atau <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Gampang Nambuh</em></strong>, sikap angkuh serta acuh tak acuh, seolah sudah menjadi orang yang teguh, ampuh dan keluarganya tak akan runtuh. Belum pandai sudah berlagak pintar. Padahal otaknya buyar matanya nanar merasa cita-citanya sudah bersinar. Menjadikannya tak pandai melihat mana yang salah dan benar. Di mana-mana ingin diakui bak pejuang, walau hatinya tak lapang. Pahlawan bukanlah orang yang berani mati, sebaliknya berani hidup menjadi manusia sejati. Sulitnya mencari jati diri kemana-mana terus berlari tanpa henti. Memperoleh sedikit sudah dirasakan banyak, membuat sikapnya mentang-mentang bagaikan sang pemenang. Sulit mawas diri, mengukur diri terlalu tinggi. Ilmu yang didapatkannya seolah menjadi senjata ampuh tiada tertandingi lagi. Padahal pemahamannya sebatas kata orang. Alias belum bisa menjalani dan menghayati. Bila merasa ada yang kurang, menjadikannya sakit hati dan rendah diri. Jika tak tahan ia akan berlari menjauh mengasingkan diri. Menjadi pemuda pemudi yang jauh dari anugrah ilahi. Maka, belajarlah dengan teliti dan hati-hati. Jangan menjadi orang yang mudah <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">gumunan</em> dan <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">kagetan</em>. Bila sudah paham hayatilah dalam setiap perbuatan. Agar ditemukan dirimu yang sejati sebelum raga yang dibangga-banggakan itu menjadi mati.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">8. DURMA</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Munduring tata krama</em>. Dalam cerita wayang purwa dikenal banyak tokoh dari kalangan “hitam” yang jahat. Sebut saja misalnya Dursasana, Durmagati,Duryudana. Dalam terminologi Jawa dikenal berbagai istilah menggunakan suku kata <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dur</em>/</strong> <strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dura</em></strong> (<strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">nglengkara</em></strong>) yang mewakili makna negatif (<strong><em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">awon</em></strong>). Sebut saja misalnya : <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">duraatmoko</em>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">duroko</em>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dursila</em>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dura sengkara</em>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">duracara</em> (bicara buruk), <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">durajaya</em>,<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dursahasya</em>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">durmala</em>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">durniti</em>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">durta</em>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">durtama</em>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">udur</em>, dst. Tembang <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Durma</em>, diciptakan untuk mengingatkan sekaligus menggambarkan keadaan manusia yang cenderung berbuat buruk atau jahat. Manusia gemar udur atau cekcok, cari menang dan benernya sendiri, tak mau memahami perasaan orang lain. Sementara manusia cendrung mengikuti hawa nafsu yang dirasakan sendiri (<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">nuruti rahsaning karep</em>). Walaupun merugikan orang lain tidak peduli lagi. Nasehat bapa-ibu sudah tidak digubris dan dihiraukan lagi. Lupa diri selalu merasa iri hati. Manusia walaupun tidak mau disakiti, namun gemar menyakiti hati. Suka berdalih niatnya baik, namun tak peduli caranya yang kurang baik. Begitulah keadaan manusia di planet bumi, suka bertengkar, emosi, tak terkendali, mencelakai, dan menyakiti. Maka hati-hatilah, yang selalu <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">eling</em> dan <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">waspadha</em>.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">9. PANGKUR</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Bila usia telah uzur, datanglah penyesalan. Manusia menoleh kebelakang (mungkur) merenungkan apa yang dilakukan pada masa lalu. Manusia terlambat mengkoreksi diri, kadang kaget atas apa yang pernah ia lakukan, hingga kini yang ada tinggalah menyesali diri. Kenapa dulu tidak begini tidak begitu. Merasa diri menjadi manusia renta yang hina dina sudah tak berguna. Anak cucu kadang menggoda, masih meminta-minta sementara sudah tak punya lagi sesuatu yang berharga. Hidup merana yang dia punya tinggalah penyakit tua. Siang malam selalu berdoa saja, sedangkan raga tak mampu berbuat apa-apa. Hidup enggan mati pun sungkan. Lantas bingung mau berbuat apa. Ke sana-ke mari ingin mengaji, tak tahu jati diri, memalukan seharusnya sudah menjadi guru ngaji. Tabungan menghilang sementara penyakit kian meradang. Lebih banyak waktu untuk telentang di atas ranjang. Jangankan teriak lantang, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">anunya</em> pun sudah tak bisa tegang, yang ada hanyalah mengerang terasa nyawa hendak melayang. Sanak kadhang enggan datang, karena ingat ulahnya di masa lalu yang gemar mentang-mentang. Rasain loh bentar lagi menjadi <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">bathang</em>..!!</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">10. MEGATRUH</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Megat ruh</em>, artinya putusnya nyawa dari raga. Jika <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">pegat</em> tanpa <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">aruh-aruh</em>. Datanya ajal akan tiba sekonyong-konyong. Tanpa kompromi sehingga manusia banyak yang disesali. Sudah terlambat untuk memperbaiki diri. Terlanjur tak paham jati diri. Selama ini menyembah tuhan penuh dengan pamrih dalam hati, karena takut neraka dan berharap-harap pahala surga. Kaget setengah mati saat mengerti kehidupan yang sejati. Betapa kebaikan di dunia menjadi penentu yang sangat berarti. Untuk menggapai kemuliaan yang sejati dalam kehidupan yang azali abadi. Duh Gusti, jadi begini, kenapa diri ini sewaktu masih muda hidup di dunia fana, sewaktu masih kuat dan bertenaga, namun tidak melakukan kebaikan kepada sesama. Menyesali diri ingat dulu kala telah menjadi durjana. Sembahyangnya rajin namun tak sadar sering mencelakai dan menyakiti hati sesama manusia. Kini telah tiba saatnya menebus segala dosa, sedih sekali ingat tak berbekal pahala. Harapan akan masuk surga, telah sirna tertutup bayangan neraka menganga di depan mata. Di saat ini manusia baru menjadi saksi mati, betapa penyakit hati menjadi penentu dalam meraih kemuliaan hidup yang sejati. Manusia tak sadar diri sering merasa benci, iri hati, dan dengki. Seolah menjadi yang paling benar, apapun tindakanya ia merasa paling pintar, namun segala keburukannya dianggapnya demi membela diri. Kini dalam kehidupan yang sejati, sungguh baru bisa dimengerti, penyakit hati sangat merugikan diri sendiri. Duh Gusti…!</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">11. POCUNG</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pocung</em> atau <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">pocong</em> adalah orang yang telah mati lalu dibungkus kain kafan. Itulah batas antara kehidupan <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mercapadha</em> yang panas dan rusak dengan kehidupan yang sejati dan abadi. Bagi orang yang baik kematian justru menyenangkan sebagai kelahirannya kembali, dan merasa kapok hidup di dunia yang penuh derita. Saat nyawa meregang, rasa bahagia bagai lenyapkan dahaga mereguk embun pagi. Bahagia sekali disambut dan dijemput para leluhurnya sendiri. Berkumpul lagi di alam yang abadi azali. Kehidupan baru setelah raganya mati.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Tak terasa bila diri telah mati. Yang dirasa semua orang kok tak mengenalinya lagi. Rasa sakit hilang badan menjadi ringan. Heran melihat raga sendiri dibungkus dengan kain kafan. Sentuh sana sentuh sini tak ada yang mengerti. Di sana-di sini ketemu orang yang menangisi. Ada apa kok jadi begini, merasa heran kenapa sudah bahagia dan senang kok masih ditangisi. Ketemunya para kadhang yang telah lama nyawanya meregang. Dalam dimensi yang tenang, hawanya sejuk tak terbayang. Kemana mau pergi terasa dekat sekali. Tak ada lagi rasa lelah otot menegang. Belum juga sadar bahwa diri telah mati. Hingga beberapa hari barulah sadar..oh jasad ini telah mati. Yang abadi tinggalah roh yang suci.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Sementara yang durjana, meregang nyawa tiada yang peduli. Betapa sulit dan sakit meregang nyawanya sendiri, menjadi sekarat yang tak kunjung mati. Bingung kemana harus pergi, toleh kanan dan kiri semua bikin gelisah hati. Seram mengancam dan mencekam. Rasa sakit kian terasa meradang. Walau mengerang tak satupun yang bisa menolongnya. Siapapun yang hidup di dunia pasti mengalami dosa. Tuhan Maha Tahu dan Bijaksana tak pernah luput menimbang kebaikan dan keburukan walau sejumput. Manusia baru sadar, yang dituduh kapir belum tentu kapir bagi Tuhan, yang dianggap sesat belum tentu sesat menurut Tuhan. Malah-malah yang suka menuduh menjadi tertuduh. Yang suka menyalahkan justru bersalah. Yang suka mencaci dan menghina justru orang yang hina dina. Yang gemar menghakimi orang akan tersiksa. Yang suka mengadili akan diadili. Yang ada tinggalah rintihan lirih tak berarti, “Duh Gusti pripun kok kados niki…! Oleh sebab itu, hidup kudu jeli, nastiti, dan ngati-ati. Jangan suka menghakimi orang lain yang tak sepaham dengan diri sendiri. Bisa jadi yang salah malah pribadi kita sendiri. Lebih baik kita selalu mawas diri, agar kelak jika mati arwahmu tidak nyasar menjadi <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">memedi</em>.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong><span style="border: 0px; color: lime; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">12. WIRANGRONG</span></strong></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Hidup di dunia ini penuh dengan siksaan, derita, pahit dan getir, musibah dan bencana. Namun manusia bertugas untuk merubah semua itu menjadi anugrah dan bahagia. Manusia harus melepaskan derita diri pribadi, maupun derita orang lain. Manusia harus saling asah asih dan asuh kepada sesama. Hidup yang penuh cinta kasih sayang, bukan berarti mencintai dunia secara membabi-buta, namun artinya manusia harus peduli, memelihara dan merawat, tidak membuat kerusakan bagi sesama manusia lainnya, bagi makhluk hidup dan maupun jagad raya seisinya. Itulah nilai kebaikan yang bersifat universal. Sebagai wujud nyata <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">hamemayu hayuning bawana</em>, rahmatan lil alamin.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jangan lah terlambat, akan mengadu pada siapa bila jasad sudah masuk ke liang lahat (<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">ngerong</em>).<strong>Wirangrong</strong>, <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sak wirange mlebu ngerong</em>, berikut segala perbuatan memalukan selama hidup ikut dikubur bersama jasad yang kaku. Keburukannya akan diingat masyarakat, aibnya dirasakan oleh anak, cucu, dan menantu. Jika kesadaran terlambat manusia akan menyesal namun tak bisa lagi bertobat. Tidak pandang bulu, yang kaya atau melarat, pandai maupun bodoh keparat, yang jelata maupun berpangkat, tidak pandang derajat seluruh umat. Semua itu sekedar <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">pakaian </em>di dunia, tidak bisa menolong kemuliaan di akherat. Hidup di dunia sangatlah singkat, namun mengapa manusia banyak yang keparat. Ajalnya mengalami sekarat. Gagal total merawat barang titipan Yang Mahakuasa, yakni segenap jiwa dan raganya.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jika manusia tak bermanfaat untuk kebaikan kepada sesama umat, dan kepada seluruh jagad, merekalah manusia bejat dan laknat. <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pakaian</em> itu hanya akan mencelakai manusia di dalam kehidupan yang sejati dan abadi. Orang kaya namun pelit dan suka menindas, orang miskin namun kejam dan pemarah, orang pandai namun suka berbohong dan licik, orang bodoh namun suka mencelakai sesama, semua itu akan menyusahkan diri sendiri dalam kehidupan yang abadi. Datanglah penyesalan kini, semua yang benar dan salah tak tertutup nafsu duniawi. Yang ada tinggalah kebenaran yang sejati. Mana yang benar dan mana yang salah telah dilucuti, tak ada lagi secuil tabirpun yang bisa menutupi. Semua sudah menjadi rumus Ilahi.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; margin-bottom: 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Di alam penantian nanti, manusia <strong>tak berguna</strong> tetap hidup di alam yang sejati dan hakiki, namun ia akan merana, menderita, dan terlunta-lunta. Menebus segala dosa dan kesalahan sewaktu hidup di planet bumi. Lain halnya manusia yang berguna untuk sesama di alam semesta, hidupnya di alam keabadian meraih kemuliaan yang sejati. Bahagia tak terperi, kemana-mana pergi dengan mudah sekehendak hati. Ibarat “<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">lepas segala tujuannya</em>” dan “<em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">luas kuburnya</em>”. Tiada penghalang lagi, seringkali menengok anak cucu cicit yang masih hidup di dimensi bumi. Senang gembira rasa hati, hidup sepanjang masa di alam keabadian yang <em style="border: 0px; font-family: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">langgeng tan owah gingsir</em>. (Sumber : Sabdalangit.wordpress.com)</div>
Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-15345567777198866942012-09-11T21:12:00.001-07:002012-11-13T17:07:22.790-08:00Pinter, Bener dan Kober<br />
<div>
<br /></div>
<div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt;">Sebagian
dari umat Hindu sudah barang tentu mengerti dan memahami ajaran-ajaran agama
yang dianutnya. Dewasa ini buku-buku agama juga sudah banyak dicetak untuk
menambah wawasan umat Hindu pada khususnya. Yang menjadi pertanyaan sekarang
sejauhmana kita dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehar-hari. Otak kita
dijejali dengan filsafat yang tinggi tetapi tidak jarang umat banyak yang
keblinger. Orang cendikiawan (filosof) hebat banyak yang menganggap Tuhan itu
kecil, dan banyak pula yang tidak mau ke pura karena ilmunya yang tinggi. Pada
kesempatan ini kita akan membahas bagaimana seharusnya kita mejadi agama Hindu,
apakah kita harus seperti itu? Apakah kita tidak perlu bergaul?. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 14.0pt;">Dalam Filsafat Jawa ada tiga hal yang mendasar yang
menjadi dasar bagaimana kita harus bersikap. Yaitu Pinter (pandai), bener
(benar), dan kober (sempat)Ketiganya saling berhubungan tidak bisa lepas dengan
yang lainnya, semua ada keterkaitan. Yang pertama adalah Pinter. Pinter artinya
umat Hindu harus pandai akan ilmu-ilmu dan ajaran agama. Kita harus memilikki
wawasan global untuk menjawab tantang zaman ini. Orang bijak berkata dengan ilmu
hidup kita akan mudah, dengan agama Hidup akan terarah, dan dengan seni hidup akan
indah. Artinya untuk mengetahuiu ilmu, agama, dan seni kita harus belajar. Jika
umat Hindu mau belajar paling tidak membaca sloka-sloka atau ajaran yang lain
maka kita akan menjadi pandai. Kita akan bisa memilikki wiweka yaitu kemampuan
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga kita tidak mudah diadu
domba. Ini penting sekali karena dewasa
ini banyak sekaliu isu-isu negative yang sengajas dilempoarkan oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab. Jika umat kita tidak cerdas secara spiritual dan
intelektual maka kita akan mudah terpropokasi. Kita harus bisa melaksanakan
yang baik dan meninggalkan yang buruk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt;">Yang
kedua adalah bener. Bener Artinya Umat Hindu harus berpikir, berbuat, dan
berkata yang benar. Ketiganya adalah senjata saktinya umat Hindu. Jika kita
sudah berpikir, berkata, dan berbuat yang benar maka orang akan suka kepada
kita. Kita tidak akan mempnyai musuh di luar diri kita. Jadi pinter saja tidak
cukup jika kita tidak berpijak pada kebenaran, maka kita akan hancur. Kita
harus selalku berpijak pada kebenaran. Putra Bagawan Agastya bertanya pada
Bagawan perihal hal-hal yang membuat orang menjadi dihormati dan jatuh. Ketiga
hal itu adalah Ulah (perbuatan), Sabda (wicara), dan manah (pikiran). Artinya
jika kita ingin hidup bahagia maka berpikir, berkata dan berbuatlah yang benar.
Jika tidak ketiga hal itu akan membuat hidup kita tidak bahagia. <b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt;">Yang
terakhir adalah kober. Kober artinya mau
meluangkan waktu. Jadi pinter dan benar saja tidak cukup jika kita tidak mau
meluangkan waktu utnuk bergaul dengan masyarakat. Orang yang selalu berbuat
baiksekalipun, orang yang pandai sekalipun tidak akan diakui, dihormati di
masyarakat jika kita tidak mau bergaul di tengah masyarakat. Setinggi-tingginya
ilmu yang kita milikki maka kita harus mau mengaplikasikannya di tengah
masyarakat. Orang yang cantik akan dikatan cantik jika ada pembandingnya yaitu
orang buruk rupa, orang kaya dikatan kaya jika ada yang miskin. Jadi manusia
itu dikodratkan sebagai makhluk social, jadi kalau kita melawan kodrat sebagai
makhluk sosial maka kita akan dikucilkan oleh masyarakat itu sendiri, siapapun
orangnya. Untuk itu dalam Hindu diajarkan Konsep Tri Hita Karana (Tuhan,
manusia dan alam semesta) yang mengajarkan kita untuk menjalin kaharmonisan ke
bawah, ke samping dan ke atas. Ketiganya tidak bias kita pisahkan jika kita
menginginkan hidup yang bahagia. <b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 14.0pt;">Demikianlah pentingnya kita mengetahui bagaimana
menjadi Hindu. Umat Hindu harus pintar agar tidak mudah diadu domba, umat Hindu
Hindu harus berpijak pada kebenaran, dan umat Hindu harus mau meluangkan waktu
bergaul di tengah masyarakat. Ke tiga-tiganya adalah satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt;">Mudah-mudahan
bermanfaat bagi kita semua, semoga Tuhan selalu menyertai kita semua. Terima kasih atas perhatian dan kebersamaan
anda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt;">“
Om Shantih Shantih Shantih <st1:place w:st="on">Om</st1:place>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
</div>
Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-67749473231713360522012-07-25T20:50:00.004-07:002012-07-25T20:54:45.809-07:00HIDUP MENUNGGU MATI<div style="text-align: justify;">
SEMUA orang tahu, cepat atau lambat, kehidupan ini akan
berakhir. Artinya, setiap orang pasti akan meninggal dunia. Tidak ada orang
yang bertahan hidup dalam keabadian sepanjang masa seperti yang diharapkan
oleh para kaisar di masa silam. Apapun yang kita lakukan, kematian pasti akan
datang.<o:p></o:p>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 11.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 7.5pt; mso-element-anchor-horizontal: margin; mso-element-anchor-vertical: paragraph; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-top: 5.2pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-line-height-alt: 12.0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333;">Kapan dia akan tiba? Kita menjawabnya dengan ungkapan,
"Saya tahu, tetapi saya tidak tahu". Maksudnya, saya tahu bahwa
suatu hari saya akan meninggal dunia. Namun saya tidak tahu kapan dirinya
akan meninggal. Semua orang juga mengalami hal yang sama, hanya tahu tetapi
tidak tahu. Kita hanya bisa menunggu kematian tiba.</span></div>
<a name='more'></a><o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 11.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 7.5pt; mso-element-anchor-horizontal: margin; mso-element-anchor-vertical: paragraph; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-top: 5.2pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-line-height-alt: 12.0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333;">Dalam kehidupan ini, semua orang bagaikan berada dalam barisan
eksekusi hukuman mati. Ketika kematian tiba, tidak ada yang bisa dilakukan.
Kita tidak bisa menolaknya, kita tidak bisa melakukan tawar menawar, atau
mencoba mengulur-ulur waktu eksekusi, dan sebagainya. Kita harus menerimanya
dengan lapang dada, pasrah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 11.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 7.5pt; mso-element-anchor-horizontal: margin; mso-element-anchor-vertical: paragraph; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-top: 5.2pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-line-height-alt: 12.0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333;">Ketika kematian tiba, tidak ada yang bisa dibawa dan tidak ada
yang mau ikut dengan kita. Seluruh harta benda akan berpindah tangan, menjadi
milik orang lain. Pasangan hidup dan anak-anak serta saudara, yang katanya
cinta dengan kita, tidak ada yang mau ikut. Jabatan, kedudukan, pangkat;
semuanya harus ditinggalkan. Satu-satunya yang setia menjadi teman adalah
segala perbuatan baik dan buruk (karma) yang sudah pernah dilakukan dalam
kehidupan ini dan kehidupan sebelumnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 11.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 7.5pt; mso-element-anchor-horizontal: margin; mso-element-anchor-vertical: paragraph; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-top: 5.2pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-line-height-alt: 12.0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333;">Secara umum, semua orang yakin dengan adanya kehidupan selanjutnya;
setidak-tidaknya tentang surga dan neraka. Apa yang membuat seseorang
terlahir di surga atau di neraka? Semua orang yakin bahwa perbuatan yang
telah dilakukan dalam kehidupan sekarang yang akan mengantarkan mereka ke
surga atau neraka. Dalam hidup ini, kita bisa memilih atau berangan-angan.
Namun ketika kematian tiba, kita tidak bisa memilihnya. Tabungan perbuatan
baik dan buruk yang akan mengantarkan kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 11.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 7.5pt; mso-element-anchor-horizontal: margin; mso-element-anchor-vertical: paragraph; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-top: 5.2pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-line-height-alt: 12.0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333;">Umat Hindu percaya adanya Hukum Karma Phala. Semua perbuatan
yang sekarang dan perbuatan di masa silam yang belum berbuah akan menjadi
bekal perjalanan di masa mendatang. Sayangnya, kita tidak pernah tahu apa
yang sudah kita lakukan dalam kehidupan sebelumnya. Dalam kehidupan ini,
banyak perbuatan yang sudah kita lakukan; ada yang buruk dan ada pula yang
baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 11.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 7.5pt; mso-element-anchor-horizontal: margin; mso-element-anchor-vertical: paragraph; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-top: 5.2pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-line-height-alt: 12.0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333;">Saya yakin, bekal perjalanan kita untuk kehidupan yang akan
datang belum cukup banyak. Oleh karena itu, gunakan waktu yang ada untuk
senantiasa bebuat baik. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam kehidupan ini
dan coba lakukan sebaik mungkin pada saat ini, tanpa menunda-nunda waktu.
Cobalah untuk berbagi, membantu orang yang kurang mampu, walaupun kecil.
Cobalah untuk menjalankan sadhana dengan sebaik mungkin. Luangkan waktu untuk
melatih pikiran dengan duduk bermeditasi setiap hari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 11.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 7.5pt; mso-element-anchor-horizontal: margin; mso-element-anchor-vertical: paragraph; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-top: 5.2pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-line-height-alt: 12.0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333;">Masih banyak tabungan perbuatan baik yang bisa dilakukan.
Melatih kesabaran, semangat dalam melakukan latihan atau tugas lainnya,
selalu sadar atau waspada dalam setiap ucapan dan tindakan, selalu berpikir
yang baik sehingga berucap yang baik, berjuang dengan sungguh-sungguh,
mempunyai tekad yang kuat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Demikian
banyak perbuatan baik yang bisa dilakukan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 11.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 7.5pt; mso-element-anchor-horizontal: margin; mso-element-anchor-vertical: paragraph; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-top: 5.2pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-line-height-alt: 12.0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333;">Jika kita bisa melatih diri ke arah yang baik, secara tidak
langsung kita mengurangi perbuatan buruk atau perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat. Demikian banyak bekal yang bisa dikumpulkan dalam sisa kehidupan
kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 11.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 7.5pt; mso-element-anchor-horizontal: margin; mso-element-anchor-vertical: paragraph; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-top: 5.2pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-line-height-alt: 12.0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333;">Marilah kita menunggu mati. Tidak perlu mencari mati dengan
bunuh diri, apalagi sambil membunuh orang lain dan merugikan orang banyak.
Sepanjang sisa waktu yang ada, sebelum kematian tiba, gunakan untuk
mengumpulkan bekal perjalanan nanti. Menuju surga atau neraka, alam yang
lebih baik atau lebih buruk; tergantung dari diri kita sendiri.<span style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-45299643504070525332012-05-25T01:08:00.000-07:002012-07-25T20:55:11.776-07:00PRIBAHASA JAWA TERKAIT KETUHANAN DAN ETIKA<div style="text-align: justify;">
<b>A. Ajaran yang berhubungan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<i>Pangeran iku siji lan nyawiji, ana ing endi-endi papan, langgeng, sing nganakake jagad sak isine, dadi sesembahan ing sadengah makluk, nganggo carane dhewe-dhewe.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFZkBZNkUDVLdjAFlLDLHun0xqteVt3Fq_mZrXgAkmL4ZfQ4YKWC4PXW2caO7unDdnjSMfaekM9MDPvD7KYxsxKC8UA1wWi-6l8KjCp7vcjzPSWawAgr7uz7pZilR4L6DdKZ8hAzgPLyFA/s1600/304295_243535259026594_100001103643877_701519_1344669834_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFZkBZNkUDVLdjAFlLDLHun0xqteVt3Fq_mZrXgAkmL4ZfQ4YKWC4PXW2caO7unDdnjSMfaekM9MDPvD7KYxsxKC8UA1wWi-6l8KjCp7vcjzPSWawAgr7uz7pZilR4L6DdKZ8hAzgPLyFA/s320/304295_243535259026594_100001103643877_701519_1344669834_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Tuhan itu satu dan menyatu, ada dimana-mana, abadi, yang menciptakan dunia dan seisinya, jadi sembahan segala makhluk, dengan caranya masing-masing.
Ajaran ini mengajarkan tentang kerukunan hidup beragama. Bahwa setiap agama meyakini adanya Tuhan. Dialah yang menciptakan dunia dan seisinya, menjadi sesembahan setiap makhluk-Nya. Nmun, tiap-tiap orang, tiap agama memiliki cara yang berbeda dalam menyembah Tuhan. Mereka berdoa, menyembah sesuai dengan kepercayaan yang diyakininya.
Dengan menghayati ajaran ini, dunia pasti akan menjadi lebih damai karena tidak ada lagi pertikaian yang disebabkan oleh perbedaan keyakinan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. <i>Pangeran iku ana ing ngendi-endi papan, aneng sira uga ana Pangeran, nanging aja sira wani-wani ngaku Pangeran.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Tuhan itu ada di mana-mana, juga ada pada dirimu, tapi jangan engkau berani mengaku Tuhan.
Tuhan tidak mengenal dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu diharapkan manusia senantiasa berbuat baik dan berhati-hati dalam bertindak karena segala sesuatunya diketahui oleh Tuhan.
Ajaran ini juga mengandung makna agar manusia selalu menyembah-Nya. Jangan sekali-kali mengaku dirinya sebagai Tuhan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. <i>Pangeran iku nitahake sira lantaran biyungira, mula kuda sira ngurmati marang biyungira.</i><br />
Tuhan menciptakan engkau itu melalui ibumu. Oleh karena itu hormatilah ibumu.
Konsep semacam ini sama seperti dalam konsep Hindu yang mengagungkan Ibu. Bahwa surga ada di telapak kaki ibu. Budaya Jawa pun megemukakan hal yang sama. Seorang anak harus menghormati ibu. Ibu telah mngandung kita selama sembilan bulan, mengasuh dan mendidik dari kecil hingga dewasa. Pengorbanan ibu sangat besar dan tidak mungkin dapat tergantikan oleh pengorbanan seorang anak sekalipun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B. Larangan yang berhubungan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<i> Aja ndhisiki kersa</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan mendahului kehendak Tuhan
Ajaran yang melarang kita untuk mendahului apa yang telah digariskan oleh Tuhan. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah menjadi suratan-Nya. Manusia dilarang melakukan hal-hal yang mendahului kehendak-Nya seperti bunuh diri, meramal nasib, dan sebagainya. Semua itu telah menjadi takdirnya masing-masing. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.<i> Aja sira wani marang wong tuwanira, jalaran sira bakal kena bebendu saka Kang Murbeng Dumadi</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Janganlah kamu berani/durhaka terhadap orang tuamu, karena kamu akan memperoleh musibah dari Tuhan Sang Maha Pencipta.
Merupakan larangan untuk tidak durhaka kepada orang tua. Orang tua yang merawat, mengasuh dan mendidik kita dari kecil. Pengorbananya sangat besar dan tidak ternilai bagi anak-anaknya. Jika seorang anak durhaka kepada orang tua, ia akan sangat berdosa. Ia akan memperoleh musibah dan tidak akan mendapat kebahagiaan, karena ridha Tuhan bergantung pada ridha orang tua. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. <i>Aja mung kelingan barang kang katon wae, sebab kang katon gumelar iki anane malah ora langgeng</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan hanya teringat hal-hal yang nampak saja, sebab yang terlihat tergelar ini sebenarnya tidak abadi.
Suatu pitutur yang mengingatkan manusia akan kefanaan segala yang ada di dunia. Bahwa manusia jangan hanya mengejar keduniawian karena harta, pangkat, dan segala kebendaan tidak akan abadi. Semua dapat diperoleh dengan mudah, tetapi juga dapat musnah dengan mudah pula. Manusia hendaknya juga memikirkan segala yang dibutuhkan di alam yang abadi nanti, akhirat. Manusia harus senantiasa berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan karena kepada-Nya lah nanti kita kembali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b></b></div>
<b><br /></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<b>C. Ajaran yang berhubungan dengan Kemanusiaan</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. <i>Ngelmu pari, saya isi saya tumungkul</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Berilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.
Seorang yang memiliki ilmu pasti akan semakin menghormati dan menghargai segala yang ada disekitarnya. Seperti padi yang semakin berisi, semakin merunduk. Ia tidak akan menyombongkan diri karena ilmunya, tetapi ia akan merasa masih belum mengerti apa-apa sehingga ia akan mencari ilmu lebih dalam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. <i>Becik ketitik ala ketara.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Perbuatan baik dan buruk akan nampak sendiri.
Perbuatan manusia di dunia kan terlihat dengan ssendirinya. Siapa yang berbuat baik akan terlihat perbuatan baiknya tersebut, dan yang berbuat tidak baik akan nampak ketidakbaikannya itu walaupun dismbunyikan serapi apapun. Dengan begitu, manusia diharapkan dapat menjaga perbuatannya agar selau berada di jalan yang lurus.
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. <i>Ajining dhiri dumuning ing kumedaling lathi lan budi.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Harga diri terletak pada ucapan dan budi.
Harga diri seseorang terletak pada ucapan dan budinya. Ucapan menunjukkan kepribadian seseorang. Bahasa yang baik dan bersahaja dapat meningkatkan harga diri seseorang. Disamping itu, budi dan perilaku yang baik akan menunjukan harga diri seseorang pula. Ia akan dihargai karena perilaku dan bahasanya yang baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>D. Larangan yang berhubungan dengan Kemanusiaan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. <i>Aja seneng madon, aja seneng main, aja seneng maido, aja seneng madad, aja seneng maling.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan suka bermain perempuan, jangan suka berjudi, jangan suka mengumpat, jangan suka memakai narkoba, jangan suka mencuri.
Larangan di atas biasa disebut dengan istilah ma lima. Yaitu ajaran yang berkenaan dengan tata susila. Dengan menjauhi ma lima maka seseorang akan mendapat kebahagiaan hidup dan jauh dari masalah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. <i>Aja cidra ing janji</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan mengingkari janji
Janji adalah hutang yang harus dibayar. Seseorang yang telah berjanji harus menepatinya. Jangan pernah mengingkari janji karena hal itu dapat menyakiti hati orang yang diberi janji. Dengan mengingkari janji kepada orang lain telah mampu menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap kita. Kita dianggap tidak mampu menepatinya. Karena itu, janji harus dipegang teguh. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. <i>Aja seneng yen dialem, aja sengit yen cinacad.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan senang jika dipuji, jangan benci jika dicela.
Ajaran yang melarang kita untuk senang dengan pujian dan merasa benci dengan celaan. Seseorang yang merasa senang dengan pujian akan membuatnya merasa tinggi dan menjadi sombong, sehingga dia menjadi gila pujian. Suatu pujian mungkin saja ditujukan bukan untuk memuji tetapi untukmbombong atau ndhuwurake seseorang. Begitu pula sebaliknya, celaan tidak hanya dimaksudkan untuk merendahkan seseorang. Manusia memang tidak ada yang sempurna. Suatu celaan dapat menunjukkan dimana letak kekurangan kita. Dengan demikian kita dapt menjadi orang yang lebih baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>E. Ajaran yang berhubungan dengan sosial</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. <i>Wong linuwih iku kudu bisa ngepek ati lan ngepenakake atine liyan. Yen kumpul karo manita kudu bisa ngetrapake tembung kang manis kang bisa gawe senenging ati. Yen kumpul pandhita kudu bisa ngomongake tembung kang becik. Yen ana sangareping mungsuh kudu bisa ngatonaki kawibawane.</i>
Orang yang lebih itu harus bisa mengambil hati dan menyenangkan hati orang lain. Jika bersama dengan wanita harus bisa memberikan kata-kata manis yang bisa membuat hati senang.jika berkumpul dengan pendeta harus bisa berbicara dengan kata yang baik. Jika ada di depan musuh harus bisa menunjukan kewibawaannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. <i>Tangga iku padha karo bapa biyung</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Tetangga itu sama seperti bapak dan ibu.
Maksudnya adalah bahwa dalam hidup bermasyarakat, peran tetangga sangatlah penting, sama seperti kedua orang tua kita. Jika terjadi suatu musibah pada kita, pastilah orang pertama yang akan membantu adalah tetangga kita. Begitu pula jika kita ingin meminta bantuan apa-apa, akan lebih mudah jika menemui tetangga karena merekalah yang hidup bersama dengan kita.
Peribahasa ini mengajarkan agar kita sebagai bagian dari masyarakat hendaknya selalu menjaga kerukunan terhadap tetangga disekitar kita. Kita juga harus menghormati mereka sama seperti kkita menghormati orang tua. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. <i>Tangga kang ora becik atine aja dicedhaki, nanging aja dimungsuhi.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Tetangga yang tidak baik hatinya jangan didekati, tetapi jangan dimusuhi.
Dalam hidup bermasyarakat, ada bermacam karakter orang yang menjadi tetangga kita. Ada yang baik, ada yang tidak baik. Tetangga yang tidak baik hatinya janganlah didekati karena nanti kita akan terseret pada kebiasaan yang tidak baik itu. Tetapi jangan serta merta dijauhi dan dimusuhi. Sebisa mungkin kita bisa menempatkan diri pada keadaan yang ada. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>F. Larangan yang berhubungan dengan sosial</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. <i>Aja seneng mamerake bandha lan ngegungake pangkat, sebab bandha bisa lunga, pangkat bisa oncat</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan suka memamerkan harta dan mengagungkan pangkat, karena harta bisa pergi, pangkat pangkat bisa kabur.
Hidup didunia jangan suka memamerkan dan mengagungkan kekayaan semata. Semuanya akan sirna dengan mudah. Kehidupan bagaikan roda yang berputar. Ada kalanya kita di atas, ada kalanya kita di bawah. Janganlah kita mengagungkan kakayaan kita tanpa melihat mereka yang kekurangan. Karena jika kita terjatuh dan kehilangan semua, kita akan merasa terpuruk. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. <i>Aja rumangsa bisa nanging ora bisa rumangsa</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan merasa bisa tetapi tidak bisa merasa.
Hal ini menyatakan bahwa manusia janganlah merasa bisa melakukan sesuatu tetapi tidak bisa merasakan perasaan orang lain. Seseorang hendaknya bisa merasakan perasaan dan mampu menempatkan dirinya di tempat orang lain (toleransi/tepa slira). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. <i>Golek jodho aja mung mburu endahing warna, senajan ayu utawa bagus, yen atine durjana, ora wurung disiriki liyan</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
Mencari jodoh (suami/istri) jangan hanya mencari keindahannya saja, walaupun cantik/tampan, jika hatinya durjana, tetap akan disirik oleh orang lain.
Mencari pasangan hidup buaknlah hal yang mudah. Harus benar-benar diperhitungkan bibit, bebet, dan bobotnya. Dalam hal ini jangan hanya melihat seseorang hanya dari penampilan luarnya saja, tetapi juga harus mengerti isi hatinya. Apakah ia berbudi baik ataukah berhati busuk. Bagaimanapun juga setelah menjadi pasangan hidup, baik buruk tindakan suami/istri akan menjadi tanggung jawab bersama. Jika suami/istri kita berbuar hal yang memalukan , maka yang akan tercemar tidak hanya nama baik keluarga salah satu pihak, melainkan nama baik keluaraga keduanya. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal semacam itu ataupun merasa tertipu dan menysal karena telah memilih pasangan hidup yang salah yang bisa berujung pada perceraian, maka dalam mencari pasangan hidup harus yang memiliki keindahan wajah dan hati.</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-47020385451308347332012-05-06T19:29:00.001-07:002012-07-25T20:55:45.688-07:00ASTHA BRATA : DELAPAN KONSEP KEPEMIMPINAN HINDU<br />
<h2 class="post-title" style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 1.8em; letter-spacing: -0.04em; line-height: 1em; margin-bottom: 5px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-shadow: rgb(247, 228, 200) 0px 1px 0px;">
<span class="postauthor" style="color: #9a8770; font-size: 0.9em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin: 0px 10px 0px 0px; padding: 0px;"><span style="color: #453320; font-size: 15px; line-height: 22px;">Berasal dari kata Asto atau Hasto yang artinya delapan, kemudian Baroto yang artinya laku atau perbuatan. Jadi ASTHA BRATA atau Hasto Broto berati delapan laku atau delapan perbuatan. ASTHA BRATA terdapat dalam Sarga XXIV dari wejangan Ramayana kepada Gunawan Wibisono, juga Sri Kresna kepada Arjuna. Diterangkan bahwa seseorang yang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin atau raja adalah dalam jiwanya terdapat delapan macam sifat kedewasaan atau delapan macam watak-watak delapan dewa. Kewajiban seorang pemimpin harus selalu mencerminkan sifat dan sikap:</span></span><span style="color: #9a8770; font-size: 0.9em; font-style: italic; line-height: 1.2em;"> </span></h2>
<div class="post-data" style="background-color: #f4d0a8; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-style: italic; margin-bottom: 10px; margin-top: 3px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="color: #9a8770;"><span class="posttag" style="font-size: 0.9em; line-height: 1.2em; margin: 0px 10px 0px 0px; padding: 0px;"></span></span></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<a href="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-matahari.jpg" style="color: black; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-3575" src="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-matahari.jpg?w=535" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(209, 173, 128); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: block; margin-bottom: 0px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; text-align: center;" title="astha matahari" /></a></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
1. Dewa Surya atau Watak Matahari<br />
Menghisap air dengan sifat panas secara perlahan serta memberi sarana hidup. Pemimpin harus selalu mencerminkan sifat dan sikap semangat kehidupan dan energi untuk mencapai tujuan dengan didasari pikiran yang matang dan teliti serta pertimbangan baik buruknya juga kesabaran dan kehati-hatian.<br />
<span id="more-3574" style="margin: 0px; padding: 0px;"></span><br />
<a href="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-candra.jpg" style="color: black; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-3576" src="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-candra.jpg?w=535" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(209, 173, 128); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: block; margin-bottom: 0px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; text-align: center;" title="astha candra" /></a></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
2. Dewa Chandra atau Watak Bulan<br />
Yang memberi kesenangan dan penerangan dengan sinarnya yang lembut. Seorang pemimpin bertindak halus dengan penuh kasih sayang dengan tidak meninggalkan kedewasaannya.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<a href="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-bintang.jpg" style="color: black; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-3577" src="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-bintang.jpg?w=535" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(209, 173, 128); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: block; margin-bottom: 0px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; text-align: center;" title="astha bintang" /></a></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
3. Dewa Yama atau Watak Bintang<br />
Yang indah dan terang sebagai perhiasan dan yang menjadi pedoman dan bertanggung jawab atas keamanan anak buah, wilayah kekuasaannya.</div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<a href="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-angin.jpg" style="color: black; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-3578" src="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-angin.jpg?w=535" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(209, 173, 128); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: block; margin-bottom: 0px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; text-align: center;" title="astha angin" /></a></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
4. Dewa Bayu atau Watak Angin<br />
Yang mengisi tiap ruang kosong. Pemimpin mengetahui dan menanggapi keadaan negeri dan seluruh rakyat secara teliti.</div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<a href="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-mendung.jpg" style="color: black; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-3579" src="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-mendung.jpg?w=535" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(209, 173, 128); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: block; margin-bottom: 0px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; text-align: center;" title="astha mendung" /></a></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
5. Dewa Indra atau Watak Mendung<br />
Yang menakutkan (berwibawa) tetapi kemudian memberikan manfaat dan menghidupkan, maka pemimpin harus berwibawa murah hati dan dalam tindakannya bermanfaat bagi anak buahnya.</div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<a href="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-api.jpg" style="color: black; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-3580" src="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-api.jpg?w=535" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(209, 173, 128); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: block; margin-bottom: 0px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; text-align: center;" title="astha api" /></a></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
6. Dewa Agni atau Watak Api<br />
Yang mempunyai sifat tegak, dapat membakar dan membinasakan lawan. Pemimpin harus berani dan tegas serta adil, mempunyai prinsip sendiri, tegak dengan berpijak pada kebenaran dan kesucian hati.</div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<a href="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-samudra.jpg" style="color: black; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-3581" src="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-samudra.jpg?w=535" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(209, 173, 128); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: block; margin-bottom: 0px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; text-align: center;" title="astha samudra" /></a></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
7. Dewa Baruna atau Watak Samudra<br />
Sebagai simbol kekuatan yang mengikat. Pemimpin harus mampu menggunakan kekuatan dan kekuasaannya untuk menjaga keseluruhan dan keutuhan rakyat serta melindungi rakyat dari segala kekuatan lain yang mengganggu ketentraman dan keamanan secara luas dan merata.</div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<a href="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-bumi.jpg" style="color: black; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-3582" src="http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/astha-bumi.jpg?w=535" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(209, 173, 128); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: block; margin-bottom: 0px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; text-align: center;" title="astha bumi" /></a></div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
8. Dewa Kuwera atau Watak Kekayaan atau Watak Bumi<br />
Yang sentosa, makmur dengan kesucian rohani dan jasmani. Pemimpin harus mampu mengendalikan dirinya karena harus memperhatikan rakyat, yang memerlukan bantuan yang mencerminkan sentosa budi pekertinya dan kejujuran terhadap kenyataan yang ada.</div>
<div style="background-color: #f4d0a8; color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Sumber Penulisan : BUKU WYATA PRAJA, STPDN untuk Angkatan XIII Tahun 2005.</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-8553008371833541022012-04-17T07:21:00.002-07:002012-04-17T07:34:44.752-07:00Dharma Shanti Paguyuban Majapahid Jakarta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn-J7yNEiVc5yDIHoFqU0xVYBygyIYPWT9rs5OKFV-55rUkzdJfisFP2_f3AMz1Do8OD73v3Mlk8GD9Yrva4GsItyi40P3pg-y7StCGZOqhzoO1HTpVI8HvuGmidrjBeGBDDWz2jsPLBIS/s1600/majapahid.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn-J7yNEiVc5yDIHoFqU0xVYBygyIYPWT9rs5OKFV-55rUkzdJfisFP2_f3AMz1Do8OD73v3Mlk8GD9Yrva4GsItyi40P3pg-y7StCGZOqhzoO1HTpVI8HvuGmidrjBeGBDDWz2jsPLBIS/s320/majapahid.JPG" width="226" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Om Swastyastu </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Woro-woro, </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Kagem sedulur-sedulur Paguyuban Majapahid Jakrta, hadirilah Dharma Shanti Paguyuban Majapahid pada: </span><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Hari sabtu malam minggu, 28 April 2012, Tempat di Panggung Candi Bentar TMII, Jakarta Timur, sebelah Tugu Api 1 Gerbang TMII, pukul 17.00 s/d selesai, ajak pacar, anak, istri, dan orang tercinta di hati anda.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Mohon dibantu untuk menyebarluaskan undangan ini. Mohon dibantu nge-share, nge-tag ke sedulur semua, klo berkenan jadikan gambar ini sebagai Profil Picture facebook, YM, atau BBm anda, terima kasih, suksme, matur nuwun, satyam ewa jaayate na nanrtam! semoga Hindu selalu jaya di nusantara. sura dira jayadiningrat lebur dening pangastuti!</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Om Santi Santi Santi Om</span></div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-6294181572285805702012-03-03T19:12:00.002-08:002012-03-03T19:17:51.798-08:00KE-HINDUANMU SEMENTARA ATAU SELAMANYA?<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Lamun sira nggegulang agami</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><span lang="id" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Werdinen den bontos<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><span lang="id" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Ywa kasengsem katrem ing ilmune<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><span lang="id" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Upacara lan susilaneki<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><span lang="id" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Kudu den lakoni<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><span lang="id" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Kanthi setya tuhu<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><span lang="id" style="font-style: italic;">Bila engkau mempelajari agama Pelajariah secara mendalam Jangan hanya menyenangi ilmu,</span><span lang="en-US" style="font-style: italic;"> </span><span lang="id" style="font-style: italic;">Upacara dan ajaran kesusilaannya Namun harus wajib kau jalankan dengan sepenuh hati</span><span lang="en-US" style="font-style: italic;">.</span><span lang="id" style="font-style: italic;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="id">I</span><span lang="id">tulah sepenggal wirama mijil dalam bahasa Jawa yang mengajarkan umat Hindu agar tidak hanya mengetahui agama yang dianut dari pandangan luarnya saja. Kita sebagai umat Hindu tentu tidak mau dibilang sebagai umat</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Hindu yang “Hindu-Hinduan” atau juga sebagai umat yang beragama Hindu KTP.</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="id">Ke-Hinduan bukanlah sekedar agama yang dibutuhkan untuk bisa mencapai hidup yang tertib dan sejahtera. Ke-Hinduan juga bukan hanya obat yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah dan kesusahan. Bukan pula sebagai tempat seseorang yang hanya merintih, meminta dan meminta pertolongan dari Tuhan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">ketika mereka mendapatkan kesusahan. Sesungguhnya ke-Hinduan adalah suatu kepercayaan diri seseorang yang menyangkut hidup atau mati selama-lamanya. Ke-Hinduan bukanlah barang yang dapat kita jual belikan atau kita tukar dengan “barang lainnya” secara sembarangan. Ketika kita menerima nama Brahman atau Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Tuhan dan Sumber dari segala kehidupan kita, maka saat itulah kita masuk dalam kehidupan yang sama sekali baru, yaitu suatu kehidupan yang berdasarkan iman di dalam agama Hindu. Umat sedharma, marilah kita instrospeksi diri. Apakah kita tetap di dalam ke-Hinduan dan menyerahkan sepenuhnya kepada Brahman, ataukah semangat hidup kita dalam ke-Hinduan ini</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">mulai pudar oleh keadaan yang kita alami?</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="id">Pindah agama bukan merupakan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">suatu hal yang dapat memecahkan suatu</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">masalah. Orang yang pindah agama adalah</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">orang yang hanya ingin menciptakan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">kepuasan pikiran sesaat. Banyak hal</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">yang mendasari seseorang pindah agama.</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
<a name='more'></a><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="id">Banyak pengalaman yang saya dapatkan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">dari lingkungan saya. Banyak teman</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">teman</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">saya yang awalnya beragama Hindu</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">kemudian pindah ke agama lain dikarenakan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">faktor pernikahan, ekonomi dan karena</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sedikitnya pengetahuan tentang Hindu.</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Ada sebuah cerita , sahabat saya</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">dulu beragama Hindu dan kemudian pindah</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">agama dikarenakan oleh faktor ekonomi.</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Pada suatu saat tepatnya tahun 1999, yang</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">pada saat tersebut keadaan negara belum</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">stabil. Untuk mencari pekerjaan pun sangat</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">susah. Sahabat saya melamar pekerjaan ke</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sebuah perusahaan di kota Solo. Pemilik</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">perusahaan tersebut adalah seorang</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">pengusaha yang non -Hindu. Suatu ketika</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sahabat saya tersebut mendapatkan panggilan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">untuk tes wawancara. Dalam tes wawancara</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">tersebut dia diberikan sebuah pertanyaan”</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Apakah Anda Muslim?”. Kemudian</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">tentu dia menjawab “ Saya Beragama</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Hindu”. Setelah itu sang penguji yang tak</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">lain adalah pemilik perusahaan tersebut,</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">berkata” Kamu akan aku terima sebagai</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">karyawan jika kamu mau ikut agama</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">saya”. Teman saya kemudian mulai ada</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">kebimbangan dalam pikirannya dan lama</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">mempertimbangkan tawaran tersebut.</span><span lang="en-US"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="id">Dalam pikirannya mulai terbayang oleh</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">keadaan anak dan istrinya yang hidup serba</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">pas-pasan. Makan pun tidak bisa 3 kali</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sehari. Anak-anaknya pun sudah beberapa</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">minggu tidak sekolah dikarenakan biaya</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sekolahnya belum dibayar. Setelah</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">beberapa menit mempertimbangkan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">dan terjadi pergolakan dalam</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">pikirannya,kemudian dia menjawab” ya,</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">saya akan pindah “. Mengapa dia mau</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">pindah agama? alasannya adalah sepele.</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Karena dia ingin makan dan menghidupi </span><span lang="id">keluarganya. Dia bilang dengan agama</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Hindu yang dia anut tidak akan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">membuat “perut” dia, anak dan istrinya </span>bisa kenyang. Sungguh ironis ,bukan?</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="id">Ada lagi cerita yang lain, ini</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">juga tentang sahabat saya yang dulu satu</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sekolah. Dia dulu adalah aktifis muda</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Hindu di desa kami. Awalnya,dia aktif di</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">kegiatan keagamaan baik Peradah maupun</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">lainnya. Satu saat dia juga kemudian pindah</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">agama, namun dilatarbelakangi oleh</span><span lang="en-US"> f</span><span lang="id">aktor lain yaitu pernikahan. Ceritanya</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">demikian, suatu ketika dia mempunyai</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">pacar yang beragama non-Hindu. Mereka</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sudah lama berpacaran dan seluruh</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">anggota keluarganya saling mengenal.</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Dia sudah mulai tidak mengikuti</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">kegiatan keagamaan di Peradah lagi.</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Suatu ketika saya bertemu dengannya,</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sebagai seorang sahabat lama tentu saya</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">menanyakan keadaan dan mengapa</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sekarang</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">jarang mengikuti kegiatan di Peradah.</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Ternyata dia sudah pindah agama! Saya</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sebagai sahabat tentu dalam hati merasa</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">kecewa karena dia sahabat yang dulu selalu</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">aktif dalam kegiatan Hindu, mengapa masih</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">bisa pindah agama? Apa yang salah?</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Ternyata alasannya adalah karena</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">pacarnya akan memutuskan hubungannya</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">jika</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">dia tidak mau pindah agama. Sebagai anak</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">muda yang sudah “ Cinta dan Sayang” tentu</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">dia tidak mau diputus. Akhirnya dia menuruti</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">keinginan pacarnya walaupun mungkin dalam</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">pikirannya masih percaya dengan agama</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Hindu. Singkat kata keputusannya adalah</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">hanya untuk membuat orang yang ia cintai</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">menjadi “ Puas”. Setelah beberapa bulan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">berpacaran, akhirnya dia menikahi pacarnya</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">dengan tata cara agama dia yang baru.</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Berselang lima bulan, saya melihat tidak ada</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">perubahan sikap misalnya bersembahyang</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">atau</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">mengikuti kegiatan agamanya. Dia</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">merasa binggung. Apakah mungkin dia</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">merasa binggung karena harus belajar lagi,</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">beradaptasi lagi dengan agamanya yang baru?</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Sungguh sayang, bukan? </span><span lang="en-US">Hanya </span><span lang="id">untuk memuaskan seseorang, dia rela</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">berkorban walaupun dia merasa tidak</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">nyaman. </span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="id">Ibaratnya “ Hujan Setahun dihapus</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">oleh Panas sehari ”. Dia yang selama 25</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">tahun mempelajari agama Hindu kemudian</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">dia harus mengulangi lagi kehidupannya</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">dari angka Nol lagi. Dia harus mempelajari</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">kitab sucinya yang baru dari awal dan</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">beradaptasi dengan lingkungan barunya.</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Pada hal, hidup ini bukan hanya untuk</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">mengurusi satu hal saja. Menurut saya,</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">sungguh-sungguh membuang-buang waktu.</span><span lang="en-US"> </span><span lang="id">Oleh karena itu umat se-dharma,</span><span lang="id"><o:p></o:p></span><span lang="en-US" style="color: black;">Mulai saat ini kita senantiasa memupuk kebanggaan sebagai agama kita “Hindu”. Intinya adalah </span><span lang="en-US" style="color: black; font-style: italic;">“ Ngakoni lan Ngelakoni”. Ngakoni </span><span lang="en-US" style="color: black;"> atau Mengakui. Kita harus mengakui dan dengan tegas mengatakan : </span><span lang="en-US" style="color: black; font-style: italic;">“ Saya beragama Hindu”. </span><span lang="en-US" style="color: black;">Janganlah minder ketika ditanya oleh umat lain tentang apa agama kita. Setelah kita mengakui, barulah kita </span><span lang="en-US" style="color: black; font-style: italic;">Ngelakoni </span><span lang="en-US" style="color: black;">atau Melakukan. Melakukan apa yang diajarkan oleh kitab suci Weda. Buatlah pondasi yang kuat agar bagunan yang akan kita bangun tidak akan terobohkan. </span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: black;">Untuk mengobati penyakit-penyakit seperti contoh di atas, ada 5 obat yang harus segera diminum antara lain:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US" style="font-size: 10pt; font-weight: bold;"><span dir="ltr"></span>1. Tablet : Aktif anti Hayal</span><span lang="en-US" style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US" style="font-size: 10pt;">Jadilah orang yang aktif berusaha memperbaiki diri sendiri dan keadaan di sekeliling kita. Jangan 100 % percaya pada khayalan akan datangnya Sabdopalon Naya Gengong. Percayalah pada tindakan yang kita lakukan. Kalo kita berjuang aktif, pasti ada hasilnya meskipun sedikit. Syukur kalo banyak. Jadi kalo mau agama Hindu besar lagi, ya harus aktif berjuang demi kebesaran Hindu. Ayo bangun... sadar... ayo berjuang....<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US" style="font-size: 10pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 10pt; font-weight: bold;"><br />
2. Tablet hisap anti berkelit</span><span lang="en-US" style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US" style="font-size: 10pt;">Jadikan fakta yang ada sebagai bahan studi dan perbandingan. Analisa dengan baik sehingga akan ditemukan jalan penanggulangannya. Hadapi persoalan dengan berani, sepahit apapun persoalan itu. Semakin kita berkelit akan semakin jauh dari jalan keluar.</span><span class="Apple-style-span" style="font-size: 13px;">Belajarlah untuk mendengarkan ajaran agama walaupun itu datangnya dari tetangga sendiri. Semakin banyak anda mau mendengar maka semakin banyak yang bisa kita serap dan kita gunakan untuk menekan ego. Dari gemar mendengar kita transformasikan menjadi gemar berbuat. Pasti dah hasilnya akan luar biasa. Kalau kita tidak pernah mau mendengarkan orang lain, maka jangan harap kita akan didengar oleh orang lain.</span></div><div class="MsoBodyText" style="mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US" style="font-size: 10pt; font-weight: bold;"><span dir="ltr"></span>3. Tablet Vitamin pelawan “sok pintar”</span><span lang="en-US" style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US" style="font-size: 10pt;">Jangan sok pintar tetapi selalulah belajar untuk menjadi pintar. Karena orang pintar akan bisa mengajari diri sendiri dan bisa berbagi ilmu dengan orang lain. Dan yang jelas tidak akan dibodohi orang lain terlebih lebih dalam urusan agama. Berhentilah kelewat bangga karena lahir dari keluarga Hindu sampai sampai lupa belajar agama Hindu. Selalulah berfikir bahwa selama masih ada kesempatan harus digunakan untuk belajar dan belajar. Kalo ada guru lebih baik, kalo gak ada ya belajar secara otodidak. Pokoknya no time tanpa belajar. Hidup belajar..... ..<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US" style="font-size: 10pt; font-weight: bold;"><br />
4. Salep pemusnah pamer.</span><span lang="en-US" style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US">Agama itu untuk dilaksanakan dengan semangat spirit ual. Pamer hanya akan menjauhkan diri dari tujuan yang sebenarnya. Bahkan lebih banyak negatif ketimbang positifnya. Sederhanalah dalam segenap kegiatan agama, niscaya akan lebih bersahaja dan bermakna.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US"><span dir="ltr"></span>5</span><span lang="en-US" style="font-weight: bold;">. Tablet Vitamin penambah kebanggaan</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US">Hindu adalah agama yang paling tua. Semakin tua, semakin banyak pengalaman yang diambil, banyak ajaran yang dapat dijadikan pedoman hidup. Coba kita hitung berapa banyak kitab dalam agama Hindu. Intinya adalah Kita harus mencintai agama kita dan melaksanakan ajaran yang ada dengan penuh kesucian.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: black;">Semoga tulisan ini bermanfaat. ( Arya).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none;"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-42760230805488986202012-02-08T21:18:00.000-08:002012-07-25T20:56:18.147-07:00Menuju Tuhan : Jalan Itu Bukan Hanya Satu, Namun Empat Jalan<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US">Pertama redaksi menyampaikan terima kasih kepada semua pembaca tulisan ini atas waktu yang Anda luangkan untuk kita sama-sama belajar tentang ajaran-ajaran Hindu Dharma. Dengan segala kerendahan hati penulis perlu sampaikan bahwa tulisan kecil ini dibuat semata-mata karena keingintahuan penulis untuk mengetahui "setitik air dari dalamnya samudera pengetahuan yang terkandung dalam Weda". <br />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black;">Catur Yoga berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu: Catur yang berarti Empat, dan Yoga yang berarti Hubungan (yoga berasal dari akar kata yuj). Dengan demikian Catur Yoga secara sederhana dapat diartikan sebagai empat jalan untuk mengadakan hubungan atau menuju Tuhan (Hyang Widhi, Paramatma, God, Allah). Ke empat jalan tersebut adalah: Jnana Yoga, Bhakti Yoga, Karma Yoga, Raja Yoga. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black;">Agama Hindu memberi kebebasan kepada para penganutnya untuk memilih jalan manapun dari ke empat jalan utama yang ada untuk menuju Tuhan. Keempat jalan ini memiliki sifat dan kekhasan tersendiri, yang dapat dijalankan oleh setiap orang sesuai bakat dan kemampuan (swadharma) masing-masing. Ibarat naik untuk mencapai puncak sebuah gunung, kita dapat mendakinya dari sisi manapun. Sisi Utara, sisi Timur, sisi Selatan, dan sisi Barat dapat kita daki, hanya masing-masing sisi memiliki medan yang berbeda-beda. Kemampuan dan keterampilan masing-masing orang dalam mendaki juga berbeda-beda. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black;">Ke empat jalan tersebut sama baiknya, asalkan diikuti dengan ketetapan dan keteguhan hati. Hal ini seperti digemakan dalam pustaka suci Bhagavad-Gita: <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black; font-style: italic;">Bagaimanapun jalan manusia mendekati-Ku Aku terima sama, O Arjuna Manusia menuju-Ku dalam segala jalan. (Bhagavad-Gita IV: 11).</span><br />
<a name='more'></a><span lang="en-US" style="color: black; font-style: italic;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black;">Menurut analisis Hindu pada umumnya ada empat macam pribadi manusia. Beberapa orang pada dasarnya suka merenung. Yang lainnya amat emosional. Yang lainnya lagi adalah tipe orang aktif. Dan akhirnya, ada beberapa orang yang paling tepat dikategorikan sebagai orang yang lebih suka akan pengalaman atau percobaan. Masing-masing jenis kepribadian ini diberi jenis yoga (jalan) sendiri-sendiri. Tiap yoga itu dimaksudkan untuk memanfaatkan bakat yang dimiliki orang yang bersangkutan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black;">Berikut ini disajikan secara ringkas masing-masing yoga tersebut satu-persatu</span><span lang="id" style="color: black;"> </span><span lang="id" style="color: black;">:<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black; font-style: italic; font-weight: bold;">Pertama</span><span lang="en-US" style="color: black; font-weight: bold;">, </span><span lang="en-US" style="color: black;">Karma Yoga atau Jalan Menuju Tuhan Melalui Kerja. Karma Yoga adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan, yaitu menuju Tuhan, berdasarkan perbuatan baik (cuba-karma) dan tidak mengikatkan diri pada hasil kerja itu. Kerja adalah pokok kehidupan manusia. Dorongan untuk bekerja bukanlah lagi motivasi ekonomis melainkan motivasi psikologis. Jika terpaksa menganggur, sebagian besar orang akan gelisah; dan orang cenderung kehilangan semangat bila terpaksa pensiun. Jalan menuju Tuhan melalui kerja dimaksudkan untuk orang-orang yang berwatak aktif. Jalan ini mempunyai rute-rute alternatif tergantung pendekatan kita, apakah secara filosofis atau dengan sikap cinta. Dalam rangka ke empat yoga, maka karma yoga bisa dipraktekkan dengan gaya yoga jnana (pengetahuan) atau gaya yoga bhakti (devosi). <br />
Seorang karmin (orang yang menjalankan karma yoga) mengerjakan pekerjaannya sebagai persembahan kepada Tuhan, dan akan berusaha memberikan hasil kerja yang terbaik yang mampu ia lakukan. Dalam mengerjakan pekerjaannya, bahkan dalam setiap tindakannya sehari-hari, ia melakukannya dengan tidak mempertimbangkan untung-rugi bagi dirinya sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black; font-style: italic; font-weight: bold;">Kedua</span><span lang="en-US" style="color: black;">, Bhakti Yoga atau Jalan Menuju Tuhan Melalui Cinta-Kasih. Bhakti Yoga adalah jalan untuk menuju Tuhan (mencapai kesempurnaan, moksa) dengan melaksanakan bhakti, cinta-kasih, dan penyerahan diri secara total kepada Tuhan. <br />
Bhakti Yoga mempunyai pengikut yang sangat banyak, karena merupakan yoga yang paling populer di antara ke empat jenis yoga. Hal ini disebabkan umumnya hidup ini lebih banyak digerakkan oleh perasaan daripada akal; dan di antara demikian banyak perasaan yang menghimpit manusia, yang terkuat serta paling luas cakupannya adalah perasaan cinta. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black;">Seorang bhakta (orang yang menjalankan bakti, devotee) dengan sujud dan cinta menyembah dan berdoa, serta dengan penyerahan diri secara total mempersembahkan jiwa-raganya kepada Tuhan, dan memperbesar cinta-kasihnya menjadi cinta-kasih yang universal kepada semua mahluk. Dengan cara mencintai Tuhan seperti ini seorang bhakta akan mencapai kesempurnaan. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black; font-style: italic; font-weight: bold;">Ketiga</span><span lang="en-US" style="color: black;">, Jnana Yoga Jalan Menuju Tuhan Melalui Ilmu Pengetahuan. Jalan ini dimaksudkan untuk para pencari kehidupan rohani yang mempunyai kecenderungan intelektual dan kemampuan spiritual cukup kuat. Bagi orang-orang yang mempunyai bakat, kemampuan, dan watak seperti ini, dengan mempelajari dan mendalami ajaran kerohanian ia akan mampu mencapai kesadaran ilahi yang religius (kesadaran atman). Bidang yang tak diketahui adalah bidang transendental, yang umumnya memang kurang diketahui oleh kebanyakan orang pada masa sekarang ini. Kemampuan untuk membedakan ini dapat diperoleh melalui dua langkah, yaitu: <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Mendengar Mendengarkan ucapan orang-orang bijaksana tentang Tuhan (srawanam) ataupun usaha mencari dan mendekati-NYA melalui pustaka-pustaka suci.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Berpikir Melakukan refleksi pikiran secara mendalam untuk mengerti adanya hakikat-hidup (atman). Di balik segala lapisan yang kita bangun untuk membentengi diri kita sendiri, martabat kita, gelar kita, status kita, dan kebutuhan kita untuk dipandang dalam cara-cara tertentu – di balik semua itu, tetap terdapat jati diri yang sejati, jati diri hakiki, sang jiwa (atman). Hal ini dapat dilakukan dengan menelaah bahasa yang sehari-hari kita gunakan dan merenungkan maknanya. Misalnya: "Ini bajuku". Di sini antara "baju" dengan "ku" adalah dua hal yang berbeda. Begitu juga bila kita telusuri perkataan "Ini tubuhku". Yang disebut “ Aku” ini siapa? Nama yang diberikan orang tua ataukah atman (jiwa)?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black; font-style: italic; font-weight: bold;">Keempat, </span><span lang="en-US" style="color: black;">Raja Yoga atau Jalan Menuju Tuhan Melalui Latihan Psikologis. Hipotesis yang mendasari ajaran Raja Yoga ini adalah ajaran agama Hindu tentang manusia. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa manusia terdiri dari empat lapisan, yaitu: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-language: id; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">1.</span><span style="width: 11.25pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Tubuh Jasmani (badan kasar atau sthula-carira).</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-language: id; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">2.</span><span style="width: 11.25pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Alam pikiran dan pengalaman yang disadari (badan halus atau suksma-carira). </span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-language: id; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">3.</span><span style="width: 11.25pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Kawasan bawah-sadar pribadi (badan penyebab atau karana-carira).</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-language: id; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">4.</span><span style="width: 11.25pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Hakikat-Hidup (roh, soul, atman/jiwatman).</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black;">Metode yang digunakan dalam raja yoga adalah sengaja melakukan mawas-diri, yaitu usaha untuk menyadari Hakikat-Hidup itu sendiri. Untuk mencapai penghayatan Hakikat-Hidup ini ditempuh delapan langkah pengendalian dan pengembangan diri (dalam terminologi Hindu, delapan langkah ini disebut Astangga-yoga), yaitu: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Langkah 1 dan 2 (Yama dan Niyama Brata): Dua langkah ini berkenaan dengan pengantar moral.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Langkah 3 (Asana): pengaturan sikap badan agar tidak mengganggu konsentrasi (pikiran).</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Langkah 4 (Pranayama): Pengaturan jalannya nafas, juga agar tidak menggangu konsentrasi (pikiran).</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Langkah 5 (Pratyahara): Penarikan indria dari objek-objek duniawi agar konsentrasi pikiran tidak terganggu..</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Langkah 6 (Dharana): <br />
Memusatkan konsentrasi pikiran hanya pada satu objek, yaitu alam pikiran itu sendiri. </span><span lang="id"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black;">Langkah 7 dan 8 (Dhyana dan Samadhi): <br />
Perenungan yang mendalam pada suatu objek untuk mencapai kesadaran yang tertinggi, yaitu kesadaran akan Hakikat-Hidup (kesadaran ilahi, kesadaran atman). </span><span lang="id"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; mso-level-font-family: Symbol; mso-level-number-format: bullet; mso-level-size: 10.0pt; mso-level-text: ·; mso-pagination: none; text-align: justify; text-indent: -18pt; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="en-US" style="color: black;">Begitulah sifat fleksibel dan ke-Universalan Agama Hindu yang memberikan empat jalan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="id">Untuk mencapai Tujuan tertinggi (Moksa). Tuhan maha kasih, tidak akan mempersulit umatnya untuk bertemu dengan Nya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="id">Apapun pekerjaan dan profesi seseorang tidak membatasi seseorang untuk bertemu dengan Tuhan. Seorang Petani, dengan bekerja keras, penuh dengan keiklasan dan tanpa mengharapkan hasil kerjanya merupakan cerminan ajaran dari Karma Yoga. Dalam pikirannya hanyalah bekerja, bekerja dan bekerja.... Dengan semangat kerja yang tinggi, dengan aturan yang benar maka hasil terbaik pasti ia dapatkan. Seorang Guru pun demikian, dengan penuh semangat mengajarkan ajaran kebenaran kepada Sisyanya merupakan cerminan ajaran Jnana Yoga. Bagaimana dengan Ajaran Bhakti Yoga? Ketika kita akan melaksanakan suatu Upacara agama, perlu persiapan yang lama. Sebagai cerminan rasa Bhaktinya kepada Tuhan, maka para Bhakta mempersembahkan apa saja yang ia miliki. Sebagai contoh membuat sesaji dengan penuh keiklasan dan kesucian. Yang terakhir adalah Raja Yoga. Siapapun yang memiliki kemampuan dan niat untuk belajar dapat melakukan ajaran Raja Yoga. Bukan hanya orang suci dan pendeta saja yang dapat melakukannya. Salah satu cermin pelaksanaan Raja Yoga adalah bersembahyang Tri sandhya yang sering kita lakukan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
<span lang="id">Demikianlah keempat jalan itu, semoga tulisan ini bermanfaat dan mohon maaf atas segala kekurangan. </span><span lang="id" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Tiada gading yang tak retak. Santih. ( red).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%;">
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-27575502705785100462012-01-11T19:57:00.000-08:002012-07-26T20:21:02.809-07:00Mulat Sarira di Tahun Baru 2012<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Dengan datangnya tahun baru 2012 berarti kita meninggalkan tahun 2011. Bagi sebagian orang, pergantian tahun merupakan saat yang dinanti-nanti, namun bagi sebagian lagi masih diliputi tanda tanya bagaimana kondisi tahun depan. Setiap pergantian tahun, selalu diikuti dengan refleksi dan resolusi baru. Luangkan waktu untuk melihat kembali apa yang sudah kita raih dalam satu tahun ini. Kemajuan apa saja yang sudah kita peroleh selama satu tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu? Apakah semua target yang kita tetapkan di awal tahun berhasil kita capai di tahun ini? Adakah prestasi dan pencapaian terbaik yang ingin kita ulang kembali di tahun 2012? Adakah hal-hal yang ingin kita tingkatkan lebih baik lagi di tahun 2012? Apakah ada rencana dan target baru yang ingin kita raih di tahun 2012 nanti? Apakah ada sesuatu yang baru yang ingin kita mulai di tahun 2012 ini? </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><br />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Tahun baru yang dimulai pada tanggal 1 bulan Januari merupakan penanggalan Masehi, dan ini diakui di seluruh dunia, walaupun mereka punya tahun baru sendiri, misalnya Tahun baru Imlek bagi masyarakat Tionghoa, Tahun baru Muharam bagi umat Muslim, dan di Hindu ada Tahun bari Saka. <b>Tahun baru</b> adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang mempunyai kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan <i>tahun baru</i>. Hari tahun baru di Indonesia jatuh pada tanggal <span style="font-size: 13.5pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1_Januari"><span style="color: black; font-size: 11pt; text-decoration: none;">1 Januari</span></a></span> karena <span style="font-size: 13.5pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia"><span style="color: black; font-size: 11pt; text-decoration: none;">Indonesia</span></a></span> mengadopsi <span style="font-size: 13.5pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Gregorian"><span style="color: black; font-size: 11pt; text-decoration: none;">kalender Gregorian</span></a></span>, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia.<br />
<br />
<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span style="font-size: 14pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;"> </span>Tahun baru itu berarti kita meninggalkan tahun 2011 dan menyambut tahun 2012. Dan Tahun baru 2012 adalah Tahun Naga air. Bagi sebagian orang, pergantian tahun merupakan saat yang dinanti-nanti, namun bagi sebagian lagi masih diliputi tanda tanya bagaimana kondisi tahun depan. Setiap pergantian tahun, selalu diikuti dengan refleksi dan resolusi baru. Untuk itu luangkan waktu untuk melihat kembali apa yang sudah kita raih dalam satu tahun ini. Kemajuan apa saja yang sudah kita peroleh selama satu tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu ? Apakah semua target di tahun lalu sudah tercapai? prestasi dan pencapaian terbaik, hal-hal yang ingin kita tingkatkan lebih baik, rencana dan target baru yang ingin kita raih, dan apakah ada sesuatu yang baru yang ingin kita mulai di tahun 2011 ini ? semuanya inilah yang harus kita renungkan. Kita harus membuat perencanan yang jelas dengan berkaca ke belakang.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-line-height-alt: 8.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-line-height-alt: 8.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Tahun baru seakan-akan sebuah bab baru dalam kehidupan ini. Hari-hari mendatang bagaikan lembaran kertas putih yang masih kosong, yang akan kita tulis setiap hari. Hari-hari mendatang bagaikan bentangan ladang yang masih kosong, yang akan kita taburi dengan bibit setiap harinya. Hari-hari mendatang, bagaikan desa dan kota kecil yang harus kita lewati dalam melakukan perjalanan panjang. Banyak hal yang kita harapkan dalam kehidupan ini, baik secara duniawi maupun spiritual. Secara duniawi, kita mengharapkan kebidupan yang lebih baik; bisnis yang lebih lancar, pelanggan yang lebih banyak, pendapatan yang lebih besar, kekayaan yang terus bertambah, kesehatan yang terus terjaga, dan berbagai kebahagiaan lainnya. Atau Anda berharap bisa menyelesaikan pendidikan tahun ini, mendapat lapangan pekerjaan yang sesuai dengan pendapatan yang lebih dari pantas.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-line-height-alt: 8.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-line-height-alt: 8.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Melalui Tahun Baru 2012 mari kita jadikan sebagai momentum penyadaran diri (instropeksi diri). Dimasyarakat Jawa kita mengenal istilah <b>Mulat Sarira</b> (<span style="font-size: 13.5pt;"><a href="http://budiarnaya.com/religius/mulat-sasira-kembali-ke-jati-diri/"><span style="color: black; font-size: 11pt;">introspeksi</span><span style="color: black; font-size: 11pt; text-decoration: none;"> </span></a></span>atau kembali ke jati diri) yang mengajarkan tentang pembiasaan diri untuk merefleksikan semua kejadian yang ada ke dalam diri kita sendiri, melalui mulat sarira kejernihan dan kesucian hati akan bisa tercapai yang mengantarkan kita pada fase pembentukan intuisi yang tajam untuk mewujudkan apa yang dinamakan <span style="font-size: 13.5pt;"><a href="http://budiarnaya.com/kehidupan/pencarian-hidup-yang-sejati/"><span style="color: blue; font-size: 11pt;">kedamaian</span></a></span><i><u>.</u></i> Kita juga harus belajar pada pilsafat Jawa yaitu: “<i>Ojo rumongso biso tapi bisaa rumangsa</i>”, artinya jangan merasa bisa tapi bisalah merasa akan diri kita. Di samping itu ada ungkapan “<i>Mulat sarira hangroso wani</i>” artinya kita harus mawas diri dan melalui tahun baru ini mari kita jadi sebagai momentum untuk instropeksi diri <i>(back and look inside).</i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-50705539224646061552012-01-11T19:49:00.001-08:002012-01-11T19:49:48.236-08:00Bunga, Air dan Dupa dalam Pemujaan, minimalis yang tetap Idealis<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: 8.9071pt; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US">Penggunaan sarana sembahyang itu sebenarnya tidak lebih hanya bermakna simbolis untuk mendukung pemusatan konsentrasi kita ke hadapan Sang Hyang Widhi, seperti misalnya penggunaan sarana dupa yang bermakna sebagai saksi pemujaan sekaligus sebagai pelebur segala kekotoran serta sebagai pengantar doa kita kepada Sang Hyang Widhi (divisualisasikan dengan asapnya yang membumbung ke atas). Sastra suci menyatakan bahwa upacara yajnya sebesar apapun akan dianggap sah apabila ada wanita sebgai lambang ibu alam semesta dan dupa sebagai saksi pemujaan (penghubung). Jadi kehadiran wanita sebagai perwujudan ibu alam semesta dan dupa sebagai saksi pemujaan sangatlah penting.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: 8.9071pt; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US">Hal yang sama juga terhadap penggunaan kewangen yaitu secara umum berfungsi sebagai </span><span lang="en-US" style="font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Ardhanareswari</span><span lang="en-US">. Dilihat dari asal usul katanya. Kewangen berasal dari kata </span><span lang="en-US" style="font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">wangi</span><span lang="en-US">, lalu menjadi </span><span lang="en-US" style="font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">kewangian</span><span lang="en-US">, setelah disandikan berubah menjadi </span><span lang="en-US" style="font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">kawangen </span><span lang="en-US">yang berarti keharuman. Ini berarti kewangen juga berfungsi sebagi sarana menharumkan nama (Prabhawa) Hyang Widhi. Biasanya kita gunakan pada persembahyangan Muspa yang ke tiga dan ke-empat (Dewa Samudaya dan Waranugraha puja). Jika dilihat sari sarana kelengkapannya wujud kewangen secara keseluruhan melambangkan aksara Ongkara. Karena melambangkan aksara suci Ongkara inlah kemudian dalam penggunaan Kewangen itu mengarah ke pengguna/pemujanya yang mengandung makna bahwa bahwa kita mendekatkan diri pada Hyang Widhi dari yang abstrak ke yang riil, lebih jauh lagi diharapkan semoga Sang Hyang Widhi dapat bersemayam di hati kita masing-masing <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: 8.9071pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US">Begitupun halnya dengan penggunaan sarana bunga, juga bermakna sebagai simbolis yaitu sebagai lambang kesucian hati dan ketulusan hati kita dalam melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Widhi. Khusus penggunaan bunga, tidak hanya menjadi monopoli umat Hindu dalam persembahyangan, tetapi juga acap kali digunakan oleh masyarakat secara umum dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, yaitu untuk mewakili pernyataan rasa dan perasaan orang seseorang misalnya perasaan bahagia, perasaan turut berduka cita hal ini dilambangkan dengan karangan bunga. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 10.0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US"> Penggunaan bunga dalam persembahyangan agama Hindu, tentu tidak sembarang bunga dapat digunakan, berbeda dengan penggunaan yang berkaitan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan atau untuk kegiatan di luar persembahyangan. Tentu semua bunga dapat digunakan asalkan bunga itu menarik dan indah. Hal itu sangat berbeda jika bunga itu diperuntukkan bagi sebagai sarana persembhyangan di samping memenuhi unsur menarik dan indah juga terpenting adalah harus memenuhi unsur kesucian. Adapun bunga yang tidak layak dipakai dalam persembahyangan menurut Kitab Agastya Parwa adalah sebagai berikut: bunga yang dimakan ulat, bunga yang gugur tanpa diguncang, bunga yang berisi semut, bunga yang layu yaitu yang lewat masa mekarnya, bunga yang tumbuh di kuburan. Inilah jenis-jenis bunga yang tidak layak digunakan untuk persembahyangan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: inter-word; text-justify: inter-word;"><span lang="en-US"> Dengan suratan kitab Agastya Parwa di atas, jelaslah bahwa dalam persembahyangan kita tidak menggunakan sembarang bunga. Hal ini tentu didasari oleh maksud paling hakiki yang kita ingin mempersembahkan yang terbaik kepada Sang Hyang Wdhi. Semua kembali ke </span><span lang="en-US" style="font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">atmanastuti </span><span lang="en-US">(kepuasan batin). Mudah saja kita mengumpamakanya. Semisal, diri kita pasti tidak mau makan yang sudah basi, atau menerima baju yang sudah rusak, dsb.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 10.0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US"> Demikian juga dengan penggunaan air dalam persembahyangan. Air memegang perana yang penting dalam kehidupan umat manusia. Manusia tidak akan bisa hidup jikan tidak ada air. Air diyakini sebagai pembersih segala dosa, lara, wighna. Begitu juga dalam penggunaan bija sebagai sarana persembahyangan. Rasanya kurang lengkap (afdol) jika belum mendapatkan Bija. Bija umat Hindu meyakininya sebagai “</span><span lang="en-US" style="font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">wija” </span><span lang="en-US">benih-benih kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan yang kita harapkan setelah selesai persembahyangan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-31852152049593591022011-12-18T21:25:00.000-08:002011-12-18T21:25:52.506-08:00Mulailah Menyayangi Tuhan<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Helvetica;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 14px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Pada suatu hari saya tidak sengaja memilih-milih channel Televisi. Setelah beberapa saat saya berhenti pada salah satu acara tentang ceramah agama Hindu. Acara tersebut saya simak sampai selesai dan dalam bulletin ini akan saya rangkumkan apa yang dibahas disana.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Saudara umat sedharma, ada sebuah pertanyaan besar dalam pikiran saya, atau mungkin pernah tercetus dalam pikiran saudara, yaitu: “Untuk apa kita dilahirkan kedunia ini?”. Pertanyaan itu akhirnya terjawab sudah. Saudara, Menurut Veda dijelaskan bahwa apa yang ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara saja (tiada yang kekal) seperti tubuh ini yang tidak kekal. Dijelaskan pula bahwa sebenarnya dilahirkan ke dunia ini adalah Samsara/ Sangsara atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan “Sengsara”. Mengapa demikian? Dalam Bhagavad Gita di jelaskan bahwa di Dunia ini ada 4 hal yang merupakan sumber kedukaan. </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Pertama</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"> adalah Kelahiran. Kelahiran kembali (Punarbhawa) menurut ajaran Hindu merupakan dampak dari perbuatan kita pada kehidupan terdahulu. Kita yang belum dapat mencapai Moksa, maka akan selalu dilahirkan-dilahirkan dan dilahirkan. Bayi yang baru dilahirkan hampir 99% akan menangis, tangisannya menandakan bahwa sang atman yang menghidupkan si Bayi merasakan kedukaan di lahirkan kembali ke dunia ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Kedua</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">, Sakit merupakan sumber kedukaan selanjutnya. Apakah anda merasakan juga bahwa Sakit adalah hal yang tidak mengenakkan? Saudara, ketika kita sakit, makanan enak pun terasa pahit, minuman manis pun terasa pahit….sungguh tersiksalah diri kita. Kita yang biasa beraktifitas dengan semangat, kini hanya terbaring dan tak mampu pergi kemana-mana. Kita tidak bisa pergi ke tempat yang kita sukai… Sungguh tersiksa lagi..<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Lain lagi ketika kita sakit hati...mendapatkan kata-kata yang tidak enak dari teman atau orang lain akan terasa menyakitkan. Lebih parah lagi ketika kita sakit jiwa, kita akan dikucilkan oleh orang lain, dirantai seperti binatang, tidak tau mana yang baik dan mana yang buruk...sungguh tersiksa lagi hidup ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Ketiga, </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Masa tua adalah sumber kedukaan ketiga. Saat masa tua ketika rambut sudah memutih, kita akan merasa bahwa hidup ini sudah sampai pada titik dimana kita harus sadar bahwa kita harus mengurangi kebiasaan waktu masih muda. Jika kita sudah tua kita akan berpikir bahwa hidup ini tak akan lama lagi..kesedihan, kedukaan mulai muncul dalam pikiran kita. Pandangan sudah mulai kabur, Pendengaran kita sudah mulai berkurang...Misalnya ada cucu yang bertanya A mungkin kita menjawab B, bertanya C dijawab D. Kita sudah tidak secantik atau setampan dulu, kulit wajah mulai keriput dan jelek. Kita sudah tidak segagah dahulu, kini berjalan saja harus memakai tongkat sebagai kaki ke-3 kita. Selain itu makanan enak, daging dan lainnya pun sudah tidak enak lagi. Kita kemudian bilang: Sungguh sedih hidup ini…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Keempat</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">, Hal yang menyebabkan kedukaan adalah kematian. Kematian adalah hal yang menakutkan. Apakah Anda akan mendaftarkan diri lebih cepat? Mungkin kita akan menjawab “ Tidak”. Kata “ Tidak “ itu mengekpresikan bahwa ada “ sesuatu” dalam kematian itu, mungkin karena kita belum siap atau karena ketakutan ketika melihat ada orang meninggal. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Saudara umat se-dharma, itulah mengapa Dunia ini dikatakan sebagai tempat samsara (kesengsaraan). Untuk menjawab pertanyaan diawal, dalam kitab Sarassamucaya Sloka 4 dijelaskan bahwa sebenarnya kita mendapatkan tubuh manusia ini merupakan keberuntungan. Mengapa demikian? Karena dengan tubuh manusia ini kita dapat memperbaiki diri dan dapat mengurangi sisa karma yang pernah kita lakukan pada kehidupan terdahulu dengan jalan kebaikan (Dharma). Ada sebuah Sloka yang menjelaskan betapa pentingnya tubuh manusia ini, yang berbunyi: “</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Moksanam Sariram Sadhanam</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">” yang artinya Tubuh ini merupakan alat untuk mencapai moksa. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Oleh karena itu marilah kita mulai saat ini ber usaha untuk membersihkan sisa karma kita dengan jalan menyucikan badan ini baik jasmani maupun rohaninya. Secara jasmani dengan jalan mandi. Secara rohani kita dapat mendisiplinkan diri dengan cara simpel yaitu Sembahyang atau Meditasi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Serahkan diri kepada-Nya. </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Setiap orang tidak bisa menghindari </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">suka duka lara pati </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">yaitu suka duka penderitaan dan kematian. Pada waktu menikmati kesukaan umumnya orang lupa kepada Tuhan, tetapi bila penderitaan menimpa atau kematian mendekatinya, orang baru ter ingat kepada Tuhan. Sejak lahir manusia diperkenalkan dengan isi duniawi. Tidak pernah memikirkan apalagi berterimakasih kepada pemilik dari benda-benda itu. Sudah sepatutnyalah berburu kesenangan duniawi itu dikurangi dan dikendalikan dan mengalihkan pandangan kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta ini. Kesenangan akan benda-benda duniawi tidak pernah akan dapat dipuaskan dengan memenuhi kesenangan itu sendiri. </span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Helvetica; font-size: 15px;">Kebahagiaan sejati tidak pernah akan ter</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Helvetica; font-size: 15px;">dapat didalam kekayaan yang melimpah atau pemuasan hawa nafsu yang tidak terbatas. Kesenangan yang hampa dan selalu diikuti oleh kedukaan adalah hasil perburuan ter hadap benda-benda duniawi.</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Dimana kebahagiaan dapat dicari? Kembalilah kepada Tuhan! Serahkan diri kepada -Nya! Milikilah Tuhan, maka kebahagiaan akan dirasakan dan semua kesenangan duniawi itu tidak ada artinya. Untuk apa kita memiliki ciptaan-ciptaan beliau, yang berupa benda duniawi? Bukankah lebih penting memiliki Tuhan itu sediri?.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Bila anda menghadapi pekerjaan berat penuh bahaya, keragu-raguan dan ketakutan mungkin menghantui diri anda untuk menghilangkannya keragu-raguan itu sebutlah nama Tuhan, bahkan menurut ajaran agama Hindu setiap apapun yang akan anda lakukan sebelum memulai pekerjaan itu didahului dengan mengucapkan Om. Om adalah simbul nama Tuhan menurut Hindu. Setiap memulai pekerjaan, pikiran dipusatkan sejenak kepada Tuhan dengan menyebut nama-Nya, mohon restu-Nya. Penyebutan nama Tuhan memberikan kegairahan dan mengundang keberhasilan anda. Sebaliknya anda tidak akan berani berbuat menyimpang dari ajaran agama, anda akan takut berbuat sesuatu yang tidak direstui Tuhan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Kita hidup di dunia ini diibaratkan seperti anak kecil yang penakut mau pipis malam hari begitu ia melihat bayang-bayang gelap, dia sangka itu hantu. Lalu menjerit memanggil ibunya. Ketika sang ibu sudah datang dan menolong, dihatinya ada ketenangan tanpa ketakutan. Begitulah bila anda memanggil nama Tuhan, Tuhan dalam sekejap akan ada di samping anda untuk menenteramkan hati anda. Maka mulai sekarang ini mari kita dekati dan menyayangi Tuhan. Terima Kasih, semoga bermanfaat bagi anda sekalian. (red).</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"><b>MEMAKNAI KEMATIAN</b></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11pt;">Dzogchen Ponlop dalam </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11pt; font-style: italic;">Mind beyond death</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11pt;">: “</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11pt; font-style: italic;">in order to die well, one must live well</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11pt;">“. Agar matinya indah, belajarlah hidup secara indah (baca: hidup penuh cinta). Makanya tidak sedikit guru meditasi yang menggunakan kematian sebagai sumber air perenungan yang tidak habis-habis. Pertama-tama meditator membayangkan tubuhnya mati. Badan kaku, warnanya membiru, orang-orang dekat menangis dan seterusnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"> Diterangi cahaya keikhlasan, kematian terlihat sebagai kembalinya unsur-unsur badan ke rumah aslinya. Unsur tanah kembali ke tanah, unsur air kembali ke air, unsur api kembali ke api, unsur udara kembali ke udara, unsur ruang kembali ke ruang. Dalam bahasa tetua Bali, kematian disebut </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">mulih ke desa wayah </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">(pulang ke rumah sesungguhnya).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"> Ia yang merenungkan kematian dalam-dalam, jadi lebih tenang, santun, baik, rendah hati. Bukankah ketenangan dan kebajikan adalah teman paling berguna dalam kematian? Di samping itu kematian juga berubah wajah menjadi guru simbolik yang membimbing menapaki tangga-tangga kemulyaan. Mungkin ini sebabnya St. Paul pernah mengemukakan </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">l die every day</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">. Oleh karena itu mari dari sekarang kita berusaha melakukan kebaikan setiap saat, dengan membayangkan kematian datang hari ini. Semoga Bermanfaat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;"> </span> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-90833317303980280562011-11-07T00:13:00.000-08:002011-11-07T00:13:51.366-08:00SENGKALAN (SAKA KALA)<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Apakah itu yang disebut dengan sengkalan? Sengkalan itu berasal dari kata sansekerta ( </span><span lang="en-US" style="font-family: "Sanskrit 99"; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ascii-font-family: "Sanskrit 99"; mso-asciisym-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-bengali-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-braille-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-cherokee-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-currency-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-default-font-family: "Sanskrit 99"; mso-devanagari-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-eudc-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-georgian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-han-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-hangul-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-kana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-kannada-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-khmer-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-lao-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-latin-font-family: "Sanskrit 99"; mso-malayalam-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-mongolian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-myanmar-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ogham-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-oriya-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-runic-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-sinhala-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-syriac-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-tamil-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-telugu-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-thaana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-thai-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-tibetan-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-yi-font-family: TTE1EA4D48t00;">Sak </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-asciisym-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-bengali-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-braille-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-cherokee-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-currency-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-devanagari-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-eudc-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-georgian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-han-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-hangul-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-kana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-kannada-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-khmer-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-lao-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-malayalam-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-mongolian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-myanmar-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ogham-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-oriya-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-runic-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-sinhala-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-syriac-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-tamil-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-telugu-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-thaana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-thai-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-tibetan-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-yi-font-family: TTE1EA4D48t00;"><span> </span></span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1E81F90t00; mso-asciisym-font-family: TTE1E81F90t00; mso-bengali-font-family: TTE1E81F90t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1E81F90t00; mso-braille-font-family: TTE1E81F90t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1E81F90t00; mso-cherokee-font-family: TTE1E81F90t00; mso-currency-font-family: TTE1E81F90t00; mso-devanagari-font-family: TTE1E81F90t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1E81F90t00; mso-eudc-font-family: TTE1E81F90t00; mso-georgian-font-family: TTE1E81F90t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1E81F90t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1E81F90t00; mso-han-font-family: TTE1E81F90t00; mso-hangul-font-family: TTE1E81F90t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1E81F90t00; mso-kana-font-family: TTE1E81F90t00; mso-kannada-font-family: TTE1E81F90t00; mso-khmer-font-family: TTE1E81F90t00; mso-lao-font-family: TTE1E81F90t00; mso-malayalam-font-family: TTE1E81F90t00; mso-mongolian-font-family: TTE1E81F90t00; mso-myanmar-font-family: TTE1E81F90t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1E81F90t00; mso-ogham-font-family: TTE1E81F90t00; mso-oriya-font-family: TTE1E81F90t00; mso-runic-font-family: TTE1E81F90t00; mso-sinhala-font-family: TTE1E81F90t00; mso-syriac-font-family: TTE1E81F90t00; mso-tamil-font-family: TTE1E81F90t00; mso-telugu-font-family: TTE1E81F90t00; mso-thaana-font-family: TTE1E81F90t00; mso-thai-font-family: TTE1E81F90t00; mso-tibetan-font-family: TTE1E81F90t00; mso-yi-font-family: TTE1E81F90t00;">+ </span><span lang="en-US" style="font-family: "Sanskrit 99"; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ascii-font-family: "Sanskrit 99"; mso-asciisym-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-bengali-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-braille-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-cherokee-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-currency-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-default-font-family: "Sanskrit 99"; mso-devanagari-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-eudc-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-georgian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-han-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-hangul-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-kana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-kannada-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-khmer-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-lao-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-latin-font-family: "Sanskrit 99"; mso-malayalam-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-mongolian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-myanmar-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ogham-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-oriya-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-runic-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-sinhala-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-syriac-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-tamil-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-telugu-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-thaana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-thai-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-tibetan-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-yi-font-family: TTE1EA4D48t00;">kala</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-asciisym-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-bengali-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-braille-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-cherokee-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-currency-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-devanagari-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-eudc-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-georgian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-han-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-hangul-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-kana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-kannada-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-khmer-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-lao-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-malayalam-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-mongolian-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-myanmar-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-ogham-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-oriya-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-runic-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-sinhala-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-syriac-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-tamil-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-telugu-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-thaana-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-thai-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-tibetan-font-family: TTE1EA4D48t00; mso-yi-font-family: TTE1EA4D48t00;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">) </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-asciisym-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-bengali-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-braille-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-cherokee-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-currency-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-devanagari-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-eudc-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-georgian-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-han-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-hangul-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-kana-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-kannada-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-khmer-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-lao-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-malayalam-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-mongolian-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-myanmar-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-ogham-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-oriya-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-runic-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-sinhala-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-syriac-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-tamil-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-telugu-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-thaana-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-thai-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-tibetan-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-yi-font-family: TTE1AAAF90t00;">s</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">aka + k</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-asciisym-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-bengali-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-braille-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-cherokee-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-currency-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-devanagari-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-eudc-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-georgian-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-han-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-hangul-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-kana-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-kannada-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-khmer-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-lao-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-malayalam-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-mongolian-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-myanmar-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-ogham-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-oriya-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-runic-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-sinhala-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-syriac-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-tamil-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-telugu-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-thaana-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-thai-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-tibetan-font-family: TTE1AAAF90t00; mso-yi-font-family: TTE1AAAF90t00;">a</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">la. Saka </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">berarti salahsatu tahun yang digunakan oleh umat Hindu. Sedangkan </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">Kala</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;"> memiliki arti waktu atau perhitungan. Kata saka kala selanjutnya berubah menjadi sangkalan atau sengkalan.</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Sengkalan itu dapat diartikan sebagai kata-kata yang digabung menjadi kalimat dan memiliki arti angka tahun tertentu. Sedangkan penggabungan sengkalan tersebut dengan cara kebalikan artinya dalam membaca dengan cara dibalik. Sebagai contoh: </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Lungiding Wasita Ambuka Bawana<span> </span></span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Kata </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">lungiding </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">memiliki arti angka 5 dan dalam kategori<span> </span></span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">ékan </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">sehingga dibaca sebagai angka lima</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">(5). Kata </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">wasita </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">memiliki arti angka 7 dan dalam kategori angka puluhan (</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">dasan) </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">sehingga dibaca tujuhpuluh</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">(70). Kata </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">Ambuka </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">memiliki arti angka 9 dan dalam kategori angka ratusan ( </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">atusan) </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">sehigga dibaca Sembilan ratus (900). Sedangkan kata </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">Bawana </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">memiliki arti angka 1 dan dapat dibaca sebagai seribuan (</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">éwon) </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><span> </span>sehingga dibaca seribu (1000). Sehingga sengkalan itu dapat dibaca 1975 ( seribu Sembilan ratus tujuh puluh lima).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Menurut wujudnya sengkala dibagi menjadi 2 golongan yaitu:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: TTE1F77910t00; font-size: 11.0pt; language: en-US; unicode-bidi: embed;">1.</span><span style="width: 10.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Suryasengkala, </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">sengkalan yang dibuat untuk menandai tahun surya (matahari)</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">. </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Contohnya</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">: </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Pusakaning Dwi Pujangga Nyawiji. Kata Pusaka</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1F77910t00; mso-asciisym-font-family: TTE1F77910t00; mso-bengali-font-family: TTE1F77910t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1F77910t00; mso-braille-font-family: TTE1F77910t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1F77910t00; mso-cherokee-font-family: TTE1F77910t00; mso-currency-font-family: TTE1F77910t00; mso-devanagari-font-family: TTE1F77910t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1F77910t00; mso-eudc-font-family: TTE1F77910t00; mso-georgian-font-family: TTE1F77910t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1F77910t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1F77910t00; mso-han-font-family: TTE1F77910t00; mso-hangul-font-family: TTE1F77910t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-kana-font-family: TTE1F77910t00; mso-kannada-font-family: TTE1F77910t00; mso-khmer-font-family: TTE1F77910t00; mso-lao-font-family: TTE1F77910t00; mso-malayalam-font-family: TTE1F77910t00; mso-mongolian-font-family: TTE1F77910t00; mso-myanmar-font-family: TTE1F77910t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-ogham-font-family: TTE1F77910t00; mso-oriya-font-family: TTE1F77910t00; mso-runic-font-family: TTE1F77910t00; mso-sinhala-font-family: TTE1F77910t00; mso-syriac-font-family: TTE1F77910t00; mso-tamil-font-family: TTE1F77910t00; mso-telugu-font-family: TTE1F77910t00; mso-thaana-font-family: TTE1F77910t00; mso-thai-font-family: TTE1F77910t00; mso-tibetan-font-family: TTE1F77910t00; mso-yi-font-family: TTE1F77910t00;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">memiliki arti angka 5</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">, </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Dwi memiliki arti angka 2, kata Pujangga memiliki arti angka 8, kata Nyawiji memiliki arti angka 1. sehingga dapat dibaca 5281 dan merupakan sangkalan untuk tahun 1825. </span><span lang="en-US" style="font-family: TTE1F77910t00; font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: TTE1F77910t00; mso-armenian-font-family: TTE1F77910t00; mso-ascii-font-family: TTE1F77910t00; mso-asciisym-font-family: TTE1F77910t00; mso-bengali-font-family: TTE1F77910t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1F77910t00; mso-braille-font-family: TTE1F77910t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1F77910t00; mso-cherokee-font-family: TTE1F77910t00; mso-currency-font-family: TTE1F77910t00; mso-cyrillic-font-family: TTE1F77910t00; mso-default-font-family: TTE1F77910t00; mso-devanagari-font-family: TTE1F77910t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1F77910t00; mso-eudc-font-family: TTE1F77910t00; mso-georgian-font-family: TTE1F77910t00; mso-greek-font-family: TTE1F77910t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1F77910t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1F77910t00; mso-han-font-family: TTE1F77910t00; mso-hangul-font-family: TTE1F77910t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-hebrew-font-family: TTE1F77910t00; mso-kana-font-family: TTE1F77910t00; mso-kannada-font-family: TTE1F77910t00; mso-khmer-font-family: TTE1F77910t00; mso-lao-font-family: TTE1F77910t00; mso-latin-font-family: TTE1F77910t00; mso-latinext-font-family: TTE1F77910t00; mso-malayalam-font-family: TTE1F77910t00; mso-mongolian-font-family: TTE1F77910t00; mso-myanmar-font-family: TTE1F77910t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-ogham-font-family: TTE1F77910t00; mso-oriya-font-family: TTE1F77910t00; mso-runic-font-family: TTE1F77910t00; mso-sinhala-font-family: TTE1F77910t00; mso-syriac-font-family: TTE1F77910t00; mso-tamil-font-family: TTE1F77910t00; mso-telugu-font-family: TTE1F77910t00; mso-thaana-font-family: TTE1F77910t00; mso-thai-font-family: TTE1F77910t00; mso-tibetan-font-family: TTE1F77910t00; mso-yi-font-family: TTE1F77910t00;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: "Times New Roman"; font-size: 11.0pt; language: en-US; unicode-bidi: embed;">2.</span><span style="width: 10.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Candrasengkala, </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">sengkalan yang dibuat untuk menandai tahun candra (bulan). Sengkalan angka tahun 1400 sebagai tanda berdirinya kerajaan Majapahit dapat ditulis ;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-family: Hanacaraka; font-size: 12.0pt; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: TTE1F77910t00; mso-armenian-font-family: TTE1F77910t00; mso-ascii-font-family: Hanacaraka; mso-asciisym-font-family: TTE1F77910t00; mso-bengali-font-family: TTE1F77910t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1F77910t00; mso-braille-font-family: TTE1F77910t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1F77910t00; mso-cherokee-font-family: TTE1F77910t00; mso-currency-font-family: TTE1F77910t00; mso-cyrillic-font-family: TTE1F77910t00; mso-default-font-family: Hanacaraka; mso-devanagari-font-family: TTE1F77910t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1F77910t00; mso-eudc-font-family: TTE1F77910t00; mso-georgian-font-family: TTE1F77910t00; mso-greek-font-family: TTE1F77910t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1F77910t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1F77910t00; mso-han-font-family: TTE1F77910t00; mso-hangul-font-family: TTE1F77910t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-hebrew-font-family: TTE1F77910t00; mso-kana-font-family: TTE1F77910t00; mso-kannada-font-family: TTE1F77910t00; mso-khmer-font-family: TTE1F77910t00; mso-lao-font-family: TTE1F77910t00; mso-latin-font-family: Hanacaraka; mso-latinext-font-family: TTE1F77910t00; mso-malayalam-font-family: TTE1F77910t00; mso-mongolian-font-family: TTE1F77910t00; mso-myanmar-font-family: TTE1F77910t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-ogham-font-family: TTE1F77910t00; mso-oriya-font-family: TTE1F77910t00; mso-runic-font-family: TTE1F77910t00; mso-sinhala-font-family: TTE1F77910t00; mso-syriac-font-family: TTE1F77910t00; mso-tamil-font-family: TTE1F77910t00; mso-telugu-font-family: TTE1F77910t00; mso-thaana-font-family: TTE1F77910t00; mso-thai-font-family: TTE1F77910t00; mso-tibetan-font-family: TTE1F77910t00; mso-yi-font-family: TTE1F77910t00;">?si/nail=k/tnNi=bumi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1F77910t00; mso-asciisym-font-family: TTE1F77910t00; mso-bengali-font-family: TTE1F77910t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1F77910t00; mso-braille-font-family: TTE1F77910t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1F77910t00; mso-cherokee-font-family: TTE1F77910t00; mso-currency-font-family: TTE1F77910t00; mso-devanagari-font-family: TTE1F77910t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1F77910t00; mso-eudc-font-family: TTE1F77910t00; mso-georgian-font-family: TTE1F77910t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1F77910t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1F77910t00; mso-han-font-family: TTE1F77910t00; mso-hangul-font-family: TTE1F77910t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-kana-font-family: TTE1F77910t00; mso-kannada-font-family: TTE1F77910t00; mso-khmer-font-family: TTE1F77910t00; mso-lao-font-family: TTE1F77910t00; mso-malayalam-font-family: TTE1F77910t00; mso-mongolian-font-family: TTE1F77910t00; mso-myanmar-font-family: TTE1F77910t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-ogham-font-family: TTE1F77910t00; mso-oriya-font-family: TTE1F77910t00; mso-runic-font-family: TTE1F77910t00; mso-sinhala-font-family: TTE1F77910t00; mso-syriac-font-family: TTE1F77910t00; mso-tamil-font-family: TTE1F77910t00; mso-telugu-font-family: TTE1F77910t00; mso-thaana-font-family: TTE1F77910t00; mso-thai-font-family: TTE1F77910t00; mso-tibetan-font-family: TTE1F77910t00; mso-yi-font-family: TTE1F77910t00;"><span> </span></span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">(Sirna Ilang Kartaning Bumi)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Sirna Ilang kartaning Bumi </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">dapat diuraikan sebagai berikut: Sirna (Lenyap) memiliki arti angka 0, Ilang (Hilang) memiliki arti angka 0, Kartaning memiliki arti angka 4, dan Bumi memiliki arti angka 1. Sehingga sengkalan itu jika dibalik menandakan angka tahun candra 1400.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Menurut jenisnya sengkalan dibagi menjadi 3 </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"><span> </span>( tiga ) ;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Helvetica; font-size: 10.0pt; language: en-US; unicode-bidi: embed;">1.</span><span style="width: 10.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Sengkalan lamba</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">, sengkalan kalimat yang dibuat<span> </span>dengan kata-kata pilihan.Contohnya;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-family: Hanacaraka; font-size: 12.0pt; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: TTE1F77910t00; mso-armenian-font-family: TTE1F77910t00; mso-ascii-font-family: Hanacaraka; mso-asciisym-font-family: TTE1F77910t00; mso-bengali-font-family: TTE1F77910t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1F77910t00; mso-braille-font-family: TTE1F77910t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1F77910t00; mso-cherokee-font-family: TTE1F77910t00; mso-currency-font-family: TTE1F77910t00; mso-cyrillic-font-family: TTE1F77910t00; mso-default-font-family: Hanacaraka; mso-devanagari-font-family: TTE1F77910t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1F77910t00; mso-eudc-font-family: TTE1F77910t00; mso-georgian-font-family: TTE1F77910t00; mso-greek-font-family: TTE1F77910t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1F77910t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1F77910t00; mso-han-font-family: TTE1F77910t00; mso-hangul-font-family: TTE1F77910t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-hebrew-font-family: TTE1F77910t00; mso-kana-font-family: TTE1F77910t00; mso-kannada-font-family: TTE1F77910t00; mso-khmer-font-family: TTE1F77910t00; mso-lao-font-family: TTE1F77910t00; mso-latin-font-family: Hanacaraka; mso-latinext-font-family: TTE1F77910t00; mso-malayalam-font-family: TTE1F77910t00; mso-mongolian-font-family: TTE1F77910t00; mso-myanmar-font-family: TTE1F77910t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-ogham-font-family: TTE1F77910t00; mso-oriya-font-family: TTE1F77910t00; mso-runic-font-family: TTE1F77910t00; mso-sinhala-font-family: TTE1F77910t00; mso-syriac-font-family: TTE1F77910t00; mso-tamil-font-family: TTE1F77910t00; mso-telugu-font-family: TTE1F77910t00; mso-thaana-font-family: TTE1F77910t00; mso-thai-font-family: TTE1F77910t00; mso-tibetan-font-family: TTE1F77910t00; mso-yi-font-family: TTE1F77910t00;">?butngsiji</span><span lang="en-US" style="font-family: TTE1F77910t00; font-size: 12.0pt; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: TTE1F77910t00; mso-armenian-font-family: TTE1F77910t00; mso-ascii-font-family: TTE1F77910t00; mso-asciisym-font-family: TTE1F77910t00; mso-bengali-font-family: TTE1F77910t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1F77910t00; mso-braille-font-family: TTE1F77910t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1F77910t00; mso-cherokee-font-family: TTE1F77910t00; mso-currency-font-family: TTE1F77910t00; mso-cyrillic-font-family: TTE1F77910t00; mso-default-font-family: TTE1F77910t00; mso-devanagari-font-family: TTE1F77910t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1F77910t00; mso-eudc-font-family: TTE1F77910t00; mso-georgian-font-family: TTE1F77910t00; mso-greek-font-family: TTE1F77910t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1F77910t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1F77910t00; mso-han-font-family: TTE1F77910t00; mso-hangul-font-family: TTE1F77910t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-hebrew-font-family: TTE1F77910t00; mso-kana-font-family: TTE1F77910t00; mso-kannada-font-family: TTE1F77910t00; mso-khmer-font-family: TTE1F77910t00; mso-lao-font-family: TTE1F77910t00; mso-latin-font-family: TTE1F77910t00; mso-latinext-font-family: TTE1F77910t00; mso-malayalam-font-family: TTE1F77910t00; mso-mongolian-font-family: TTE1F77910t00; mso-myanmar-font-family: TTE1F77910t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-ogham-font-family: TTE1F77910t00; mso-oriya-font-family: TTE1F77910t00; mso-runic-font-family: TTE1F77910t00; mso-sinhala-font-family: TTE1F77910t00; mso-syriac-font-family: TTE1F77910t00; mso-tamil-font-family: TTE1F77910t00; mso-telugu-font-family: TTE1F77910t00; mso-thaana-font-family: TTE1F77910t00; mso-thai-font-family: TTE1F77910t00; mso-tibetan-font-family: TTE1F77910t00; mso-yi-font-family: TTE1F77910t00;">. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">(Buta Lima Naga Siji)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"><span dir="ltr"></span>2.<span> </span></span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Sengkalan miring</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">, sengkalan kalimat dengan menggunakan kata-kata miring/aneh yang berasal dari kata-kata pada sengkalan lamba. Tuladhanipun ;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-family: Hanacaraka; font-size: 12.0pt; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: TTE1F77910t00; mso-armenian-font-family: TTE1F77910t00; mso-ascii-font-family: Hanacaraka; mso-asciisym-font-family: TTE1F77910t00; mso-bengali-font-family: TTE1F77910t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1F77910t00; mso-braille-font-family: TTE1F77910t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1F77910t00; mso-cherokee-font-family: TTE1F77910t00; mso-currency-font-family: TTE1F77910t00; mso-cyrillic-font-family: TTE1F77910t00; mso-default-font-family: Hanacaraka; mso-devanagari-font-family: TTE1F77910t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1F77910t00; mso-eudc-font-family: TTE1F77910t00; mso-georgian-font-family: TTE1F77910t00; mso-greek-font-family: TTE1F77910t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1F77910t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1F77910t00; mso-han-font-family: TTE1F77910t00; mso-hangul-font-family: TTE1F77910t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-hebrew-font-family: TTE1F77910t00; mso-kana-font-family: TTE1F77910t00; mso-kannada-font-family: TTE1F77910t00; mso-khmer-font-family: TTE1F77910t00; mso-lao-font-family: TTE1F77910t00; mso-latin-font-family: Hanacaraka; mso-latinext-font-family: TTE1F77910t00; mso-malayalam-font-family: TTE1F77910t00; mso-mongolian-font-family: TTE1F77910t00; mso-myanmar-font-family: TTE1F77910t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-ogham-font-family: TTE1F77910t00; mso-oriya-font-family: TTE1F77910t00; mso-runic-font-family: TTE1F77910t00; mso-sinhala-font-family: TTE1F77910t00; mso-syriac-font-family: TTE1F77910t00; mso-tamil-font-family: TTE1F77910t00; mso-telugu-font-family: TTE1F77910t00; mso-thaana-font-family: TTE1F77910t00; mso-thai-font-family: TTE1F77910t00; mso-tibetan-font-family: TTE1F77910t00; mso-yi-font-family: TTE1F77910t00;">?luzifFi=wsitamB|kbwn. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">(Lungiding Wasita Ambuka Bawana)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: TTE1AA9730t00; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: TTE1AA9730t00; mso-armenian-font-family: TTE1AA9730t00; mso-ascii-font-family: TTE1AA9730t00; mso-asciisym-font-family: TTE1AA9730t00; mso-bengali-font-family: TTE1AA9730t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1AA9730t00; mso-braille-font-family: TTE1AA9730t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1AA9730t00; mso-cherokee-font-family: TTE1AA9730t00; mso-currency-font-family: TTE1AA9730t00; mso-cyrillic-font-family: TTE1AA9730t00; mso-default-font-family: TTE1AA9730t00; mso-devanagari-font-family: TTE1AA9730t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1AA9730t00; mso-eudc-font-family: TTE1AA9730t00; mso-georgian-font-family: TTE1AA9730t00; mso-greek-font-family: TTE1AA9730t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1AA9730t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1AA9730t00; mso-han-font-family: TTE1AA9730t00; mso-hangul-font-family: TTE1AA9730t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1AA9730t00; mso-hebrew-font-family: TTE1AA9730t00; mso-kana-font-family: TTE1AA9730t00; mso-kannada-font-family: TTE1AA9730t00; mso-khmer-font-family: TTE1AA9730t00; mso-lao-font-family: TTE1AA9730t00; mso-latin-font-family: TTE1AA9730t00; mso-latinext-font-family: TTE1AA9730t00; mso-malayalam-font-family: TTE1AA9730t00; mso-mongolian-font-family: TTE1AA9730t00; mso-myanmar-font-family: TTE1AA9730t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1AA9730t00; mso-ogham-font-family: TTE1AA9730t00; mso-oriya-font-family: TTE1AA9730t00; mso-runic-font-family: TTE1AA9730t00; mso-sinhala-font-family: TTE1AA9730t00; mso-syriac-font-family: TTE1AA9730t00; mso-tamil-font-family: TTE1AA9730t00; mso-telugu-font-family: TTE1AA9730t00; mso-thaana-font-family: TTE1AA9730t00; mso-thai-font-family: TTE1AA9730t00; mso-tibetan-font-family: TTE1AA9730t00; mso-yi-font-family: TTE1AA9730t00;">Kata lungiding </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">memiliki arti yang sama dengan Landep</span><span lang="en-US"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">yang memiliki arti tajamnya alat<span> </span>(</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-asciisym-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bengali-font-family: Helvetica-Oblique; mso-bopomofo-font-family: Helvetica-Oblique; mso-braille-font-family: Helvetica-Oblique; mso-canadianabor-font-family: Helvetica-Oblique; mso-cherokee-font-family: Helvetica-Oblique; mso-currency-font-family: Helvetica-Oblique; mso-devanagari-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ethiopic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-eudc-font-family: Helvetica-Oblique; mso-georgian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-gurmukhi-font-family: Helvetica-Oblique; mso-halfwidthkana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-han-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hangul-font-family: Helvetica-Oblique; mso-hansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-kannada-font-family: Helvetica-Oblique; mso-khmer-font-family: Helvetica-Oblique; mso-lao-font-family: Helvetica-Oblique; mso-malayalam-font-family: Helvetica-Oblique; mso-mongolian-font-family: Helvetica-Oblique; mso-myanmar-font-family: Helvetica-Oblique; mso-nonhansurrogate-font-family: Helvetica-Oblique; mso-ogham-font-family: Helvetica-Oblique; mso-oriya-font-family: Helvetica-Oblique; mso-runic-font-family: Helvetica-Oblique; mso-sinhala-font-family: Helvetica-Oblique; mso-syriac-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tamil-font-family: Helvetica-Oblique; mso-telugu-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thaana-font-family: Helvetica-Oblique; mso-thai-font-family: Helvetica-Oblique; mso-tibetan-font-family: Helvetica-Oblique; mso-yi-font-family: Helvetica-Oblique;">gaman)</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"> yang memiliki arti angka 5. Kata </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TTE1F77910t00; mso-asciisym-font-family: TTE1F77910t00; mso-bengali-font-family: TTE1F77910t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1F77910t00; mso-braille-font-family: TTE1F77910t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1F77910t00; mso-cherokee-font-family: TTE1F77910t00; mso-currency-font-family: TTE1F77910t00; mso-devanagari-font-family: TTE1F77910t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1F77910t00; mso-eudc-font-family: TTE1F77910t00; mso-georgian-font-family: TTE1F77910t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1F77910t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1F77910t00; mso-han-font-family: TTE1F77910t00; mso-hangul-font-family: TTE1F77910t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-kana-font-family: TTE1F77910t00; mso-kannada-font-family: TTE1F77910t00; mso-khmer-font-family: TTE1F77910t00; mso-lao-font-family: TTE1F77910t00; mso-malayalam-font-family: TTE1F77910t00; mso-mongolian-font-family: TTE1F77910t00; mso-myanmar-font-family: TTE1F77910t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1F77910t00; mso-ogham-font-family: TTE1F77910t00; mso-oriya-font-family: TTE1F77910t00; mso-runic-font-family: TTE1F77910t00; mso-sinhala-font-family: TTE1F77910t00; mso-syriac-font-family: TTE1F77910t00; mso-tamil-font-family: TTE1F77910t00; mso-telugu-font-family: TTE1F77910t00; mso-thaana-font-family: TTE1F77910t00; mso-thai-font-family: TTE1F77910t00; mso-tibetan-font-family: TTE1F77910t00; mso-yi-font-family: TTE1F77910t00;">waskita memiliki arti angka </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><span dir="ltr"></span>7 (tujuh).</span><span lang="en-US" style="font-family: TTE1AA9730t00; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: TTE1AA9730t00; mso-armenian-font-family: TTE1AA9730t00; mso-ascii-font-family: TTE1AA9730t00; mso-asciisym-font-family: TTE1AA9730t00; mso-bengali-font-family: TTE1AA9730t00; mso-bopomofo-font-family: TTE1AA9730t00; mso-braille-font-family: TTE1AA9730t00; mso-canadianabor-font-family: TTE1AA9730t00; mso-cherokee-font-family: TTE1AA9730t00; mso-currency-font-family: TTE1AA9730t00; mso-cyrillic-font-family: TTE1AA9730t00; mso-default-font-family: TTE1AA9730t00; mso-devanagari-font-family: TTE1AA9730t00; mso-ethiopic-font-family: TTE1AA9730t00; mso-eudc-font-family: TTE1AA9730t00; mso-georgian-font-family: TTE1AA9730t00; mso-greek-font-family: TTE1AA9730t00; mso-gurmukhi-font-family: TTE1AA9730t00; mso-halfwidthkana-font-family: TTE1AA9730t00; mso-han-font-family: TTE1AA9730t00; mso-hangul-font-family: TTE1AA9730t00; mso-hansurrogate-font-family: TTE1AA9730t00; mso-hebrew-font-family: TTE1AA9730t00; mso-kana-font-family: TTE1AA9730t00; mso-kannada-font-family: TTE1AA9730t00; mso-khmer-font-family: TTE1AA9730t00; mso-lao-font-family: TTE1AA9730t00; mso-latin-font-family: TTE1AA9730t00; mso-latinext-font-family: TTE1AA9730t00; mso-malayalam-font-family: TTE1AA9730t00; mso-mongolian-font-family: TTE1AA9730t00; mso-myanmar-font-family: TTE1AA9730t00; mso-nonhansurrogate-font-family: TTE1AA9730t00; mso-ogham-font-family: TTE1AA9730t00; mso-oriya-font-family: TTE1AA9730t00; mso-runic-font-family: TTE1AA9730t00; mso-sinhala-font-family: TTE1AA9730t00; mso-syriac-font-family: TTE1AA9730t00; mso-tamil-font-family: TTE1AA9730t00; mso-telugu-font-family: TTE1AA9730t00; mso-thaana-font-family: TTE1AA9730t00; mso-thai-font-family: TTE1AA9730t00; mso-tibetan-font-family: TTE1AA9730t00; mso-yi-font-family: TTE1AA9730t00;">Kata ambuka memiliki arti yang sama dengan lawang (pintu), gapura yang memiliki arti angka 9.</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"> sedangkan kata bawana memiliki arti yang sama dengan kata Bumi yang berangka 1.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"><span dir="ltr"></span>3. </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Sangkala Memet</span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">, sangkalan yang tidak dibuat dengan kalimat atau kata-kata, namun menggunakan gambar. </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;"> </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">“ </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Dik Gajah Tinunggangan Jalma” . </span><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Sangkalan itu memiliki<span> </span>angka tahun 1785.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-family: Helvetica; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-arabic-font-family: Helvetica; mso-ascii-font-family: Helvetica; mso-cyrillic-font-family: Helvetica; mso-default-font-family: Helvetica; mso-greek-font-family: Helvetica; mso-hebrew-font-family: Helvetica; mso-latin-font-family: Helvetica; mso-latinext-font-family: Helvetica;">Saudara yang berbahagia, sekilas tentang sengkalan ini semoga dapat menambah pengetahuan kita dan menjadikan kita sebagai umat Hindu jawa untuk selalu menjunjung tinggi tradisi yang telah diwariskan oleh pendahulu kita. Semoga bermanfaat. Santih.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-66847188959217575112011-11-05T05:05:00.000-07:002011-11-05T05:05:09.749-07:00HIDUP ADALAH KERJA<div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="en-US">Manusia secara kodrat mempunyai kemampuan yang lebih bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Kita dikaruniai sabda, bayu, dan idep. Ini yang membedakan dengan makhluk lain. Dengan kelebihan ini seharusnya manusia mau melakukan kerja sebagai swadharma sebagai makhluk yang dinamis. Memuja Tuhan tidak hanya dengan mencakupkan kedua tangan kita di pura. Dengan bekerja tanpa mengharapkan hasil juga dapat dikatakan memuja Tuhan. Jika kita seorang rohaniawan maka berilah pencerahan kepada masyarakat, jika seorang seniman maka mari kita hasilkan karya seni yang indah, dan jika kita seorang petani jadilah petani yang sejati yang ulung. Dan jika seorang pelajar maka jadilah pelajar yang berprestasi. Kita tidak boleh menghindar dari kerja. Waktu tidak dapat terulang sehingga kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya. </span></div><div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="en-US">Dalam Bhagavadgita III. 5 dijelaskan: </span><span lang="en-US" style="font-style: italic;">Walaupun untuk sesaat jua tidak seorangpun untuk tidak berbuat, karena setiap manusia dibuat tidak berdaya oleh hukum alam, yang memaksanya bertindak. </span><span lang="en-US">Selanjutnya dalam Bhagavadgita V. 10 dijelaskan:</span><span lang="en-US" style="font-weight: bold;"> </span><span lang="en-US" style="font-style: italic;">Mereka yang mempersembahkan semua kerjanya kepada Brahman, berbuat tanpa motif keingiunan apa-apa, tidak terjamah oleh dosa papa, laksana daun teratai dengan air. </span><span lang="en-US">Sloka tersebut tidak mengajarkan kepada kita untuk menjadi bodoh. Misalnya ada orang bertanya, apakah anda mau kerja sebagai karyawan pabrik tidak digaji? Bukan seperti ini maksudnya. Artinya dipikirkan tidak dipikirkan, dipusingkan dan tidak dipusingkan seorang karyawan pasti menerima gaji setiap bulan. Jika kita bekerja maka hasil itu akan mengikuti dengan sendirinya, jadi mengapa harus dipusingkan?</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="en-US">Umat Se-dharma yang berbahagia, dalam agama Hindu dijelaskan konsep Catur warna yang pernah disalah artikan sebagai system kasta. Pemahaman yang benar tentang Catur Warna adalah sistem pembagian kerja berdasarkan keahlian masing-masing. Semua mempunyai swadharma masing-masing. Tidak ada pembedaan disini. Walaupun profesi kita sebagai tukang sapu di pura pahala sama dengan seorang pemangku jika orang tersebut mau melakukan tugasnya dengan benar. Lakukan swadharma masing-masing dengan benar. Seperti dijelaskan dalam Bhagavadgita III.35 dijelaskan:</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Sreyan svadharmo vigunah</span></div><div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Paradharmat svanusththitat</span></div><div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Savadharme nidhanam sreyah</span></div><div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Paradharmo bhayavahah</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-weight: bold;">Artinya:</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-style: italic;">Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna dari pada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri dari pada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="en-US">Dalam Sloka tersebut memberikan wejangan kepada kita sebagai umat Hindu untuk mengerti apa sebenarnya tugas yang harus kita lakukan dalam sebuah profesi yang kita miliki. Sebagai contoh Seorang pelajar harus belajar karena itu swadharmanya, jika tidak dia akan akan hancur (tidak naik kelas atau nilainya jelek)seorang penunggu pura misalnya jika dia tidak nyapu maka bisa jadi dia dimarahi umat atau ketua otoritanya. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="en-US">Demikianlah pentingnya kita bekerja tanpa mengaharapkan hasil. Lakukan swadharma kita masing-masing, jangan melakukan swadharma orang lain. Kita harus ikut memutar roda kehidupan karena dalam sastra suci dijelaskan bahwa barang siapa tidak bekerja maka dia dianggap berdosa karena lalai dengan kewajiban dan dia tidak akan mencapai kebahagian di dunia dan moksa. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="en-US">Demikianlah wacana dharma ini kami tulis, mudah-mudahan ibermanfaat bagi kita semua, dan memberi pemahaman yang benar bagi kita tentang pelaksanaan kerja. semoga Tuhan selalu menyertai kita semua. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-71702463582839860462011-10-03T00:11:00.000-07:002011-10-03T00:11:00.954-07:00LAIRE AKSARA HA-NA-CA-RA-KA (Lahirnya Aksara Ha-Na-Ca-Ra-Ka)<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #29303b; font-style: italic;">Sahabat-sahabatku umat sedharma, pada kesempatan ini redaksi buletin Paguyuban Majapahid mengulas tentang kelahiran aksara Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Kami mengajak sahabat sedharma untuk tidak melupakan kisah dan penulisannya. Semoga bermanfaat.</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: center; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">Miturut penelitian kelairan, penyusunan, fungsi, lan maknane Ha-Na-Ca-Ra-Ka kasebut ana konsepsi cacah loro kanggo nlusur kelairane aksara Jawa lan penyusunan abjad ha-na-ca-ra-ka, yaiku<span> </span>konsepsi secara tradisional lan konsepsi secara ilmiah.</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;"><span> </span>Adhedhasar konsepsi secara tradisional laire aksara Jawa digathukake karo Legenda Aji Saka, crita turun-temurun awujud tutur tinular bab padudon lan perang tandhinge Dora lan Sembada jalaran rebutan keris pusakane Aji Saka sing kudune tansah padha direksa bebarengan ing pulo Majeti. Wusana Dora lan Sembada mati sampyuh ngeres-eresi. Nalika arep angejawa, Aji Saka kang didherekake para abdine sing jenenge Dora, Sembada, Duga, lan Prayoga lerem ing pulo Majeti sawatara suwene. Sadurunge nerusake laku angejawa, Aji Saka ninggal pusaka awujud keris. Dora lan Sembada kapatah ngreksa kanthi piweling wanti-wanti, aja pisan-pisan diwenehake wong saliyane Aji Saka dhewe sing teka ing pulo Majeti njupuk pusaka kasebut. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;"><span> </span>Aji Saka banjur nerusake laku dikanthi Duga lan Prayoga. Dene Dora lan Sembada tetep ana pulo Majeti ngreksa pusaka. Sawise sawatara lawase, Dora lan Sembada krungu kabar manawa Aji Saka wis dadi ratu ing Medhangkamulan. Dora ngajak Sembada ninggalake pulo Majeti ngaturake pusakamarang Aji Saka. Sarehne Sembada puguh ora gelem diajak awit nuhoni dhawuhe Aji Saka, kanthi<span> </span>sesidheman si Dora banjur menyang Medhangkamulan tanpa nggawa keris. Marang Aji Saka si Dora kanthi atur dora wadul warna-warna. Dora kadhawuhan bali maneh menyang pulo Majeti. Gelem ora gelem Sembada kudu diajak menyang Medhangkamulan kanthi nggawa keris pusaka. Dora banjur budhal. Jalaran panggah ora<span> </span>percaya marang kandhane si Dora, Sembada puguh ora gelem diajak jalaran nuhoni dhawuhe bendarane, lan precaya manawa Aji Saka bakal netepi janjine mundhut pusakane tanpa utusan.Lelorone padha padudon rebut bener, banjurpancakara perang tandhing rebutan keris. Wasana Dora lan Sembada padha mati sampyuh ketaman keris sing dienggo rebutan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;"><span> </span><span> </span>Sawise sawatara suwe Dora ora sowan maneh ngajak Sembada ngaturake keris pusaka, Aji Saka banjur utusan Duga lan Prayoga nusul menyang pulo Majeti. Bareng tekan pulo Majeti saiba kagete Duga lan Prayoga meruhi Dora lan Sembada padha mati ketaman pusaka sing isih tumancep ing dhadhane. Sawise ngupakara layone Dora lan Sembada kanthi samesthine, Duga lan Prayoga banjur gegancangan marak ratu gustine ngaturake pusaka lan pawarta bab patine Dora lan Sembada. Midhanget ature Duga lan Prayoga, Aji Saka sakala ngrumangsani kalepyane dene ora netepi janji mundhut pribadi pusaka sing direksa Dora lan Sembada. Minangka pangeling-eling, Aji Saka banjur ngripta aksara Jawa legena cacah rong puluh wiwit saka HA nganti NGA. HA NA CA RA KA Ana caraka (utusan) DA TA SA WA LA Padha suwala (padudon, pancakara) PA DHA JA YA NYA Padha dene digdayane MA GA BA THA NGA Wasana padha dadi bathang (mati)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;"><span> </span>Iku mau konsepsi secara tradisional bab kelairan lan penyusunane aksara Jawa anyar. Pancen abjad aksara Jawa sing 20 cacahe lan disusun dadi patang larik iku, mujudake guritan sing gampang diapalake lan<span> </span>dieling-eling (memoteknik), mligine tumrap sing lagi wiwit sinau maca lan nulis aksara Jawa. Abjad sing kaya<span> </span>guritan lan digathukake karo legenda Aji Saka mau saya narik kawigaten bareng dikantheni gambar padudon, perang tanding lan mati sampyuhe Dora lan Sembada. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;"><span> </span>Liya maneh Miturut Prof. Dr. Poerbatjaraka, laire aksara jawa iku adedasar konsep ilmiah. Sadurunge wong-wong India angejawa, wong Jawa during duwe aksara. Basa pasrawungane mung nggunakake basa<span> </span>lesan. Kanthi anane aksara kang digawa saka India<span> </span>kasebut saka sethithik basa tinulis wiwit digunakake. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;"><span> </span>Pancen aksara ora mung dadi piranti komunikasi sarana tulisan, nanging luwih saka iku aksara uga dadi ukuran kemajuane budaya sing ndarbeni aksara kasebut. Peradaban sing wis nggunakake basa tinulis kanyatan luwih maju tinimbang sing ora/durung duwe aksara. Miturut Casparis, sajroning sejarah peradaban etnik Jawa, tulisan sing paling tuwa ditemokake awujud prasasti kanthi nggunakake aksara Pallawa, nuduhake tandha wektu sadurunge taun 700 Masehi. Sadurunge iku etnis Jawa mung nggunakake basa lesan. </span><span class="Apple-style-span" style="color: #29303b;">Sawise ditemokake sawatara prasasti liyane, baka sethithik ditindakake studi paleografi (ilmu kanggo nyinaoni aksara kuna). Miturut studi </span><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">paleografi sing ditindakake Casparis, ana limang periode aksara Jawa. </span><span lang="en-US" style="color: #29303b; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">Periode kapisan </span><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">(aksara Pallawa), Aksara Pallawa tataran wiwitan, digunakake sadurunge taun 700 M. Contone tinemu ing prasasti Tugu ing Bogor. </span><span lang="en-US" style="color: #29303b; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">Kapindo</span><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">, Aksara Pallawa tataran pungkasan, digunakake ing abad VII lan tengahan abad VIII. Tinemu ing prasasti Canggal ing Kedu, Magelang.<span> </span></span><span lang="en-US" style="color: #29303b; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">Kaping telu</span><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">, Aksara Jawa kuna kawitan, digunakake taun 750-925 M, contone tinemu ing prasasti Polengan ing Kalasan, Yogyakarta. </span><span lang="en-US" style="color: #29303b; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">Kaping papat</span><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">,Aksara Jawa kuna tataran pungkasan, digunakake taun 925-1250 M, tinemu ing prasasti Airlangga. </span><span lang="en-US" style="color: #29303b; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">Kaping limo, </span><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">Aksara Majapait, digunakake ing taun 1250-1450 M. tinemu ing prasasti Singosari lan Malang, sarta ing lontar (ron tal) Kunjarakarna. </span><span lang="en-US" style="color: #29303b; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;">Kaping enem, </span><span lang="en-US" style="color: #29303b; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; mso-armenian-font-family: TrebuchetMS; mso-asciisym-font-family: TrebuchetMS; mso-bengali-font-family: TrebuchetMS; mso-bopomofo-font-family: TrebuchetMS; mso-braille-font-family: TrebuchetMS; mso-canadianabor-font-family: TrebuchetMS; mso-cherokee-font-family: TrebuchetMS; mso-currency-font-family: TrebuchetMS; mso-devanagari-font-family: TrebuchetMS; mso-ethiopic-font-family: TrebuchetMS; mso-eudc-font-family: TrebuchetMS; mso-georgian-font-family: TrebuchetMS; mso-gurmukhi-font-family: TrebuchetMS; mso-halfwidthkana-font-family: TrebuchetMS; mso-han-font-family: TrebuchetMS; mso-hangul-font-family: TrebuchetMS; mso-hansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-kana-font-family: TrebuchetMS; mso-kannada-font-family: TrebuchetMS; mso-khmer-font-family: TrebuchetMS; mso-lao-font-family: TrebuchetMS; mso-malayalam-font-family: TrebuchetMS; mso-mongolian-font-family: TrebuchetMS; mso-myanmar-font-family: TrebuchetMS; mso-nonhansurrogate-font-family: TrebuchetMS; mso-ogham-font-family: TrebuchetMS; mso-oriya-font-family: TrebuchetMS; mso-runic-font-family: TrebuchetMS; mso-sinhala-font-family: TrebuchetMS; mso-syriac-font-family: TrebuchetMS; mso-tamil-font-family: TrebuchetMS; mso-telugu-font-family: TrebuchetMS; mso-thaana-font-family: TrebuchetMS; mso-thai-font-family: TrebuchetMS; mso-tibetan-font-family: TrebuchetMS; mso-yi-font-family: TrebuchetMS;"><span> </span>Aksara Jawa anyar, digunakake taun 1500 M nganti saiki. Tinemu ing Kitab Bonang lan buku-buku sabubare iku. Lair lan ngrembakane<span> </span>aksara Jawa raket sesambungane karo lair lan ngrembakane basa Jawa. Aksara Jawa anyar lair sawise basa Jawa anyar digunakake kanthi resmi ing sajroning pamarentahan, saora-orane wiwit taun 1500 M. Wektu kasebut punjere pamarentahan ing Jawa ana ing Demak. </span><span class="Apple-style-span" style="color: #29303b;">Mula ana sing duwe panemu manawa aksara Jawa anyar wiwit digunakake kanthi resmi nalika jaman Demak. Panemu iki disengkuyung antara liya karo bukti awujud naskah kanthi tulisan aksara Jawa anyar yaiku Kitab Bonang.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-19037392598492701842011-10-03T00:07:00.000-07:002011-10-03T00:07:47.566-07:00KESOMBONGAN<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US"> Manusia hidup di dunia dibekali dengan </span><span lang="en-US" style="font-style: italic; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">sabda, bayu dan idep.</span><span lang="en-US"> Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya. Manusia bisa berkembang dan menghasilkan peradaban yang tinggi. Dalam kehidupannya manusia mempunyai sifat dan karakter yang berbeda, ada yang baik dan ada yang buruk. Dan merubah sifat<span> </span>seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi terkadang sifat manusia bisa berubah cepat, dari yang tadinya baik menjadi jahat, dan dari yang tadinya jahat menjadi baik. Manusia yang tadinya dengan latar belakang serba kekurangan setelah dia sukses dengan jalan yang tidak benar maka sesudah itu dia akan menjadi sombong, tetapi jika dengan jalan yang benar tidak sedikit yang sangat rendah hati dan mau ingat sewaktu susah. Ibarat pepatah kacang lupa akan kulitnya. Manusia sebenarnya diberi kesempatan yang sebesar-besarnya untuk memperbaiki kesalahanya, tetapi banyak yang tidak menayadarinya, Jika seseorang itu kaya dan mendadak pada suatu hari dia kehilangan barang maka sesungguhnya itu pelajaran supaya dia<span> </span>tidak pelit dengan sesama.</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US">Kesombongan adalah sifat alami manusia yang melekat pada manusia sebagai sifat asli manusia. Setiap orang pasti mepunyai<span> </span>sifat kesombongan, tergantung seberapa kuat dia<span> </span>mengendalikannya. Jika dia terlarut dalam lautan kesombongan maka dia sendiri yang terhempas kemudian tergulung, tenggelam bersama ombak. Pada kesempatan ini penulis akan mengambil<span> </span>sebuah cerita pada masa lalu, di mana kita akan dapat mengambil hikmahnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US">Pada zaman dahulu kala hiduplah<span> </span>seorang pertapa yang sangat rendah hati, selalu memuja kebesaran Tuhan, Hari demi hari terus berlalu. Beliau mempunyai seorang murid<span> </span>perempuan yang sangat baik yang bernama<span> </span>Sucita Dewi. Setiap hari Sang Gadis belajar<span> </span>dengan tekun baik sastra kitab suci, yoga Samadhi, ilmu pengobatan dan, ilmu tentang<span> </span>kemasyarakatan. Setelah selesai belajar sang gadis selalu mengantarkan susu perahan kepada pertapa di seberang sungai. Dia menyeberangi sungai itu<span> </span>dengan perahu sampan yang sangat sederhana,<span> </span>sehingga jika ada banjir besar tidak akan bisa dipakai.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US">Pada musim kemarau, Sang Gadis<span> </span>menyeberangi sungai itu tidak mengalami kesulitan. Tetapi<span> </span>manakala musim kemaru berakhir dan musim hujan datang, terjadilah banjir yang besar. Pada sustu hari air sungai bertambah besar sehingga sang gadis terpaksa tidak mengirim susu. Kemudian dia pulang dan<span> </span>menceritakan semua kejadian itu kepada gurunya.Gurunya tertegun dan akhirnya dia berkata: “Aku akan memberikan sebuah mantra yang pendek yang membuat kamu tidak akan tenggelam ke dalam air dan kamu bisa berjalan di atas air, tetapi satu syarat kamu harus berbhakti<span> </span>padanya dan meyakininya”. Kemudian sang Brahmana pergi dan sang gadis mempelajari mantra itu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 114%; margin-bottom: 10.0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US">Pada pagi yang cerah seperti biasa sang gadis pergi ke seberang sungai untuk mengantar susu sapi, pagi itu cuaca cerah,dan air sangat tenang. Sehingga dia yakin dia akan bisa mengirim susu itu. Tetapi<span> </span>kenyataan berbicara lain. Perahu yang biasa digunakan rusak dan hancur akibat banjir semalam. Kemudian dia<span> </span>lama termenung dan sedih. Mendadak dia teringat<span> </span>dengan sebuah mantra yang diajarkan oleh gurunya. Dengan penuh keyakinan sang gadis memejamkan mata dan berjalan di atas<span> </span>membawa susu sampai ke seberang sungai. Dan apa yang terjadi? Ajaib sekali<span> </span>gadis itu dapat menyeberanginya. Kemudian dia pulang dan menceritakan semua kejadian kepada gurunya. Gurunya tidak percaya dan menuduh sang gadis ber bohong, akhirnya Sang Brahmana pergi ke sungai<span> </span>untuk membuktikan ilmunya itu. Mereka berjalan ke seberang sungai. Karena Sang Brahmana sombong dan meragukan mantranya sendiri maka tubuh sang<span> </span>Brahmana tenggelam sebagian, dan Sucita Dewi, sang gadis yang rendah hati dapat berjalan dengan mudah menyeberangi sungai. Ini membuktikan bahwa setinggi-tinggi apapun ilmu dan derajat mereka maka jika mereka sombong, maka mereka juga akan jatuh oleh kesombongannya sendiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-65722928655133674272011-09-22T21:28:00.000-07:002011-09-22T21:28:33.873-07:00DASA AWATARA : SEBUAH PERKEMBANGAN KEHIDUPAN<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 14.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Agama</span></a><span lang="en-US"> </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Hindu</span></a><span lang="en-US"> mengenal adanya Dasa Awatara yang sangat terkenal di antara Awatara-Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan<span> </span>material </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dewa"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Dewa</span></a><span lang="en-US"> </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wisnu"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Wisnu</span></a><span lang="en-US"> dalam misi menyelamatkan dunia. Dari sepuluh Awatara, sembilan diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya, Awatara<span> </span>terakhir (Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat (konon pada akhir </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kali_Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Kali Yuga</span></a><span lang="en-US">) untuk turun ke dunia. Kisah-kisah Awatara tersebut terangkum dalam sebuah kitab yang disebut<span> </span></span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Purana"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Purana</span></a></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 14.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US"><span> </span>Beberapa orang meyakini bahwa filsafat Dasa Awatara menunjukkan perkembangan kehidupan dan peradaban manusia di muka bumi. Setiap Awatara merupakan lambang dari setiap perkembangan zaman yang terjadi. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matsya_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Matsya Awatara</span></a><span lang="en-US"> (Awatara Wisnu sebagai Ikan) merupakan lambang bahwa kehidupan pertama terjadi di air. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kurma_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Kurma Awatara</span></a><span lang="en-US"> (Awatara Wisnu sebagai Kura-kura) menunjukkan perkembangan selanjutnya, yakni munculnya hewan amphibi. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Waraha_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Waraha Awatara</span></a><span lang="en-US"> melambangkan kehidupan selanjutnya terjadi di darat. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Narasimha_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Narasimha Awatara</span></a><span lang="en-US"> melambangkan dimulainya evolusi mamalia. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wamana_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Wamana Awatara</span></a><span lang="en-US"> melambangkan perkembangan makhluk yang disebut manusia namun belum sempurna. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Parashurama_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Parashurama Awatara</span></a><span lang="en-US">, pertapa bersenjata kapak, melambangkan perkembangan manusia di tingkat yang sempurna. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rama_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Rama Awatara</span></a><span lang="en-US"> melambangkan peradaban manusia untuk memulai pemerintahan. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Krishna_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Krishna Awatara</span></a><span lang="en-US">, yang mahir dalam enam puluh empat bidang pengetahuan dan kesenian melambangkan kecakapan manusia di bidang kebudayaan dan memajukan peradaban. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Balarama_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Balarama Awatara</span></a><span lang="en-US">, Kakak Kresna yang bersenjata alat pembajak sawah, melambangkan peradaban dalam bidang pertanian. </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buddha_Awatara"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Buddha Awatara</span></a><span lang="en-US">, yang mendapatkan pencerahan, melambangkan kemajuan sosial manusia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 14.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US"><span> </span>Awatara yang turun ke dunia juga memiliki makna-makna menurut zamannya: masa para Raja meraih kejayaan dengan pemerintahan Rama Awatara pada masa </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Treta_Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Treta Yuga</span></a><span lang="en-US">, dan keadilan sosial dan Dharma dilindungi oleh Sri Kresna pada masa </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dwapara_Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Dwapara Yuga</span></a><span lang="en-US">. Makna dari turunnya para Awatara selama masa </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Satya_Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Satya Yuga</span></a><span lang="en-US"> menuju </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kali_Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Kali Yuga</span></a><span lang="en-US"> juga menunjukkan evolusi makhluk hidup dan perkembangan peradaban manusia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 14.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US"><span> </span>Awatara-awatara dalam daftar di atas<span> </span>merupakan inkarnasi </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wisnu"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Wisnu</span></a><span lang="en-US">, yang mana dalam suatu filsafat merupakan lambang dari takaran dari nilai-nilai kemasyarakatan. Istri Dewa Wisnu bernama </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laksmi"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Laksmi</span></a><span lang="en-US">, Dewi kemakmuran. Kemakmuran dihasilkan oleh masyarakat, dan diusahakan agar terus berjalan seimbang. Hal tersebut dilambangkan dengan Dewi Laksmi yang berada di kaki Dewa Wisnu. Dewi Laksmi sangat setia terhadapnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 14.0pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US"><span> </span>Filsafat </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Catur Yuga</span></a><span lang="en-US"> yang merupakan masa-masa yang menjadi latar belakang turunnya suatu Awatara dideskripsikan sebagai berikut: </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Satya_Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Satya Yuga</span></a><span lang="en-US"> dilambangkan dengan seseorang membawa sebuah kendi (kamandalu) </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Treta_Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Treta Yuga</span></a><span lang="en-US"> dilambangkan dengan seseorang yang membawa sapi dan sauh </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dwapara_Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Dwapara Yuga</span></a><span lang="en-US"> dilambangkan dengan seseorang membawa busur panah dan kapak </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kali_Yuga"><span lang="en-US" style="color: black; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US; text-decoration: none; text-underline: none;">Kali Yuga</span></a><span lang="en-US"> dilambangkan dengan seseorang yang sangat jelek, telanjang, dan melakukan tindakan yang tidak senonoh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US"><span> </span>Jika deskripsi di atas diamati dengan seksama, maka masing-masing zaman memiliki makna tersendiri yang mewakili perkembangan peradaban masyarakat manusia. Pada masa pertama, Satya Yuga, ada peradaban mengenai tembikar, bahasa, ritual (yajña), dan sebagainya. Pada masa yang kedua, Treta Yuga, manusia memiliki kebudayaan bertani, bercocok tanam dan beternak. Pada masa yang ketiga, manusia memiliki peradaban untuk membuat senjata karena bidang pertanian dan kemakmuran perlu dijaga. Yuga yang terakhir merupakan puncak dari kekacauan, dan akhir dari peradaban manusia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-46855871139306104212011-09-22T21:23:00.000-07:002011-09-22T21:23:13.365-07:00Dewi Sri Dalam Upacara Mitoni<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Pada saat kehamilan seorang perempuan mencapai usia tujuh bulan, maka untuk menjaga<span> </span>keselamatan bayi yang ada dalam kandungan, dalam tradisi Jawa terdapat upacara yang disebut </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">mitoni </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">atau </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">tingkeban</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">. Ketika kehamilan seorang perempuan berusia tujuh bulan, dalam kepercayaan orang Jawa kehamilan berumur tujuh bulan dianggap umur yang ‘rawan’ terhadap </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">bebendu </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">(bencana) atau tahap yang mengharuskan perempuan hamil tersebut harus hati-hati dalam menjaga kehamilannya supaya lahir sesuai waktunya. Ada kepercayaan kehamilan umur tujuh bulan dianggap usia kehamilan tua, namun rasionalisasi dari kepercayaan ini tidak ada penjelasannya. Oleh sebab itu kemudian diadakan ritus-ritus </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">mitoni</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><span> </span>Dalam upacara </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">mitoni </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">ini, ada yang di selenggarkan secara lengkap atau besar, ada yang sederhana, dengan membuat </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">slametan</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">. Pada masa dahulu, prosesi berganti pakaian tujuh kali setelah upacara mandi, dilaksanakan di depan </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">senthong tengah</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">, atau </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">pasren</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">. Sekarang prosesi upacara tersebut bisa dilaksanakan di ruang tengah atau di ruang mana saja tidak harus di depan </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">senthong tengah</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">. Demikian juga pada upacara </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">brojolan </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">yang menggunakan dua buah </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">cengkir gadhing, </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">bisa dilaksanakan di tempat upacara mandi atau di ruang tengah. Dua buah </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">cengkir gadhing </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">tersebut masing-masing digambari tokoh-tokoh yang sudah akrab dalam mitos dongeng-dongeng Jawa, misalnya Kamajaya-Kamaratih, Panji-Candrakirana, atau Wisnu-Sri. Upacara </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">mitoni </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">yang dilaksanakan di </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">senthong tengah </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">merupakan simbolisasi Sri sebagai dewi kesuburan, dan penggambaran sebuah tahap kehidupan yang harus dilalui oleh seorang perempuan yang mempunyaitugas mereproduksi generasi ke generasi. Upacara tersebut sekaligus juga sebagai simbol permohonan untuk keselamatan kehamilan dan kelahiran si bayi sesuai dengan gambaran yang ada dalam dua buah kelapa </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">cengkir gadhing</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">. Dua buah </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">cengkir gadhing </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">tersebut di samping sebagai simbol tunas muda, juga sebuah simbol permohonan, bila bayi lahir nanti diharapkan seperti yang telah digambarkan dalam dua </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">cengkir gadhing </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">tersebut. Ukiran gambar dalam </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">cengkir gadhing </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">tersebut merupakan<span> </span>personifikasi hadirnya sepasang dewa-dewi yang mengandung harapan si bayi tidak hanya lahir ‘cantik’ (bila perempuan), dan ‘</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">bagus</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">’ (bila laki-laki) seperti halnya Sri-Wisnu, atau Kamajaya-Kamaratih, tetapi juga memiliki sifat-sifat seperti dewa-dewi tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Dewi Sri Dalam Tata Ruang Rumah Tradisional<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-weight: bold; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><span> </span>Penghormatan kepada Dewi Sri juga di ekspresikan dalam sistem tata ruang bangunan rumah Jawa tradisional. Dalam tata ruang tersebut selalu ada ruang untuk tempat persinggahan Dewi Sri yang disebut </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">pasren </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">atau </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">petanen, atau pedaringan </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">yaitu suatu ruangan yang terdapat di </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">senthong tengah</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">. </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Senthong tengah </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">oleh masyarakat agraris diyakini sebagai tempat istirahat Dewi Sri, oleh sebab itu </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">senthong tengah </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">tersebut juga dipergunakan untuk tempat pemujaan kepada Dewi Sri. <span> </span>Tempat tersebut merupakan simbolisasi keberadaan Dewi Sri sebagai dewi kesuburan, dewi padi yang disakralkan oleh petani. Segala sesuatu yang terkait dengan keberhasilan dan tidaknya usaha tani mereka diyakini tergantung pada Dewi Sri. Oleh sebab itu petani melakukan penghormatan kepada Dewi Sri dengan menyediakan tempat khusus untuk tempat bersemayam Dewi Sri yang disebut </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">pasren, </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">atau </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">petanen </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">tersebut.</span><span lang="en-US" style="font-size: 6.5pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Jadi </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">pasren </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">atau </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">petanen </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">bagi petani merupakan simbol adanya hubungan yang erat antara petani dengan Sri. Petani melakukan penghormatan dengan melakukan ritual-ritual untuk Dewi Sri, dan Dewi Sri diharapkan akan memberikan apa yang diinginkan petani yaitu hasil panen yang me limpah dari tahun ke tahun. Pada rumah berarsitektur </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">joglo </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">milik seorang bangsawan, </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">pasren </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">dilengkapi aksesori patung </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Loro Blonyo.</span><span lang="en-US" style="font-size: 6.5pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Patung </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">Loro Blonyo </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">ini merupakan simbol bersatunya Sri- Sadhono sebagai lambang kesuburan. Sebagai simbol pasangan pengantin, diharapkan sang pengantin diberi pancaran kecantikan seperti Dewi Sri, dan kesuburan untuk regenerasi sang pengantin. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;"><span> </span>Figur Dewi Sri dalam pemeliharaan pertanian maupun rumah tangga menjadi kerangka acuan bagi orang Jawa khususnya petani Jawa di dalam memperlakukan tanah pertaniannya dan rumahnya. Dua hal yang mendasari tindakannya ini adalah supaya diberi keselamatan dalam melakukan pekerjaan pertanian dan adanya kepercayaan bahwa proses kehidupan tanaman sama dengan kehidupan manusia. Oleh sebab itu mereka berfikir untuk menjaga hubungan spiritual terhadap yang memelihara tanah per taniannya dengan melakukan ritus-ritus, upacara atau slametan. Arsitektur rumah Jawa tradisional sekarang ini sudah semakin jarang dijumpai, dengan kata lain rumah tradisional Jawa yang memiliki ruang </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">senthong tengah<span> </span></span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">sudah jarang diketemukan. Ini berarti tradisi pemujaan Dewi Sri di </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">senthong tengah</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">, atau </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">pasren</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">, atau </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">petanen</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">, </span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; font-style: italic; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">pedaringan</span><span lang="en-US" style="font-size: 11.0pt; language: en-US; mso-ansi-language: en-US;">, yang dilakukan oleh petani juga sudah mengalami pergeseran. Penghormatan terhadap Dewi Sri di rumah pada umumnya dilakukan oleh para petani dengan membuat sesaji yang diletakkan di ruangan lain, misal di tempat menumpuk padi, menyimpan beras sebelum padi hasil panen dijual atau dikosumsi sendiri, atau di dapur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-1855040227591874812011-08-08T21:36:00.000-07:002011-08-08T21:38:11.635-07:00SEMAR DAN SENJATA "KENTUT"-NYA<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow'; font-weight: bold;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Narrow';">Pada tulisan kali ini penulis akan membahas tokoh yang sangat menarik didunia pewayangan yang paling banyak mendapat perhatian dan berbagai intrepertasi simbolik yang sangat ber variasi yaitu tokoh Semar dengan senjata ampuhnya "Kentut"yang merupakan bagian terakhir dari trilogi pewayangan.</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Semar adalah tokoh utama panakawan - arti dari panakawan adalah </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow'; font-style: italic; font-weight: bold;">pana</span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';"> yang berarti bijaksana dan </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow'; font-style: italic; font-weight: bold;">kawan </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">berarti teman jadi artinya adalah teman yang bijaksana - bersama-sama ketiga anaknya yang bernama Gareng, Petruk, dan Bagong, secara umum dalam pewayangan digambarkan sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Arial Narrow'; unicode-bidi: embed;">1.</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Semar selalu muncul pada tengah malam pada pagelaran "wayang purwo / kulit" semalam suntuk yaitu setelah episode yang dinamakan "goro-goro" yang dalam "goro-goro" diceritakan terjadi banyaknya kekacauan dimuka bumi ini yang secara simbolik kemunculan Semar dan punokawan meredakan kekacauan tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Arial Narrow'; unicode-bidi: embed;">2.</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Pada saat pemunculannya Semar sang Dalang akan bercerita bahwa: </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow'; font-style: italic;">"Semar punika saking basa "samar", mapan pranyoto Kyai Lurah Semar punika wujudira samar. Yen den wastani jalu wandanira kadi wanita.Yen sinebat estri, dadapuranira teka pria. Pramila katah ingkang klentu mastani. Yen ta wonten ingkang hatanya menggahing sasipatanira hirung sunti mrakateni, mripat mrembes mrakateni, lan sak panunggalnipun sedaya sarwa mrakateni " </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">yang terjemahan bebasnya dalam bahasa Indonesia adalah: "Semar berasal dari kata samar. Memang sesungguhnya wujud dari Kyai Lurah Semar juga samar. Kalau dikatakan laki-laki wajahnya mirip wanita. Kalau disebut wanita perawakannya seperti laki-laki. Oleh karena itu banyak orang keliru menilai. Jika ada yang mencoba memerinci anggota badannya akan melihat hidungnya mancung seperti wanita yang mempesonakan, matanya yang basah juga mem pesonakan, dan yang lain-lainnya juga serba menarik perhatian".<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Arial Narrow'; unicode-bidi: embed;">3.</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Semar dan panakawan lainnya bukan berasal dari epic Ramayana dan Mahabharata sehingga banyak pakar yang menyimpulkan bahwa tokoh tersebut asli Jawa / asli Indo nesia yang sudah ada sebelum agama Hindu dan Budha datang ke Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Arial Narrow'; unicode-bidi: embed;">4.</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Diceritakan asal usul Semar adalah dari telor yang : </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow'; font-style: italic;">Kulitnya</span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';"> menjadi Togog yang menjadi simbol hidup laksana kulit tanpa isi yang mementingkan duniawi semata oleh karena itu ia mengabdi pada raksasa sebagai simbul angkaramurkaan; </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow'; font-style: italic;">Putih telur </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">menjadi Semar yang menjadi simbol hidup yang penuh kesucian yang mementingkan isi dari pada kulitnya. Ia selalu memihak kepada kebenaran dan keadil an dan meluruskan segala bentuk penyelewengan oleh karena itu ia mengabdi kepada raja dan ksatria utama; </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow'; font-style: italic;">Kuning Telur </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">menjadi Manikmaya yang mencerminkan kekuasaan karena itu ia dinobatkan menjadi rajanya dewa di Kahyangan "Junggring Salaka" sebagai Bhatara Guru. Biarpun Semar itu manusia atau rakyat biasa yang menjadi panakawan para raja dan ksatria, tapi dia memiliki kesaktian yang melebihi Bhatara Guru yang rajanya para Dewa. Semar selalu bisa mengatasi kesaktian dari Bhatara Guru apabila ingin mengganggu Pendawa Lima yang dalam asuhannya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Banyak arti simbolik dalam masalah ini yang penulis percayai mungkin mendekati kebenaran adalah :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Arial Narrow'; unicode-bidi: embed;">1.</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Bhatara Guru dalam agama Hindu adalah Dewa Shiva yang dipuja oleh pemeluk agama Hindu, sedangkan Semar adalah tokoh asli Jawa / asli Indonesia . Dimana dengan adanya perpaduan itu membuat ajaran Hindu diterima masyarakat. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Arial Narrow'; unicode-bidi: embed;">2.</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Dengan berjalannya waktu tokoh Semar dan panakawan diterjemahkan sebagai simbol kesederhanaan dari rakyat jelata, dikarenakan kehidupannya sebagai Lurah / Kepala Desa yaitu suatu jabatan kepemimpinan yang paling dasar/bawah dalam sistim pemerintahan yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat pedesaan pada masa lalu, tokoh Semar selalu berada diantara rakyat kecil dan kesederhanaannya telah membawa kepada sifat kearifan dan kesucian pandangan yang bisa memberikan pandangan yang lebih murni tanpa bias terhadap suatu permasalahan sehingga bisa menangkap kebenaran seperti apa adanya. Oleh karena itu diceritakan dalam "wayang purwo/kulit" Semar selalu bisa mengatasi permasalahan yang tidak mampu diatasi oleh asuhannya Pendawa Lima ataupun para raja dan ksatria lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Contoh-contoh diatas memberikan suatu gambaran bahwa tokoh Semar merupakan tokoh yang paling banyak mendapat sorotan interpretasi simbolik dikarenakan keunikan, kesamaran dan ketidakjelasannya dan yang lebih lagi karena sebagai tokoh yang asli Jawa / asli Indonesia yang oleh cendikiawan ataupun budayawan Jawa dimasa lalu disisipkan dalam epic Ramayana dan Mahabharata dalam cerita "wayang purwo / kulit" tanpa harus merusak kisah kepahlawan yang ingin ditonjolkan bahkan malahan memperkaya nuansa etika yang lebih </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">mendalam.</span><span lang="en-US" style="font-family: 'Arial Narrow';"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Diceritakan dalam pewayangan bahwa Semar mempunyai senjata yang sangat ampuh yaitu </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">berupa "Kentut". </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Sebagai suatu kisah kepahlawanan "wayang purwo/kulit" tidak lepas dari kisah kesaktian senjata dari para pahlawannya untuk bisa memenangkan peperangan, seperti Arjuna dengan senjata panahnya Pasopati, Bima dengan kuku Pancanaka, Sri Kresna dengan Cakra dan sebagainya. Yang memerlukan kajian lebih lanjut kenapa Semar mempunyai senjata "Kentut" dan bukan senjata yang bersifat phisik seperti panah, pedang, tombak ataupun sejenisnya. Beberapa sifat senjata "Kentut" nya Semar:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Arial Narrow'; unicode-bidi: embed;">1.</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Kentut berasal dari dalam diri Semar sendiri, jadi senjata ini sifatnya adalah kekuatan yang muncul dari pribadi Semar bukan alat yang diciptakan atau dibuat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Arial Narrow'; unicode-bidi: embed;">2.</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Semar menggunakan senjatanya bukan untuk mematikan tapi lebih untuk menyadarkan. Dalam beberapa lakon/cerita pewayangan Semar menggunakan senjata "Kentut" nya melawan resi/raja/ksatria yang tidak bisa dikalahkan oleh Pandawa Lima yang akhirnya "badar" atau sadar kembali pada perwujudannya yang semula, yang biasanya adalah Bhatara Guru, Bhetari Durga dsb.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-level-language: en-US; mso-level-number-format: arabic; mso-level-text: "%1\."; mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: 'Arial Narrow'; unicode-bidi: embed;">3.</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Semar akan menggunakan senjata "Kentut" nya apabila para raja / ksatria asuhannya tidak bisa mengatasi masalah dengan cara yang konvensional / menggunakan senjata biasa. Sebagai makna simbolik "Kentut" itu sendri mem punyai sifat-sifat: </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Selalu mempunyai nuansa</span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';"> bersuara dan berbau, </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Biasanya baunya busuk atau</span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';"> tidak enak. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Jadi</span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';"> "Kentut" itu juga bisa berati suara yang berbau atau ber nuansa kurang enak didengar maupun dirasakan. Jadi kalau kita kombinasikan dengan dengan simbolik Semar sebagai suara "rakyat" kecil yang bercirikan kesederhanaan yang membawa kepada sifat kearifan dan kesucian pandangan yang bisa memberikan pandangan yang lebih murni tanpa bias terhadap suatu permasalahan sehingga bisa menangkap kebenaran seperti apa adanya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Maka senjata "Kentut" nya Semar adalah bisa berarti simbolik suara "rakyat" yang menyuarakan kebenaran yang sifatnya memberikan kesadaran kepada para pimpinannya agar kembali pada jalan yang benar sehingga suaranya bagi sang pimpinan adalah suara-suara yang tajam dan tidak enak didengar dan kalau dirasakan sangat bau busuk karena keterusterangannya melaksanakan kritik yang cenderung untuk menyakitkan kalau dirasakan bagi sang pemimpin. Dan kenyataannya apabila rakyat sudah mengutarakan isi hatinya, apalagi kalamenyampaikan kemarahannya akan lebih dahsyat seperti laiknya "Kentut" Kyai Lurah Semar yang mau tidak mau pemimpin harus sadar untuk memperbaiki diri (atau kepemimpinannya sebetulnya tidak diakui oleh mayoritas rakyat dan rakyat mengakuinya semata-mata berdasarkan rasa takut).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="color: blue; font-family: 'Trebuchet MS'; font-weight: bold;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-align: justify; text-justify: newspaper; text-justify: newspaper; text-kashida-space: 50%; text-kashida-space: 50%;"><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">Senjata "Kentut" nya Semar adalah secara simbolik bisa diartikan senjata pamungkasnya"rakyat" untuk menyadarkan pemimpinnya agar kembali kepada jalan yang benar yaitu etika </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';">berbudi luhur yang harus dipegang teguh.</span><span lang="en-US" style="font-family: 'Arial Narrow';"> </span><span lang="en-US" style="color: black; font-family: 'Arial Narrow';"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-69961648794853393292011-07-28T01:17:00.001-07:002011-07-28T01:17:24.841-07:00Sejarahé Wayang<div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">Sahabat-sahabat Jawa….pada edisi kali ini berbeda dengan edisi sebelumnya, karena pada edisi ini redaksi membahas tentang topik Wayang dengan bahasa Jawa. Dengan harapan agar generasi muda Hindu Jawa tidak melupakan Bahasa Jawa walaupun di Tanah Betawi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> Para ahli durung ana kang bisa mesteake kapan wayang wiwit ana ing Indonesia. Nanging yen ndeleng prasasti lan tinggalan jaman ke pungkur, wayang kira-kira wis ana sadurunge agama Hindu mlebu. Nalika kuwi lakon wayang durung nganggo crita-crita kang dijupuk seka India. Pagelaran iki dienggo srana nyembah marang roh leluhur. Sawetara anggitan sastra jaman Mataram anyar akeh kang nulis perkara sejarah wayang. Nanging, para ahli sejarah ora sarujuk marang apa kang tinulis ing kono amarga ora cocok marang cathetan lan tinggalan sejarah kang wis ana.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> Prasasti paling kuno ana ing abad IV Masehi. Prasasti ngemot ukara </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">mawayang </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">kanggo pagelaran pahargyan sima utawa bumi perdhikan. Katrangan kang luwih trewaca ing prasasti Balitung, udakara 907 Masehi. Ing kono tinulis </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">si galigi mawayang bwat Hyang macarita bimma ya kumara</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">. Artine kira-kira: Si Galigi ndhalang kanggo Hyang kanti lakon Bimma Sang Kumara."<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> Agama Hindu kang mlebu ing Nusa ntara gawe crita wayang beda karo asline. Crita Ramayana lan Mahabharata wiwit dienggo kanggo dakwah agama. Ing panguwasaning Dharmawangsa Teguh (991-1016), akeh crita seka India kang mlebu lan digawe gagrag jawane. Wayang wiwit nyebar ing ngendi-ngendi nalika Majapahit nguwasani Nusantara. Crita-crita kang asline seka India iku pung kasane wis geseh karo maune. Para pujangga Jawa gawe crita dhewe kanggo mepaki apa kang wis ana. Ing Pedhalangan, crita-crita iki sinebut </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">lakon carangan</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> Jaman Islam mlebu, Walisanga uga nganggo wayang ing panyebarane. Ing jaman iki wiwit ana Wayang Menak. Gagrag-gagrag tambah akeh ngepasi Mataram anyar. Walanda kang digdaya gawe kraton Surakarta ngracik akeh crita wayang kanggo nglelipur ati. Indonesia merdhika uga nyumbang gagrag wayang kang maneka warna. maneka warna wayang mau ana kang tetep digelar ana kang mung urip ing jamane dhewe. Wayang kang paling akeh dienggo yaiku wayang kulit purwa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-weight: bold;">Sebutan Wayang<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> Yen dijupuk seka ukarane, wayang kuwi seka </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">wewayangan</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">, amarga pagelarane ana ing wayah wengi lan nganggo lampu. Nanging katrangan iki wis ora bisa diugemi maneh. Wayang dadi ora mligi boneka kang ana wewayangane. Wayang golek kang digawe seka kayu ora ngandhelake wewayangan. Ukara </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">wayang </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">wis dadi pagelaran boneka kang digelar dening dhalang. Umume, sebutan </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">wayang </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">tinuju marang </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">wayang kulit purwa. </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang iki digawe seka tatahan kulit kewan kanti lakon seka Mahabharata lan Ramayana.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic; font-weight: bold;">Maneka Warna Wayang<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-weight: bold;">Wayang ing tanah Jawa<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Beber.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Kulit.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Klithik<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Golek<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Gedhog<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Menak<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Kancil<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Wahyu<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Pancasila<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Sejati<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Jemblung<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Wong<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Sandosa<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Ukur<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Jawa<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Topeng<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Potehi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Revolusi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-weight: bold;">Wayang ing tlatah liya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Betawi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Sundha<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Palembang<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Banjar<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Bali<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Sasak<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic; font-weight: bold;">Lakon Wayang<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Purwa<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Crita Menak<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Crita Panji<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Babad Tanah Jawa<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic; font-weight: bold;">Gagrag ing Tanah Jawa<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Pagelaran wayang kang sumrambah ing tanah Jawa agawe variasi kang maneka warna. Variasi utawa jenis iku kang asring sinebut </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">gagrag</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">. Gagrag wayang ing tanah Jawa antara liya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Kulit Gagrag Ngayogjakarta<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Kulit Gagrag Surakarta<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Kulit Gagrag Banyumasan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Kulit Gagrag Cirebon<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Kulit Gagrag Jawa Wetan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="color: black; direction: ltr; font-family: Symbol; font-size: 10pt; unicode-bidi: embed;">·</span><span style="width: 13.5pt;"> </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Wayang Kulit Gagrag Madura<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-62918429694217900972011-07-28T01:12:00.001-07:002011-07-28T01:12:37.929-07:00Arti Pawon dan Tata Letaknya<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="color: #292526;"> Kata </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">merupakan sebutan untuk dapur dalam masyarakat Jawa pada pada umumnya. Dapur, dalam bahasa Jawa disebut </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon, </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">mengandung dua pengertian: pertama, bangunan rumah yang khusus disediakan untuk kegiatan masak-memasak dan; kedua, dapat diartikan tungku. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="color: #292526;"> Kata </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">berasal dari kata dasar </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">awu </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">yang berarti abu, mendapat awalan </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pa </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">dan akhiran </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">an</span><span lang="en-US" style="color: #292526;">, yang berarti tempat. Dengan demikian, </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon (pa+awu+an) </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">yang berarti tempat </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">awu </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">atau abu. Kenyataannya memanglah demikian, dapur atau </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">memang tempat abu, sehingga dianggap sebagai tempat yang kotor. Dapur dalam kehidupan tradisional orang Jawa, memang tempat abu, di sana sini nampak bergelantungan </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">sawang </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">(jelaga) yang hitam oleh asap api. Demikian juga peralatan memasak berwarna kehitaman karena jelaga. Kemungkinan disebabkan oleh keadaan seperti itulah (penampilan yang serba hitam dan kotor), maka di dalam susunan rumah tradisional Jawa, dapur pada umumnya terletak di bagian belakang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="color: #292526;"> Dalam budaya Jawa menurut Parsudi Suparlan, konsep tentang sistem klasifikasi mengenai alam semesta dan isinya terdapat konsep dikotomi antara yang baik dan buruk, bersih dan kotor. Oleh karena itu dalam sistem klasifikasi itu maka </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">kakus </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">(jamban atau kamar kecil) maupun dapur letaknya selalu di belakang. Oleh karena dapur dianggap tempat kotor, maka dalam hal membuat bangunan dapur tidak begitu diperhatikan seperti halnya kalau membuat rumah induk. Menurut Daldjoeni (1985) pada umumnya bangunan dapur adalah bangunan tambahan, dan biasanya bangunan dapur dibuat sesudah bangunan rumah selesai.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="color: #292526;"> Dapur atau </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">sebagai bangunan tambahan, tidak dianggap sebagai bangunan pokok atau penting, dan konstruksi bangunan dapur sangat sederhana. Oleh karena itu untuk membuat dapur tidak diperlukan persyaratan yang rumit seperti akan membuat rumah induk yang memerlukan perhitungan waktu (</span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">primbon</span><span lang="en-US" style="color: #292526;">). Dalam kehidupan tradisional Jawa, makan tidaklah mendapatkan perhatian penting. Dalam Kitab </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">Wulangreh </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">karya Paku Buwana IV mengatakan </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">‘aja pijer mangan nendra’ </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">(jangan selalu makan dan tidur), dan </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">‘sudanen dhahar lan guling</span><span lang="en-US" style="color: #292526;">” (kurangilah makan dan tidur) menduduki tempat utama di dalam kepustakaan orang Jawa. Pandangan hidup orang Jawa menandaskan bahwa kekuatan seseorang bukanlah tergantung pada banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh, melainkan kepada tekat dan batin. Orang tidak akan menjadi lemah tubuhnya hanya karena sedikit makan, bahkan sebaliknya, orang akan memperoleh ‘kekuatan’ karena sering melaksanakan ‘</span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">ngurang-ngurangi </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">makan dan tidur (</span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">tirakat </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">atau asketis). Karena terpengaruh oleh pandangan hidup demikian itulah, maka dalam susunan arsitektur rumah Jawa, dapur atau </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">serta kegiatan memasak tidak mendapat perhatian khusus. Namun demikian di dalam pola pikir orang Jawa, makan diartikan menerima berkah dari Dewi Sri yang dianggap sebagai sumber rejeki. Penghormatan terhadap Dewi Sri oleh orang Jawa semata-mata bukan diwujudkan dalam makan dan kegiatan memasak, tetapi penanganan secara serius dalam pengolahan lahan pertanian sejak awal sampai pascapanen.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="color: #292526;"> Dalam membuat dapur atau </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">ada yang masih menggunakan perhitungan Jawa. Misalnya, oleh karena dapur dianggap sebagai tempat perempuan maka untuk membangun dapur harus dimulai saat </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">neptune nyaine </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">(hari </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pasaran </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">kelahiran istri), misalnya Senin </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">Pon</span><span lang="en-US" style="color: #292526;">, Selasa </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">Wage </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">dan sebagainya. Supaya dalam menggunakan dapur diberi keselamatan, ada juga yang menggunakan perhitungan yaitu jatuh </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">tiba lara ( tiba = </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">jatuh</span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">, lara = </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">mati), jadi dapur atau </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">diartikan sebagai tempat barang mati, atau tempat buangan. Di dalam studi perumahan tradisional, pembuatan dapur Jawa ada yang dimulai dengan perhitungan yang jatuh pada urutan </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">liyu </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">yang berarti </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">lumbung. </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">Seperti diketahui bahwa </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">lumbung </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">adalah tempat persediaan makan, sedangkan </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">atau dapur adalah tempat mengolah atau memasak. Jadi diharapkan dengan perhitungan jatuh pada urutan </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">liyu, </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">supaya </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">pawon </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">atau dapur tidak pernah berhenti atau kehabisan bahan masakan. Namun pada umumnya yang dianut adalah menghindari hari </span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-style: italic;">geblag </span><span lang="en-US" style="color: #292526;">(hari meninggalnya) keluarga dekat misalnya orang tua, suami/istri, atau anak</span><span lang="en-US" style="color: #292526; font-size: 11pt;">.</span><span lang="en-US"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-87993205391931950632011-05-31T20:29:00.001-07:002011-05-31T20:30:28.099-07:00Makanlah Setelah Ber-“yadnya”<div class="MsoNormal"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">Dewanrsin manusyamsca <br />
pitrn grhyasca dewatah <br />
pujayitwa tatah pascad <br />
Grhastha sesabhugbha</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> <br />
(</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-weight: bold;">Manawa Dharmasastra III.117</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">) <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-weight: bold;">Maksudnya</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">: <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Setelah melakukan persembahan kepada Dewa manifestasi Tuhan,kepada para Resi, leluhur yang telah suci (Dewa Pitara), kepada Dewa penjaga rumah dan juga kepada tamu. Setelah itu barulah pemilik rumah makan.Dengan demikian ia lepas dan dosa.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"><br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> UPACARA </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">masaiban / yajna sesa</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> dalam tradisi umat Hindu di Bali sudah berlangsung sejak ratusan tahun. Namun sampai sekarang masih ada banyak perbedaan persepsi di kalangan umat Hindu tentang upacara sederhana itu. Upacara masaiban adalah tradisi untuk melakukan persembahan berupa sesajen atau banten setelah selesai memasak. Sesajen </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">masaiban</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> itu berbentuk sejumput nasi dengan menggunakan alas sepotong daun pisang atau sarana lain. Nasi itu dilengkapi lauk-pauk yang ada atau dengan sedikit garam saja.<br />
<br />
Mengenai makna upacara ini umumnya sudah ada persamaan persepsi terutama di kalangan intelektual Hindu. Dalam Bhagawad Gita III.13 dinyatakan, makanlah setelah melakukan yadnya. Dalam sloka Bhagawad Gita itu dinyatakan dengan istilah </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">yadnyasistasinah</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">, yang artinya “makanlah setelah beryadnya”. Yang makan setelah ber-yadnya akan lepas dan dosa. Mereka yang makan tanpa ber-yadnya sebelumnya sesungguhnya makan dosanya sendiri.<o:p></o:p></span></div><br />
<div></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> Yang sering dimasalahkan adalah di mana banten itu mesti dipersembahkan. </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">Ada yang mengacu pada Manawa Dharmasastra III.68 dan 69. Dalam sloka 68 dinyatakan, dosa manusia yang ditimbulkan oleh litha tempat penyembelihan yaitu tempat memasak, batu pengasah, sapu, lesung dengan alunya dan tempayan tempat air.<o:p></o:p></span></div><br />
<div></div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> Dan sini, lalu ada yang menganjurkan agar banten saiban itu di persembahkan di lima tempat penyembelihan itu. Namun sloka 69 menyatakan bahwa untuk menebus dosa, setiap kepala keluarga digariskan untuk melakukan panca yadnya. Ini artinya, persembahan banten saiban itu bukanlah semata-mata di lima tempat penyembelihan tersebut, namun digariskan agar orang melakukan panca yadnya setiap harinya.</span><br />
<span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"></span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> </span><br />
<span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"></span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> Dalam wujud ritual, masaiban adalah bentuk pelaksanaan panca yadnya dalam bentuk banten yang kecil atau inti saja. Oleh karena panca yadnya yang digariskan. maka banten saiban itu dapat dipersembahkan sampai ke sanggah merajan dan tempat-tempat lainnya di rumah tinggal keluarga. Sebagaimana dinyatakan dalam sloka Manawa Dharmasastra III,717, keluarga boleh makan setelah melakukan persembahan kepada Dewa manifestasi Tuhan yang Mahaesa, kepada Resi, kepada Dewa Pitara atau roh suci leluhur yang telah mencapai Siddha Dewata, kepada penjaga spiritual rumah tinggal (hulu pekarangan) dan kepada Atithi atau tamu.<br />
<br />
Dalam sloka 118 dinyatakan, barang siapa menyiapkan makanan hanya untuk dininya sendini sebenarnya ia memakan dosa. Kitab suci itu menetapkan, makanan suci itu adalah makanan yang telah dipersembahkan dalam upacara yadnya seperti banten saiban itu. Makan yang demikian itulah makanan orang-orang bijaksana.<br />
Apa yang dinyatakan dalam beberapa sloka Manawa Dharmasastra dan Bhagawad Gita itu penn dijabarkan lebih dalam. Hal-hal tersebut seyogianya dipahami sbagai suatu konsep hidup yang baik, benar dan wajar. Konsep hidup yang dikandung dalam upacara masaiban itu adalah konsep yang mendorong kita agar bekerja dengan baik, benar dan wajar terlebih dahulu kemudian hasil kerja itulah yang kita makan.<br />
<br />
Konsep ini sangat tepat di segala zaman. Jangan seperti orang yang ingin mendapatkan banyak rezeki tetapi tanpa bekerja. Dalam kearipan lokal Bali ada disebut “</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">ngayah dulu baru dapat catu atau hasil”</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;">. Makanya ada yang disebut </span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt; font-style: italic;">“catu tanpa ayah”,</span><span lang="en-US" style="font-size: 11pt;"> artinya dapat hasil tanpa kerja. Artinya, ada masyarakat yang bekerja tetapi tidak mendapatkan hasil.<br />
<br />
Ini artinya, maknailah upacara masaiban itu dengan mengembangkan etos kerja yang baik. Etos kerja yang baik itu adalah etos kerja yang profesional dari para pekerja mendapat perlakuan yang adil dan sistem kerja yang ditetapkan oleh kebijakan Pemerintahan Negara. Semoga dengan memaknai upacara masaiban ini kita bisa meningkatkan sikap jujur dan adil dalam kerja. Jangan hanya menyerahkan semua urusan kita pada Tuhan. Mohonlah karunia Tuhan dengan bekerja berdasarkan jnyana atau ilmu pengetahuan sebagai wujud bakti kita pada Tuhan.<br />
</span></div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-17785126139203044592011-05-29T06:43:00.001-07:002011-05-31T20:22:37.817-07:00GEMA KARMAPHALA<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
<br />
Seorang anak dan ayahnya berjalan di pegunungan. Tiba-tiba, si anak terjatuh kesakitan, sambil menyalahkan dirinya sendiri ia berteriak: "AAAhhhhhhhhhhh!" Yang mengejutkannya, terdengar suara berulang, dari suatu tempat di gunung: "AAAhhhhhhhhhhh!". Karena penasaran, ia berteriak: “Siapa kamu?”. Jawaban yang diterimanya adalah pertanyaan yang sama. Marah pada respon yang diterimanya, si anak berteriak: “Pengecut!”, dan ia memperoleh jawaban: “Pengecut!”<br />
<br />
Si anak menoleh pada ayahnya dan bertanya, “Apa yang terjadi, Yah?” Sambil tersenyum lembut ayahnya berkata, “Anakku, perhatikan dan dengarkan ya…” Dan kemudian si ayah berteriak ke arah gunung itu, “Aku mengagumimu…” Suara itu menjawab: “Aku mengagumimu...” Sekali lagi si ayah berteriak: “Kamu Sang Juara!”, suara itu pun menjawab “Kamu Sang Juara!”<br />
<br />
Anak itu terkejut, namun tidak mengerti. Kemudian ayahnya menjelaskan: “Anakku tersayang, orang-orang menyebutnya gema, namun itulah sebetulnya kehidupan. Kita akan memetik apa yang kita tanam, kita akan mendapatkan kembali apa yang kita katakan dan perbuat. Sederhananya, hidup kita adalah refleksi dari perbuatan kita.”<br />
<br />
(Karmaphala: Karma = perbuatan, Phala = Hasil. Hukum Universal Sebab-Akibat yang berjalan dalam Alam Semesta, berlaku pada siapa pun dan dimana pun. Selamat malam saudaraku, semoga sukses dan bahagia bersamamu. Salam Kasih dan Damai)</div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688912331978876423.post-1982787250528743202011-05-21T21:11:00.000-07:002011-05-31T20:19:04.522-07:00Empire Majapahit<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Majapahit berdiri pada tahun 1293 Masehi. Didirikan oleh Raden Wijaya yang lantas setelah dikukuhkan sebagai Raja beliau bergelar Shrii Kertarajasha Jayawardhana. Eksistensi Majapahit sangat disegani diseluruh dunia. Diwilayah Asia, hanya Majapahit yang ditakuti oleh Kekaisaran Tiongkok China. Di Asia ini, pada abad XIII, hanya ada dua Kerajaan besar, Tiongkok dan Majapahit.<br />
<br />
Lambang Negara Majapahit adalah Surya. Benderanya berwarna Merah dan Putih. Melambangkan darah putih dari ayah dan darah merah dari ibu. Lambang nasionalisme sejati. Lambang kecintaan pada bhumi pertiwi. Karma Bhumi. Dan pada jamannya, bangsa kita pernah menjadi Negara adikuasa, superpower, layaknya Amerika dan Inggris sekarang. Pusat pemerintahan ada di Trowulan, sekarang didaerah Mojokerto, Jawa Timur. Pelabuhan internasional-nya waktu itu adalah Gresik.<br />
<br />
Agama resmi Negara adalah Hindhu aliran Shiva dan Buddha. Dua agama besar ini dikukuhkan sebagai agama resmi Negara. Sehingga kemudian muncul istilah agama Shiva Buddha. Nama Majapahit sendiri diambil dari nama pohon kesayangan Deva Shiva, Avatara Brahman, yaitu pohon Bilva atau Vilva. Di Jawa pohon ini terkenal dengan nama pohon Maja, dan rasanya memang pahit. Maja yang pahit ini adalah pohon suci bagi penganut agama Shiva, dan nama dari pohon suci ini dijadikan nama kebesaran dari sebuah Emperor di Jawa. Dalam bahasa sanskerta, Majapahit juga dikenal dengan nama Vilvatikta (Wilwatikta. Vilva: Pohon Maja, Tikta : Pahit ). Sehingga, selain Majapahit ( baca : Mojopait) orang Jawa juga mengenal Kerajaan besar ini dengan nama Wilwatikta ( Wilwotikto).<br />
<br />
Kebesaran Majapahit mencapai puncaknya pada jaman pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi Jayawishnuwardhani (1328-1350 M). Dan mencapai jaman keemasan pada masa pemerintahan Prabhu Hayam Wuruk (1350-1389 M) dengan Mahapatih Gajah Mada-nya yang kesohor dipelosok Nusantara itu. Pada masa itu kemakmuran benar-benar dirasakan seluruh rakyat Nusantara. Benar-benar jaman yang gilang gemilang!<br />
<br />
Stabilitas Majapahit sempat koyak akibat perang saudara selama lima tahun yang terkenal dengan nama Perang Pare-greg (1401-1406 M). Peperangan ini terjadi karena Kadipaten Blambangan hendak melepaskan diri dari pusat Pemerintahan. Blambangan yang diperintah oleh Bhre Wirabhumi berhasil ditaklukkan oleh seorang ksatria berdarah Blambangan sendiri yang membelot ke Majapahit, yaitu Raden Gajah. ( Kisah ini terkenal didalam masyarakat Jawa dalam cerita rakyat pemberontakan Adipati Blambangan Kebo Marcuet. Kebo = Bangsawan, Marcuet = Kecewa. Kebo Marcuet berhasil ditaklukkan oleh Jaka Umbaran. Jaka = Perjaka, Umbaran = Pengembara. Dan Jaka Umbaran setelah berhasil menaklukkan Adipati Kebo Marcuet, dikukuhkan sebagai Adipati Blambangan dengan nama Minak Jingga. Minak = Bangsawan, Jingga = Penuh Keinginan. Adipati Kebo Marcuet inilah Bhre Wirabhumi, dan Minak Jingga tak lain adalah Raden Gajah, keponakan Bhre Wirabhumi sendiri.)<br />
<br />
Namun, sepeninggal Prabhu Wikramawardhana, ketika tahta Majapahit dilimpahkan kepada Ratu Suhita, Malahan Raden Gajah yang kini hendak melepaskan diri dari pusat pemerintahan karena merasa diingkari janjinya. Dan tampillah Raden Paramesywara, yang berhasil memadamkan pemberontakan Raden Gajah. Pada akhirnya, Raden Paramesywara diangkat sebagai suami oleh Ratu Suhita. ( Dalam cerita rakyat, inilah kisah Damar Wulan. Ratu Suhita tak lain adalah Kencana Wungu. Kencana = Mutiara, Wungu = Pucat pasi, ketakutan. Dan Raden Paramesywara adalah Damar Wulan. Damar = Pelita, Wulan = Sang Rembulan.)<br />
<br />
Kondisi Majapahit stabil lagi. Hingga pada tahun 1453 Masehi, tahta Majapahit dipegang oleh Raden Kertabhumi yang lantas terkenal dengan gelar Prabhu Brawijaya ( Bhre Wijaya). Pada jaman pemerintahan beliau inilah, Islamisasi mulai merambah wilayah kekuasaan Majapahit, dimulai dari Malaka. Dan kemudian, mulai masuk menuju ke pusat kerajaan, ke pulau Jawa.<br />
<br />
Dan kisahnya adalah sebagai berikut :<br />
<br />
Diwilayah Kamboja selatan, dulu terdapat Kerajaan kecil yang masuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Kerajaan Champa namanya. ( Sekarang hanya menjadi perkampungan Champa ). Kerajaan ini berubah menjadi Kerajaan Islam semenjak Raja Champa memeluk agama baru itu. Keputusan ini diambil setelah seorang ulama Islam datang dari Samarqand, Bukhara. ( Sekarang didaerah Rusia Selatan). Ulama ini bernama Syeh Ibrahim As-Samarqand. Selain berpindah agama, Raja Champa bahkan mengambil Syeh Ibrahim As-Samarqand sebagai menantu.<br />
<br />
Raja Champa memiliki dua orang putri. Yang sulung bernama Dewi Candrawulan dan yang bungsu bernama Dewi Anarawati. Syeh Ibrahim As-Samarqand dinikahkan dengan Dewi Candrawati. Dari hasil pernikahan ini, lahirlah dua orang putra, yang sulung bernama Sayyid ‘Ali Murtadlo, dan yang bungsu bernama Sayyid ‘Ali Rahmad. Karena berkebangsaan Champa ( Indo-china ), Sayyid ‘Ali Rahmad juga dikenal dengan nama Bong Swie Hoo. ( Nama Champa dari Sayyid ‘Ali Murtadlo, Raja Champa, Dewi Candrawulan dan Dewi Anarawati, saya belum mengetahuinya : Damar Shashangka).<br />
<br />
Kerajaan Champa dibawah kekuasaan Kerajaan Besar Majapahit yang berpusat di Jawa. Pada waktu itu Majapahit diperintah oleh Raden Kertabhumi atau Prabhu Brawijaya semenjak tahun 1453 Masehi. Beliau didampingi oleh adiknya Raden Purwawisesha sebagai Mahapatih. Pada tahun 1466, Raden Purwawisesha mengundurkan diri dari jabatannya, dan sebagai penggantinya diangkatlah Bhre Pandhansalas. Namun dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1468 Masehi, Bhre Pandhansalas juga mengundurkan diri.<br />
<br />
Praktis semenjak tahun 1468 Masehi, Prabhu Brawijaya memerintah Majapahit tanpa didampingi oleh seorang Mahapatih. Apakah gerangan dalam masa pemerintahan Prabhu Brawijaya terjadi dua kali pengunduran diri dari seorang Mahapatih? Sebabnya tak lain dan tak bukan karena Prabhu Brawijaya terlalu lunak dengan etnis China dan orang-orang muslim.<br />
<br />
Diceritakan, begitu Prabhu Brawijaya naik tahta, Kekaisaran Tiongkok mengirimkan seorang putri China yang sangat cantik sebagai persembahan kepada Prabhu Brawijaya untuk dinikahi. Ini dimaksudkan sebagai tali penyambung kekerabatan dengan Kekaisaran Tiongkok. Putri ini bernama Tan Eng Kian. Sangat cantik. Tiada bercacat. Karena kecantikannya, setelah Prabhu Brawijaya menikahi putri ini, praktis beliau hampi-hampir melupakan istri-istrinya yang lain. ( Prabhu Brawijaya banyak memiliki istri, dari berbagai istri beliau, lahirlah tokoh-tokoh besar. Pada kesempatan lain, saya akan menceritakannya : Damar Shashangka ).<br />
<br />
Ketika putri Tan Eng Kian tengah hamil tua, rombongan dari Kerajaan Champa datang menghadap. Raja Champa sendiri yang datang. Diiringi oleh para pembesar Kerajaan dan ikut juga dalam rombongan, Dewi Anarawati. Raja Champa banyak membawa upeti sebagai tanda takluk. Dan salah satu upeti yang sangat berharga adalah, Dewi Anarawati sendiri.<br />
<br />
Melihat kecantikan putri berdarah indo-china ini, Prabhu Brawijaya terpikat. Dan begitu Dewi Anarawati telah beliau peristri, Tan Eng Kian, putri China yang tengah hamil tua itu, seakan-akan sudah tidak ada lagi di istana. Perhatian Prabhu Brawijaya kini beralih kepada Dewi Anarawati.<br />
<br />
Saking tergila-gilanya, manakala Dewi Anarawati meminta agar Tan Eng Kian disingkirkan dari istana, Prabhu Brawijaya menurutinya. Tan Eng Kian diceraikan. Lantas putri China yang malang ini diserahkan kepada Adipati Palembang Arya Damar untuk diperistri. Adipati Arya Damar sesungguhnya juga peranakan China. Dia adalah putra selir Prabhu Wikramawardhana, Raja Majapahit yang sudah wafat yang memerintah pada tahun 1389-1429 Masehi, dengan seorang putri China pula.<br />
<br />
Nama China Adipati Arya Damar adalah Swan Liong. Menerima pemberian seorang janda dari Raja adalah suatu kehormatan besar. Perlu dicatat, Swan Liong adalah China muslim. Dia masuk Islam setelah berinteraksi dengan etnis China di Palembang, keturunan pengikut Laksamana Cheng Ho yang sudah tinggal lebih dahulu di Palembang. Oleh karena itulah, Palembang waktu itu adalah sebuah Kadipaten dibawah kekuasaan Majapahit yang bercorak Islam.<br />
<br />
Arya Damar menunggu kelahiran putra yang dikandung Tan Eng Kian sebelum ia menikahinya. Begitu putri China ini selesai melahirkan, dinikahilah dia oleh Arya Damar.<br />
<br />
Anak yang lahir dari rahim Tan Eng Kian, hasil dari pernikahannya dengan Prabhu Brawijaya, adalah seorang anak lelaki. Diberi nama Tan Eng Hwat. Karena ayah tirinya muslim, dia juga diberi nama Hassan. Kelak di Jawa, dia terkenal dengan nama Raden Patah!<br />
<br />
Dari hasil perkawinan Arya Damar dengan Tan Eng Kian, lahirlah juga seorang putra. Diberinama Kin Shan. Nama muslimnya adalah Hussein. Kelak di Jawa, dia terkenal dengan nama Adipati Pecattandha, atau Adipati Terung yang terkenal itu!<br />
<br />
