Sabtu, 03 Maret 2012

KE-HINDUANMU SEMENTARA ATAU SELAMANYA?

Lamun sira nggegulang agami
Werdinen den bontos
Ywa kasengsem katrem ing ilmune
Upacara lan susilaneki
Kudu den lakoni
Kanthi setya tuhu

Bila engkau mempelajari agama Pelajariah secara mendalam Jangan hanya menyenangi ilmu, Upacara dan ajaran kesusilaannya Namun harus wajib kau jalankan dengan sepenuh hati.

Itulah sepenggal wirama mijil dalam bahasa Jawa yang mengajarkan umat Hindu agar tidak hanya mengetahui agama yang dianut dari pandangan luarnya saja. Kita sebagai umat Hindu tentu tidak mau dibilang sebagai umat Hindu yang “Hindu-Hinduan” atau juga sebagai umat yang beragama Hindu KTP.

Ke-Hinduan bukanlah sekedar agama yang dibutuhkan untuk bisa mencapai hidup yang tertib dan sejahtera. Ke-Hinduan juga bukan hanya obat yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah dan kesusahan. Bukan pula sebagai tempat seseorang yang hanya merintih, meminta dan meminta pertolongan dari Tuhan ketika mereka mendapatkan kesusahan. Sesungguhnya ke-Hinduan adalah suatu kepercayaan diri seseorang yang menyangkut hidup atau mati selama-lamanya. Ke-Hinduan bukanlah barang yang dapat kita jual belikan atau kita tukar dengan “barang lainnya” secara sembarangan. Ketika kita menerima nama Brahman atau Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Tuhan dan Sumber dari segala kehidupan kita, maka saat itulah kita masuk dalam kehidupan yang sama sekali baru, yaitu suatu kehidupan yang berdasarkan iman di dalam agama Hindu. Umat sedharma, marilah kita instrospeksi diri. Apakah kita tetap di dalam ke-Hinduan dan menyerahkan sepenuhnya kepada Brahman, ataukah semangat hidup kita dalam ke-Hinduan ini mulai pudar oleh keadaan yang kita alami?

Pindah agama bukan merupakan suatu hal yang dapat memecahkan suatu masalah. Orang yang pindah agama adalah orang yang hanya ingin menciptakan kepuasan pikiran sesaat. Banyak hal yang mendasari seseorang pindah agama.


Banyak pengalaman yang saya dapatkan dari lingkungan saya. Banyak teman teman saya yang awalnya beragama Hindu kemudian pindah ke agama lain dikarenakan faktor pernikahan, ekonomi dan karena sedikitnya pengetahuan tentang Hindu. Ada sebuah cerita , sahabat saya dulu beragama Hindu dan kemudian pindah agama dikarenakan oleh faktor ekonomi. Pada suatu saat tepatnya tahun 1999, yang pada saat tersebut keadaan negara belum stabil. Untuk mencari pekerjaan pun sangat susah. Sahabat saya melamar pekerjaan ke sebuah perusahaan di kota Solo. Pemilik perusahaan tersebut adalah seorang pengusaha yang non -Hindu. Suatu ketika sahabat saya tersebut mendapatkan panggilan untuk tes wawancara. Dalam tes wawancara tersebut dia diberikan sebuah pertanyaan” Apakah Anda Muslim?”. Kemudian tentu dia menjawab “ Saya Beragama Hindu”. Setelah itu sang penguji yang tak lain adalah pemilik perusahaan tersebut, berkata” Kamu akan aku terima sebagai karyawan jika kamu mau ikut agama saya”. Teman saya kemudian mulai ada kebimbangan dalam pikirannya dan lama mempertimbangkan tawaran tersebut.

Dalam pikirannya mulai terbayang oleh keadaan anak dan istrinya yang hidup serba pas-pasan. Makan pun tidak bisa 3 kali sehari. Anak-anaknya pun sudah beberapa minggu tidak sekolah dikarenakan biaya sekolahnya belum dibayar. Setelah beberapa menit mempertimbangkan dan terjadi pergolakan dalam pikirannya,kemudian dia menjawab” ya, saya akan pindah “. Mengapa dia mau pindah agama? alasannya adalah sepele. Karena dia ingin makan dan menghidupi keluarganya. Dia bilang dengan agama Hindu yang dia anut tidak akan membuat “perut” dia, anak dan istrinya bisa kenyang. Sungguh ironis ,bukan?

Ada lagi cerita yang lain, ini juga tentang sahabat saya yang dulu satu sekolah. Dia dulu adalah aktifis muda Hindu di desa kami. Awalnya,dia aktif di kegiatan keagamaan baik Peradah maupun lainnya. Satu saat dia juga kemudian pindah agama, namun dilatarbelakangi oleh faktor lain yaitu pernikahan. Ceritanya demikian, suatu ketika dia mempunyai pacar yang beragama non-Hindu. Mereka sudah lama berpacaran dan seluruh anggota keluarganya saling mengenal. Dia sudah mulai tidak mengikuti kegiatan keagamaan di Peradah lagi. Suatu ketika saya bertemu dengannya, sebagai seorang sahabat lama tentu saya menanyakan keadaan dan mengapa sekarang jarang mengikuti kegiatan di Peradah. Ternyata dia sudah pindah agama! Saya sebagai sahabat tentu dalam hati merasa kecewa karena dia sahabat yang dulu selalu aktif dalam kegiatan Hindu, mengapa masih bisa pindah agama? Apa yang salah? Ternyata alasannya adalah karena pacarnya akan memutuskan hubungannya jika dia tidak mau pindah agama. Sebagai anak muda yang sudah “ Cinta dan Sayang” tentu dia tidak mau diputus. Akhirnya dia menuruti keinginan pacarnya walaupun mungkin dalam pikirannya masih percaya dengan agama Hindu. Singkat kata keputusannya adalah hanya untuk membuat orang yang ia cintai menjadi “ Puas”. Setelah beberapa bulan berpacaran, akhirnya dia menikahi pacarnya dengan tata cara agama dia yang baru. Berselang lima bulan, saya melihat tidak ada perubahan sikap misalnya bersembahyang  atau mengikuti kegiatan agamanya. Dia merasa binggung. Apakah mungkin dia merasa binggung karena harus belajar lagi, beradaptasi lagi dengan agamanya yang baru? Sungguh sayang, bukan? Hanya untuk memuaskan seseorang, dia rela berkorban walaupun dia merasa tidak nyaman.

