Lamun sira nggegulang agami
Werdinen den bontos
Ywa kasengsem katrem ing ilmune
Upacara lan susilaneki
Kudu den lakoni
Kanthi setya tuhu
Bila engkau mempelajari agama Pelajariah secara mendalam Jangan hanya menyenangi ilmu, Upacara dan ajaran kesusilaannya Namun harus wajib kau jalankan dengan sepenuh hati.
Itulah sepenggal wirama mijil dalam bahasa Jawa yang mengajarkan umat Hindu agar tidak hanya mengetahui agama yang dianut dari pandangan luarnya saja. Kita sebagai umat Hindu tentu tidak mau dibilang sebagai umat Hindu yang “Hindu-Hinduan” atau juga sebagai umat yang beragama Hindu KTP.
Ke-Hinduan bukanlah sekedar agama yang dibutuhkan untuk bisa mencapai hidup yang tertib dan sejahtera. Ke-Hinduan juga bukan hanya obat yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah dan kesusahan. Bukan pula sebagai tempat seseorang yang hanya merintih, meminta dan meminta pertolongan dari Tuhan ketika mereka mendapatkan kesusahan. Sesungguhnya ke-Hinduan adalah suatu kepercayaan diri seseorang yang menyangkut hidup atau mati selama-lamanya. Ke-Hinduan bukanlah barang yang dapat kita jual belikan atau kita tukar dengan “barang lainnya” secara sembarangan. Ketika kita menerima nama Brahman atau Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Tuhan dan Sumber dari segala kehidupan kita, maka saat itulah kita masuk dalam kehidupan yang sama sekali baru, yaitu suatu kehidupan yang berdasarkan iman di dalam agama Hindu. Umat sedharma, marilah kita instrospeksi diri. Apakah kita tetap di dalam ke-Hinduan dan menyerahkan sepenuhnya kepada Brahman, ataukah semangat hidup kita dalam ke-Hinduan ini mulai pudar oleh keadaan yang kita alami?
Pindah agama bukan merupakan suatu hal yang dapat memecahkan suatu masalah. Orang yang pindah agama adalah orang yang hanya ingin menciptakan kepuasan pikiran sesaat. Banyak hal yang mendasari seseorang pindah agama.