Kembali ke Jawa. Dewi Anarawati yang muslim itu telah berhasil merebut hati Prabhu Brawijaya. Dia lantas menggulirkan rencana selanjutnya setelah berhasil menyingkirkan pesaingnya, Tan Eng Kian. Dewi Anarawati meminta kepada Prabhu Brawijaya agar saudara-saudaranya yang muslim, yang banyak tinggal dipesisir utara Jawa, dibangunkan sebuah Ashrama, sebuah Peshantian, sebuah Padepokan, seperti halnya Padepokan para Pandhita Shiva dan para Wiku Buddha.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span lang="IN">Mendengar permintaan istri tercintanya ini, Prabhu Brawijaya tak bisa menolak. Namun yang menjadi masalah, siapakah yang akan mengisi jabatan sebagai seorang Guru layaknya padepokan Shiva atau Mahawiku layaknya padepokan Buddha? Pucuk dicinta ulam tiba, Dewi Anarawati segera mengusulkan, agar diperkenankan memanggil kakak iparnya, Syeh Ibrahim As-Samarqand yang kini ada di Champa untuk tinggal sebagai Guru di Ashrama Islam yang hendak dibangun. Dan lagi-lagi, Prabhu Brawijaya menyetujuinya.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Para Pembesar Majapahit, Para Pandhita Shiva dan Para Wiku Buddha, sudah melihat gelagat yang tidak baik. Mereka dengan halus memperingatkan Prabhu Brawijaya, agar selalu berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan penting.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Tak kurang-kurang, Sabdo Palon dan Nayagenggong, punakawan terdekat Prabhu Brawijaya juga sudah memperingatkan agar momongan mereka ini berhati-hati, tidak gegabah. Namun, Prabhu Brawijaya, bagaikan orang mabuk, tak satupun nasehat orang-orang terdekatnya beliau dengarkan.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Perekonomian Majapahit sudah hamper didominasi oleh etnis China semenjak putri Tan Eng Kian di peristri oleh Prabhu Brawijaya, dan memang itulah misi dari Kekaisaran Tiongkok. Kini, dengan masuknya Dewi Anarawati, orang-orang muslim-pun mendepat kesempatan besar. Apalagi, pada waktu itu, banyak juga orang China yang muslim. Semua masukan bagi Prabhu Brawijaya tersebut, tidak satupun yang diperhatikan secara sungguh-sungguh. Para Pejabat daerah mengirimkan surat khusus kepada Sang Prabhu yang isinya mengeluhkan tingkah laku para pendatang baru ini. Namun, tetap saja, ditanggapi acuh tak acuh.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Hingga pada suatu ketika, manakala ada acara rutin tahunan dimana para pejabat daerah harus menghadap ke ibukota Majapahit sebagai tanda kesetiaan, Ki Ageng Kutu, Adipati Wengker ( Ponorogo sekarang), mempersembahkan tarian khusus buat Sang Prabhu. Tarian ini masih baru. Belum pernah ditampilkan dimanapun. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piranti tari bernama Dhadhak Merak. Yaitu sebuah piranti tari yang berupa duplikat kepala harimau dengan banyak hiasan bulu-bulu burung merak diatasnya. Dhadhak Merak ini dimainkan oleh satu orang pemain, dengan diiringi oleh para prajurid yang bertingkah polah seperti banci. ( Sekarang dimainkan oleh wanita tulen). Ditambah satu tokoh yang bernama Pujangganom dan satu orang Jathilan. Sang Pujangganom tampak menari-nari acuh tak acuh, sedangkan Jathilan, melompat-lompat seperti orang gila.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Sang Prabhu takjub melihat tarian baru ini. Manakala beliau menanyakan makna dari suguhan tarian tersebut, Ki Ageng Kutu, Adipati dari Wengker yang terkenal berani itu, tanpa sungkan-sungkan lagi menjelaskan, bahwa Dhadhak Merak adalah symbol dari Kerajaan Majapahit sendiri. Kepala Harimau adalah symbol dari Sang Prabhu. Bulu-bulu merak yang indah adalah symbol permaisuri sang Prabhu yang terkenal sangat cantik, yaitu Dewi Anarawati. Pasukan banci adalah pasukan Majapahit. Pujangganom adalah symbol dari Pejabat teras, dan Jathilan adalah symbol dari Pejabat daerah.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Arti sesungguhnya adalah, Kerajaan Majapahit, kini diperintah oleh seekor harimau yang dikangkangi oleh burung Merak yang indah. Harimau itu tidak berdaya dibawah selangkangan sang burung Merak. Para Prajurid Majapahit sekarang berubah menjadi penakut, melempem dan banci, sangat memalukan! Para pejabat teras acuh tak acuh dan pejabat daerah dibuat kebingungan menghadapi invasi halus, imperialisasi halus yang kini tengah terjadi. Dan terang-terangan Ki Ageng Kutu memperingatkan agar Prabhu Brawijaya berhati-hati dengan orang-orang Islam!</span></div><span lang="IN"> <br />
Kesenian sindiran ini kemudian hari dikenal dengan nama REOG PONOROGO!<br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Mendengar kelancangan Ki Ageng Kutu, Prabhu Brawijaya murka! Dan Ki Ageng Kutu, bersama para pengikutnya segera meninggalkan Majapahit. Sesampainya di Wengker, beliau mamaklumatkan perang dengan Majapahit!</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Prabhu Brawijaya mengutus putra selirnya, Raden Bathara Katong untuk memimpin pasukan Majapahit, menggempur Kadipaten Wengker! ( Akan saya ceritakan pada bagian kedua : Damar Shashangka.)</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Prabhu Brawijaya, menjanjikan daerah ‘perdikan’. Daerah perdikan adalah daerah otonom. Beliau menjanjikannya kepada Dewi Anarawati. Dan Dewi Anarawati meminta daerah Ampeldhenta ( didaerah Surabaya sekarang ) agar dijadikan daerah otonom bagi orang-orang Islam. Dan disana, rencananya akan dibangun sebuah Ashrama besar, pusat pendidikan bagi kaum muslim.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Begitu Prabhu Brawijaya menyetujui hal ini, maka Dewi Anarawati, atas nama Negara, mengirim utusan ke Champa. Meminta kesediaan Syeh Ibrahim As-Samarqand untuk tinggal di Majapahit dan menjadi Guru dari Padepokan yang hendak dibangun.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Dan permintaan ini adalah sebuah kabar keberhasilan luar biasa bagi Raja Champa. Misi peng-Islam-an Majapahit sudah diambang mata. Maka berangkatlah Syeh Ibrahim As-Samarqand ke Jawa. Diiringi oleh kedua putranya, Sayyid ‘Ali Murtadlo dan Sayyid ‘Ali Rahmad.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Sesampainya di Gresik, pelabuhan Internasional pada waktu itu, mereka disambut oleh masyarakat muslim pesisir yang sudah ada disana sejak jaman Prabhu Hayam Wuruk berkuasa. Masyarakat muslim ini mulai mendiami pesisir utara Jawa semenjak kedatangan Syeh Maulana Malik Ibrahim, yang pada waktu itu memohon menghadap kehadapan Prabhu Hayam Wuruk hanya untuk sekedar meminta beliau agar ‘pasrah’ memeluk Islam. Tentu saja, permintaan ini ditolak oleh Sang Prabhu Hayam Wuruk pada waktu itu karena dianggap lancang. Namun, beliau sama sekali tidak menjatuhkan hukuman. Beliau dengan hormat mempersilakan rombongan Syeh Maulana Malik Ibrahim agar kembali pulang. Namun sayang, di Gresik, banyak para pengikut Syeh Maulana Malik Ibrahim terkena wabah penyakit yang datang tiba-tiba. Banyak yang meninggal. Salah satunya adalah santriwati Syeh Maulana Malik Ibrahim bernama Fatimah binti Maimun. ( Sampai sekarang makamnya masih ada,). Dan Syeh Maulana Malik Ibrahim akhirnya wafat juga di Gresik, dan lantas dikenal oleh orang-orang Jawa muslim dengan nama Sunan Gresik.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Syeh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik telah datang jauh-jauh hari sebelum ada yang dinamakan Dewan Wali Sangha ( Sangha = Perkumpulan orang-orang suci. Sangha diambil dari bahasa Sansekerta. Bandingkan dengan doktrin Buddhis mengenai Buddha, Dharma dan Sangha. Kata-kata Wali Sangha lama-lama berubah menjadi Wali Songo yang artinya Wali Sembilan.: Damar Shashangka)</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Rombongan dari Champa ini sementara waktu beristirahat di Gresik sebelum meneruskan perjalanan menuju ibukota Negara Majapahit. Sayang, setibanya di Gresik, Syeh Ibrahim As-Samarqand jatuh sakit dan meninggal dunia. Orang Jawa muslim mengenalnya dengan nama Syeh Ibrahim Smorokondi. Makamnya masih ada di Gresik sekarang.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Kabar meninggalnya Syeh Ibrahim As-Samarqand sampai juga di istana. Dewi Anarawati bersedih. Lantas, kedua putra Syeh Ibrahim As-Samarqand dipanggil menghadap. Atas usul Dewi Anarawati, Sayyid ‘Ali Rahmad diangkat sebagai pengganti ayahnya sebagai Guru dari sebuah Padepokan Islam yang hendak didirikan.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Bahkan, Sayyid ‘Ali Rahmad dan Sayyid ‘Ali Murtadlo mendapat gelar kebangsawanan Majapahit, yaitu Rahadyan atau Raden. Jadilah mereka dikenal dengan nama Raden Rahmad dan Raden Murtolo ( Orang Jawa tidak bisa mengucapkan huruf ‘dlo’. Huruf ‘dlo’ berubah menjadi ‘lo’. Seperti Ridlo, jadi Rilo, Ramadlan jadi Ramelan, Riyadloh jadi Riyalat, dll). Namun lama kelamaan, Raden Murtolo dikenal dengan nama Raden Santri, makamnya juga ada di Gresik sekarang.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Raden Rahmad, disokong pendanaan dari Majapahit, membangun pusat pendidikan Islam pertama di Jawa. Para muslim pesisir datang membantu. Tak berapa lama, berdirilah Padepokan Ampeldhenta. Istilah Padepokan lama-lama berubah menjadi Pesantren untuk membedakannya dengan Ashrama pendidikan Agama Shiva dan Agama Buddha. Lantas dikemudian hari, Raden Rahmad dikenal dengan nama Sunan Ampel.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Raden Santri, mengembara ke Bima, menyebarkan Islam disana, hingga ketika sudah tua, ia kembali ke Jawa dan meniggal di Gresik.</span></div><span lang="IN"> <br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN">Para pembesar Majapahit, Para Pandhita Shiva dan Para Wiku Buddha, sudah memperingatkan Prabhu Brawijaya. Sebab sudah terdengar kabar dimana-mana, kaum baru ini adalah kaum missioner. Kaum yang punya misi tertentu. Malaka sudah berubah menjadi Kadipaten Islam, Pasai juga, Palembang juga, dan kini gerakan itu sudah semakin dekat dengan pusat kerajaan.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Semua telah memperingatkan Sang Prabhu. Tak ketinggalan pula Sabdo Palon dan Naya Genggong. Namun, bagaikan berlalunya angin, Prabhu Brawijaya tetap tidak mendengarkannya.Raja Majapahit yang ditakuti ini, kini bagaikan harimau yang takluk dibawah kangkangan burung Merak, Dewi Anarawati.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Benarlah apa yang dikatakan oleh Ki Ageng Kutu dari Wengker dulu.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> “Seorang Harimau yang dikangkangi oleh merak, tidak akan mampu lagi mengaum bebas.”</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b><span lang="IN">Berdirinya Giri Kedhaton</span></b><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Blambangan ( Banyuwangi sekarang ), sekitar tahun 1450 Masehi terkena wabah penyakit. Hal ini dikarenakan ketidaksadaran masyarakatnya yang kurang mampu menjaga kebersihan lingkungan. Blambangan diperintah oleh Adipati Menak Sembuyu, didampingi Patih Bajul Sengara.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Wabah penyakit itu masuk juga ke istana Kadipaten. Putri Sang Adipati, Dewi Sekardhadhu, jatuh sakit. Ditengah wabah yang melanda, datanglah seorang ulama dari Samudera Pasai ( Aceh sekarang ), yang masih berkerabat dekat dengan Syeh Ibrahim As-Samarqand, bernama Syeh Maulana Ishaq. Dia ahli pengobatan. Mendengar Sang Adipati mengadakan sayembara, dia serta merta mengikutinya. Dan berkat keahlian pengobatan yang dia dapat dari Champa, sang putri berangsur-angsur sembuh.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Adipati Menak Sembuyu menepati janji. Sesuai isi sayembara, barangsiapa yang mampu menyembuhkan sang putri, jika lelaki akan dinikahkan jika perempuan akan diangkat sebagai saudara, maka, Syeh Maulana Ishaq dinikahkan dengan Dewi Sekardhadhu.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Namun pada perjalanan waktu selanjutnya, ketegangan mulai timbul. Ini disebabkan, Syeh Maulana Ishaq, mengajak Adipati beserta seluruh keluarga untuk memeluk agama Islam.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Ketegangan ini lama-lama berbuntut pengusiran Syeh Maulana Ishaq dari Blambangan. Perceraian terjadi. Dan waktu itu, Dewi Sekardhadhu tengah hamil tua. Keputusan untuk menceraikan Dewi Sekardhadhu dengan Syeh Maulana Ishaq ini diambil oleh Sang Adipati karena melihat stabilitas Kadipaten Blambangan yang semula tenang, lama-lama terpecah menjadi dua kubu. Kubu yang mengidolakan Syeh Maulana Ishaq dan kubu yang tetap menolak infiltrasi asing ke wilayah mereka. Kubu pertama tertarik pada ajaran Islam, sedangkan kubu kedua tetap tidak menyetujui masuknya Islam karena terlalu diskriminatif menurut mereka. Antar kerabat jadi terpecah belah, saling curiga dan tegang. Ini yang tidak mereka sukai.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Sepeninggal Syeh Maulana Ishaq, ternyata masalah belum usai. Kubu yang pro ulama Pasai ini, kini menantikan kelahiran putra sang Syeh yang tengah dikandung Dewi Sekardhadhu. Sosok Syeh Maulana Ishaq, kini menjadi laten bagi stabilitas Blambangan. Mendapati situasi ketegangan belum juga bisa diredakan, maka mau tak mau, Adipati Blambangan, dengan sangat terpaksa, memberikan anak Syeh Maulana Ishaq, cucunya sendiri kepada saudagar muslim dari Gresik. Anak itu terlahir laki-laki.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Dalam cerita rakyat dari sumber Islam, konon dikisahkan anak itu dilarung ketengah laut (meniru cerita Nabi Musa) dengan menggunakan peti. Konon ada saudagar muslim Gresik yang tengah berlayar. Kapal dagangnya tiba-tiba tidak bisa bergerak karena menabrak peti itu. Dan peti itu akhirnya dibawa naik ke geladak oleh anak buah sang saudagar. Isinya ternyata seorang bayi.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Sesungguhnya itu hanya cerita kiasan. Yang terjadi, saudagar muslim Gresik yang tengah berlayar di Blambangan diperintahkan untuk menghadap ke Kadipaten menjelang mereka hendak balik ke Gresik. Inilah maksudnya kapal tidak bisa bergerak. Para saudagar bertanya-tanya, ada kesalahan apa yang mereka buat sehingga mereka disuruh menghadap ke Kadipaten? Ternyata, di Kadipaten, Adipati Menak Sembuyu, dengan diam-diam telah mengatur pertemuan itu. Sang Adipati memberikan seorang anak bayi, cucunya sendiri, yang lahir dari ayah seorang muslim. Anak itu dititipkan kepada para saudagar anak buah saudagar kaya di Gresik yang bernama Nyi Ageng Pinatih, yang seorang muslim. Adipati Menak Sembuyu tahu telah menitipkan cucunya kepada siapa. Beliau yakin, cucunya akan aman bersama Nyi Ageng Pinatih. Hanya dengan jalan inilah, Blambangan dapat kembali tenang.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Putra Syeh Maulana Ishaq ini, lahir pada tahun 1452 Masehi.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Sekembalinya dari Blambangan, para saudagar ini menghadap kepada majikan mereka, Nyi Ageng Pinatih sembari memberikan oleh-oleh yang sangat berharga. Seorang anak bayi keturunan bangsawan Blambangan. Bahkan dia adalah putra Syeh Maulana Ishaq, sosok yang disegani oleh orang-orang muslim. Nyi Ageng Pinatih tidak berani menolak sebuah anugerah itu. Diambillah bayi itu, dianggap anak sendiri. Karena bayi itu hadir seiring kapal selesai berlayar dari samudera, maka bayi itu dinamakan Jaka Samudera oleh Nyi Ageng Pinatih.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Jaka Samudera dibawa menghadap ke Ampeldhenta menjelang usia tujuh tahun. Dia tinggal disana. Belajar agama dari Sunan Ampel.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Sunan Ampel yang tahu siapa Jaka Samudera yang sebenarnya dari Nyi Ageng Pinatih, maka sosok anak ini sangat dia perhatikan dan diistimewakan. Sunan Ampel menganggapnya anak sendiri.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Sunan Ampel, dari hasil perkawinannya dengan kakak kandung Adipati Tuban Arya Teja, memiliki delapan putra dan putri. Yang penting untuk diketahui adalah Makdum Ibrahim ( Nama Champa-nya : Bong- Ang : kelak terkenal dengan sebutan Sunan Benang. Lama-lama pengucapannya berubah menjadi Sunan Bonang ). Yang kedua Abdul Qasim, terkenal kemudian dengan nama Sunan Derajat. Yang ketiga Maulana Ahmad, yang terkenal dengan nama Sunan Lamongan, yang keempat bernama Siti Murtasi’ah, kelak dijodohkan dengan Jaka Samudera, yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Giri Kedhaton (Sunan Giri), yang kelima putri bernama Siti Asyiqah, kelak dijodohkan dengan Raden Patah ( Tan Eng Hwat ), putra Tan Eng Kian, janda Prabhu Brawijaya yang ada di Palembang itu.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Kekuatan Islam dibangun melalui tali pernikahan. Jaka Samudera, diberi nama lain oleh Sunan Ampel, yaitu Raden Paku. Kelak dia dikenal dengan nama Sunan Giri Kedhaton. Dia adalah santri senior. Sunan Ampel bahkan telah mencalonkan, mengkaderkan dia sebagai penggantinya kelak bila sudah meninggal.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Sunan Giri sangat radikal dalam pemahaman keagamannya. Setamat berguru dari Ampeldhenta, dia pulang ke Gresik. Di Gresik, dia menyatukan komunitas muslim disana. Dia mendirikan Pesantren. Terkenal dengan nama Pesantren Giri.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Namun dalam perkembangannya, Pesantren Giri memaklumatkan lepas dari kekuasaan Majapahit yang dia pandang Negara kafir. Pesantren Giri berubah menjadi pusat pemerintahan. Maka dikenal dengan nama Giri Kedhaton ( Kerajaan Giri ). Sunan Giri, mengangkat dirinya sebagi khalifah Islam dengan gelar Prabhu Satmata ( Penguasa Bermata Enam. Gelar sindiran kepada Deva Shiva yang cuma bermata tiga ).</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Mendengar Gresik melepaskan diri dari pusat kekuasan, Prabhu Brawijaya, sebagai Raja Diraja Nusantara yang sah, segera mengirimkan pasukan tempur untuk menjebol Giri Kedhaton. Darah tertumpah. Darah mengalir. Dan akhirnya, Giri Kedhaton bisa ditaklukkan. Kekhalifahan Islam bertama itu tidak berumur lama. Namun kelak, setelah Majapahit hancur oleh serangan Demak Bintara, Giri Kedhaton eksis lagi mulai tahun 1487 Masehi. ( Sembilan tahun setelah Majapahit hancur pada tahun 1478 Masehi ).</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Dari sumber Islam, banyak cerita yang memojokkan pasukan Majapahit. Konon Sunan Giri berhasil mengusir pasukan Majapahit hanya dengan melemparkan sebuah kalam atau penanya. Kalam miliknya ini katanya berubah menjadi lebah-lebah yang menyengat. Sehingga membuat puyeng atau munyeng para prajurid Majapahit. Maka dikatakan, ‘kalam’ yang bisa membuat ‘munyeng’ inilah senjata andalan Sunan Giri. Maka dikenal dengan nama ‘Kalamunyeng’. Sesungguhnya, ini hanya kiasan belaka. Sunan Giri, melalui tulisan-tulisannya yang mengobarkan semangat ke-Islam-an, mampu mengadakan pemberontakan yang sempat ‘memusingkan’ Majapahit.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Namun, karena Sunan Ampel meminta pengampunan kepada Prabhu Brawijaya, Sunan Giri tidak mendapat hukuman. Tapi gerak-geriknya, selalu diawasi oleh Pasukan Telik Sandhibaya ( Intelejen ) Majapahit. Inilah kelemahan Prabhu Brawijaya. Terlalu meremehkan bara api kecil yang sebenarnya bisa membahayakan.</span></div><span lang="IN"> <br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN">Sabdo Palon dan Naya Genggong sudah mengingatkan agar seorang yang bersalah harus mendapatkan sangsi hukuman. Karena itulah kewajiban yang merupakan sebuah janji seorang Raja. Salah satu kewajiban menjalankan janji suci sebagai AGNI atau API, yang harus mengadili siapa saja yang bersalah. Janji ini adalah satu bagian integral dari tujuh janji yang lain, yaitu ANGKASHA (Ruang), Raja harus memberikan ruang untuk mendengarkan suara rakyatnya, VAYU (Angin), Raja harus mampu mewujudkan pemerataan kesejahteraan kepada rakyatnya bagai angin, AGNI (Api), Raja harus memberikan hukuman yang seadil-adilnya kepada yang bersalah tanpa pandang bulu bagai api yang membakar, TIRTA (Air), Raja harus mampu menumbuhkan kesejahteraan perekonomian bagi rakyatnya bagaikan air yang mampu menumbuhkan biji-bijian, PRTIVI (Tanah), Raja harus mampu memberikan tempat yang aman bagi rakyatnya, menampung semuanya, tanpa ada diskriminasi, bagaikan tanah yang mau menampung semua manusia, SURYA (Matahari), Raja harus mampu memberikan jaminan keamanan kepada seluruh rakyat tanpa pandang bulu seperti Matahari yang memberikan kehidupan kepada mayapada, CHANDRA (Bulan ), Raja harus mampu mengangkat rakyatnya dari keterbelakangan, dari kebodohan, dari kegelapan, bagaikan sang rembulan yang menyinari kegelapan dimalam hari, dan yang terakhir adalah KARTIKA (Bintang), Raja harus mampu memberikan aturan-aturan hukum yang jelas, kepastian hukum bagi rakyat demi kesejahteraan, kemanusiaan, keadilan, bagaikan bintang gemintang yang mampu menunjukkan arah mata angin dengan pasti dikala malam menjalang. Inilah DELAPAN JANJI RAJA yang disebut ASTHAVRATA (Astobroto ; Jawa ). Dan menurut Sabdo Palon dan Naya Genggong, Prabhu Brawijaya telah lalai menjalankan janji sucinya sebagai AGNI.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> </span></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span lang="IN">Mendapati kondisi memanas seperti itu, Sunan Ampel mengeluarkan sebuah fatwa, Haram hukumnya menyerang Majapahit, karena bagaimanapun juga Prabhu Brawijaya adalah Imam yang wajib dipatuhi. Setelah keluar fatwa dari pemimpin Islam se-Jawa, konflik mulai mereda.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Namun bagaimanapun juga, dikalangan orang-orang Islam diam-diam terbagi menjadi dua kubu. Yaitu kubu yang mencita-citakan berdirinya Kekhalifahan Islam Jawa, dan kubu yang tidak menginginkan berdirinya Kekhalifahan itu. Kubu kedua ini berpendapat, dalam naungan Kerajaan Majapahit, yang notabene Shiva Buddha, ummat Islam diberikan kebebasan untuk melaksanakan ibadah agamanya. Bahkan, syari’at Islam pun boleh dijalankan didaerah-daerah tertentu.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Kubu pertama dipelopori oleh Sunan Giri, sedangkan kubu kedua dipelopori oleh Sunan Kalijaga, putra Adipati Tuban Arya Teja, keponakan Sunan Ampel. Kubu Sunan Giri mengklaim, bahwa golongan mereka memeluk Islam secara kaffah, secara bulat-bulat, maka pantas disebut PUTIHAN (Kaum Putih). Dan mereka menyebut kubu yang dipimpin Sunan Kalijaga sebagai ABANGAN (Kaum Merah).</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Bibit perpecahan didalam orang-orang Islam sendiri mulai muncul. Hal ini hanya bagaikan api dalam sekam ketika Sunan Ampel masih hidup. Kelak, ketika Majapahit berhasil dijebol oleh para militant Islam dan ketika Sunan Ampel sudah wafat, kedua kubu ini terlibat pertikaian frontal yang berdarah-darah ( Yang paling parah dan memakan banyak korban, sampai-sampai para investor dari Portugis melarikan diri ke Malaka dan menceritakan di Jawa tengah terjadi situasi chaos dan anarkhis yang mengerikan, adalah pertikaian antara Arya Penangsang, santri Sunan Kudus, penguasa Jipang Panolan dari kubu Putihan dengan Jaka Tingkir atau Mas Karebet, santri dari Sunan Kalijaga, penguasa Pajang dari kubu Abangan. Nanti akan saya ceritakan : Damar Shashangka ).</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Berdirinya Ponorogo</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Ki Ageng Kutu, Adipati Wengker, sebenarnya masih keturunan bangsawan Majapahit. Beliau masih keturunan Raden Kudha Merta, ksatria dari Pajajaran yang melarikan diri bersama Raden Cakradhara. Raden Kudha Merta berhasil menikah dengan Shri Gitarja, putri Raden Wijaya, Raja Pertama Majapahit. Sedangkan Raden Cakradhara berhasil menikahi Tribhuwanatunggadewi, kakak kandung Shri Gitarja.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Dari perkawinan antara Raden Cakradhara dengan Tribhuwanatunggadewi inilah lahir Prabhu Hayam Wuruk yang terkenal itu. Sedangkan Raden Kudha Merta, menjadi penguasa daerah Wengker, yang sekarang dikenal dengan nama Ponorogo.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Ki Ageng Kutu adalah keturunan dari Raden Kudha Merta dan Shri Gitarja.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Melihat Majapahit, dibawah pemerintahan Prabhu Brawijaya bagaikan harimau yang kehilangan taringnya, Ki Ageng Kutu, memaklumatkan perang dengan Majapahit.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Prabhu Brawijaya atau Prabhu Kertabhumi menjawab tantangan Ki Ageng Kutu dengan mengirimkan sejumlah pasukan tempur Majapahit dibawah pimpinan Raden Bathara Katong, putra selir beliau.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Peperangan terjadi. Pasukan Majapahit terpukul mundur. Hal ini disebabkan, banyak para prajurid Majapahit yang membelot dari kesatuannya dan memperkuat barisan Wengker. Pasukan yang dipimpin Raden Bathara Katong kocar-kacir.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Raden Bathara Katong yang merasa malu karena telah gagal menjalankan tugas Negara, konon tidak mau pulang ke Majapahit. Dia bertekad, bagaimanapun juga, Wengker harus ditundukkan. Inilah sikap seorang Ksatria sejati.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Ada seorang ulama Islam yang tinggal di Wengker yang mengamati gejolak politik itu. Dia bernama Ki Ageng Mirah. Situasi yang tak menentu seperti itu, dimanfaatkan olehnya. Dia mendengar Raden Bathara Katong tidak pulang ke Majapahit, dia berusaha mencari kebenaran berita itu. Dan usahanya menuai hasil. Dia berhasil menemukan tempat persembunyian Raden Bathara Katong.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Dia menawarkan diri bisa memberikan solusi untuk menundukkan Wengker karena dia sudah lama tinggal disana. Raden Bathara Katong tertarik. Namun diam-diam, Ki Ageng Mirah, menanamkan doktrin ke-Islam-an dibenak Raden Bathara Katong. Jika ini berhasil, setidaknya peng-Islam-an Wengker akan semakin mudah, karena Raden Bathara Katong mempunyai akses langsung dengan militer Majapahit. Jika-pun tidak berhasil membuat Raden Bathara Katong memeluk Islam, setidaknya, kelak dia tidak akan melupakan jasanya telah membantu memberitahukan titik kelemahan Wengker. Dan bila itu terjadi, Ki Ageng Mirah pasti akan menduduki kedudukan yang mempunyai akses luas menyebarkan Islam di Wengker.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Dan ternyata, Raden Bathara Katong tertarik dengan agama baru itu.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Selanjutnya, Ki Ageng Mirah mengatur rencana. Raden Bathara Katong harus pura-pura meminta suaka politik di Wengker. Raden Bathara Katong harus mengatakan untuk memohon perlindungan kepada Ki Ageng Kutu. Dia harus pura-pura membelot dari pihak Majapahit.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Ki Ageng Kutu pasti akan menerima pengabdian Raden Bathara Katong. Ki Ageng Kutu pasti akan senang melihat Raden Bathara Katong telah membelot dan kini berada di fihaknya. Manakala rencana itu sudah berhasil, Raden Bathara Katong harus mengutarakan niatnya untuk mempersunting Ni Ken Gendhini, putri sulung Ki Ageng Kutu sebagai istri. Mengingat status Raden Bathara Katong sebagai seorang putra Raja Majapahit, lamaran itu pasti akan disambut gembira oleh Ki Ageng Kutu..</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Dan bila semua rencana berjalan mulus, Raden Bathara Katong harus mampu menebarkan pengaruhnya kepada kerabat Wengker. Dia harus jeli dan teliti mengamati titik kelemahan Wengker. Ni Ken Gendhini, putri Ki Ageng Kutu bisa dimanfaatkan untuk tujuan itu.</span></div><span lang="IN"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IN"> Bila semua sudah mulus berjalan, dan bila waktunya sudah tepat, maka Raden Bathara Katong harus sesegera mungkin mengirimkan utusan ke Majapahit untuk meminta pasukan tempur tambahan.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Bila semua berjalan lancar, Wengker pasti jatuh!</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Raden Bathara Katong melaksanakan semua rencana yang disusun Ki Ageng Mirah. Dan atas kelihaian Raden Bathara Katong, semua berjalan lancar.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Ki Ageng Kutu, yang merasa masih mempunyai hubungan kekerabatan jauh dengan Raden Bathara Katong, dengan suka rela berkenan memberikan suaka politik kepadanya. Ditambah, ketika Raden Bathara Katong mengutarakan niatnya untuk mempersunting Ni Ken Gendhini, Ki Ageng Kutu serta merta menyetujuinya.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Rencana bergulir. Umpan sudah dimakan. Tinggal menunggu waktu.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Ni Ken Gendhini mempunyai dua orang adik laki-laki, Sura Menggala dan Sura Handaka. ( Sura Menggala = baca Suromenggolo, sampai sekarang menjadi tokoh kebanggaan masyarakat Ponorogo. Dikenal dengan nama Warok Suromenggolo : Damar Shashangka).</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Ni Ken Gendhini dan Sura Menggala berhasil masuk pengaruh Raden Bathara Katong, sedangkan Sura Handaka tidak.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Raden Bathara Katong berhasil mengungkap segala seluk-beluk kelemahan Wengker dari Ni Ken Gendhini. Inilah yang diceritakan secara simbolik dengan dicurinya Keris Pusaka Ki Ageng Kutu, yang bernama Keris Kyai Condhong Rawe oleh Ni Ken Gendhini dan kemudian diserahkan kepada Raden Bathara Katong.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Condhong Rawe hanya metafora. Condhong berarti Melintang (Vertikal) dan Rawe berarti Tegak ( Horisontal). Arti sesungguhnya adalah, kekuatan yang tegak dan melintang dari seluruh pasukan Wengker, telah berhasil diketahui secara cermat oleh Raden Bathara Katong atas bantuan Ni Ken Gendhini. Struktur kekuatan militer ini sudah bisa dibaca dan diketahui semuanya.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Dan manakala waktu sudah dirasa tepat, dengan diam-diam, dikirimkannya utusan kepada Ki Ageng Mirah. Utusan ini menyuruh Ki Ageng Mirah, atas nama Raden Bathara Katong, memohon tambahan pasukan tempur ke Majapahit.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Mendapati kabar Raden Bathara Katong masih hidup, Prabhu Brawijaya segera memenuhi permintaan pengiriman pasukan baru.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Majapahit dan Wengker diadu! Majapahit dan Wengker tidak menyadari, ada pihak ketiga bermain disana! Ironis sekali.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Peperangan kembali pecah. Ki Ageng Kutu yang benar-benar merasa kecolongan, dengan marah mengamuk dimedan laga bagai bantheng ketaton, bagai banteng yang terluka. Demi Dharma, dia rela menumpahkan darahnya diatas bumi pertiwi. Walau harus lebur menjadi abu, Ki Ageng Kutu, beserta segenap pasukan Wengker, maju terus pantang mundur!</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Namun bagaimanapun, seluruh struktur kekuatan Wengker telah diketahui oleh Raden Bathara Katong. Pasukan Wengker, yang terkenal dengan nama Pasukan Warok itu terdesak hebat! Namun, Ki Ageng Kutu beserta seluruh pasukannya telah siap untuk mati. Siap mati habis-habisan! Siap menumpahkan darahnya diatas hamparan pangkuan ibu pertiwi! Dengan gagh berani, pasukan ksatria ini terus merangsak maju, melawan pasukan Majapahit.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Banyak kepala pasukan Majapahit yang menangis melihat mereka harus bertempur dengan saudara sendiri. Banyak yang meneteskan air mata, melihat mayat-mayat prajurid Wengker bergelimpangan bermandikan darah. Dan pada akhirnya, Wengker berhasil dijebol. Wengker berhasil dihancurkan!</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Darah menetes! Darah membasahi ibu pertiwi. Darah harum para ksatria sejati yang benar-benar tulus menegakkan Dharma! Alam telah mencatatnya! Alam telah merekamnya!</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Kabar kemenangan itu sampai di Majapahit. Namun, Prabhu Brawijaya berkabung mendengar kegagahan pasukan Wengker. Mendengar kegagahan Ki Ageng Kutu. Seluruh Pejabat Majapahit berkabung. Sabdo Palon dan Naya Genggong berkabung. Kabar kemenangan itu membuat Majapahit bersedih, bukannya bersuka cita.</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Para pejabat Majapahit menagis sedih melihat sesama saudara harus saling menumpahkan darah karena campur tangan pihak ketiga, karena disebabkan adanya pihak ketiga. Ki Ageng Kutu adalah seorang Ksatria yang gagah berani. Ki Ageng Kutu adalah salah satu sendi kekuatan militer Majapahit. Kini, Ki Ageng Kutu harus gugur ditangan pasukan Majapahit sendiri. Betapa tidak memilukan!</span><br />
<span lang="IN"> </span><br />
<span lang="IN"> Kadipaten Wengker kini dikuasai oleh Raden Bathara Katong. Surat pengukuhan telah diterima dari pusat. Dan Wengker lantas dirubah namanya menjadi Kadipaten Ponorogo. Wengker yang Shiva Buddha, kini telah berhasil menjadi Kadipaten Islam.</span></div><span lang="IN"> </span></div>Paguyuban Majapahidhttp://www.blogger.com/profile/13231566282126196255noreply@blogger.com0