Ibaratnya “ Hujan Setahun dihapus oleh Panas sehari ”. Dia yang selama 25 tahun mempelajari agama Hindu kemudian dia harus mengulangi lagi kehidupannya dari angka Nol lagi. Dia harus mempelajari kitab sucinya yang baru dari awal dan beradaptasi dengan lingkungan barunya. Pada hal, hidup ini bukan hanya untuk mengurusi satu hal saja. Menurut saya, sungguh-sungguh membuang-buang waktu. Oleh karena itu umat se-dharma,Mulai saat ini kita senantiasa memupuk kebanggaan sebagai agama kita “Hindu”. Intinya adalah               “ Ngakoni lan Ngelakoni”. Ngakoni  atau Mengakui. Kita harus mengakui dan dengan tegas mengatakan : “ Saya beragama Hindu”. Janganlah minder ketika ditanya oleh umat lain tentang apa agama kita. Setelah kita mengakui, barulah kita Ngelakoni atau Melakukan. Melakukan apa yang diajarkan oleh kitab suci Weda.  Buatlah pondasi yang kuat agar bagunan yang akan kita bangun tidak akan terobohkan. 

Untuk mengobati penyakit-penyakit seperti contoh di atas, ada 5 obat yang harus segera diminum antara lain:

1. Tablet : Aktif anti Hayal
Jadilah orang yang aktif berusaha memperbaiki diri sendiri dan keadaan di sekeliling kita. Jangan 100 % percaya pada khayalan akan datangnya Sabdopalon Naya Gengong. Percayalah pada tindakan yang kita lakukan. Kalo kita berjuang aktif, pasti ada hasilnya meskipun sedikit. Syukur kalo banyak. Jadi kalo mau agama Hindu besar lagi, ya harus aktif berjuang demi kebesaran Hindu. Ayo bangun... sadar... ayo berjuang....
 
2. Tablet hisap anti berkelit
Jadikan fakta yang ada sebagai bahan studi dan perbandingan. Analisa dengan baik sehingga akan ditemukan jalan penanggulangannya. Hadapi  persoalan dengan berani, sepahit apapun persoalan itu. Semakin kita berkelit akan semakin jauh dari jalan keluar.Belajarlah untuk mendengarkan ajaran agama walaupun itu datangnya dari tetangga sendiri. Semakin banyak anda mau mendengar maka semakin banyak yang bisa kita serap dan kita gunakan untuk menekan ego. Dari gemar mendengar kita transformasikan menjadi gemar berbuat. Pasti dah hasilnya akan luar biasa. Kalau kita tidak pernah mau mendengarkan orang lain, maka jangan harap kita akan didengar oleh orang lain.
3. Tablet Vitamin pelawan “sok pintar”
Jangan sok pintar tetapi selalulah belajar untuk menjadi pintar. Karena orang pintar akan bisa mengajari diri sendiri dan bisa berbagi ilmu dengan orang lain. Dan yang jelas tidak akan dibodohi orang lain terlebih lebih dalam urusan agama. Berhentilah kelewat bangga karena lahir dari keluarga Hindu sampai sampai lupa belajar agama Hindu. Selalulah berfikir bahwa selama masih ada kesempatan harus digunakan untuk belajar dan belajar. Kalo ada guru lebih baik, kalo gak ada ya belajar secara otodidak. Pokoknya no time tanpa belajar. Hidup belajar..... ..

4. Salep pemusnah pamer.
Agama itu untuk dilaksanakan dengan semangat spirit ual. Pamer hanya akan menjauhkan diri dari tujuan yang sebenarnya. Bahkan lebih banyak negatif ketimbang positifnya. Sederhanalah dalam segenap kegiatan agama, niscaya akan lebih bersahaja dan bermakna.

5. Tablet Vitamin penambah kebanggaan
Hindu adalah agama yang paling tua. Semakin tua,  semakin banyak pengalaman yang diambil, banyak  ajaran yang dapat dijadikan pedoman hidup. Coba kita hitung berapa banyak kitab dalam agama Hindu. Intinya adalah Kita harus mencintai agama kita dan melaksanakan ajaran yang ada dengan penuh kesucian.
Semoga tulisan ini bermanfaat. ( Arya).



2 komentar:

http://kebangkitan-hindu.blogspot.com mengatakan...

Hindu Forever
jalankan Dharma Hindu dan lakukan apa yang mesti kita lakukan untuk mencapai Generasi Hindu yang mumpuni.

kebangkitan-hindu

Eko Darsono mengatakan...

Berkaryalah untuk hindu demi kelangsungan hindu di jagat raya ini.

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons