Sabtu, 05 November 2011

HIDUP ADALAH KERJA


Manusia secara kodrat mempunyai kemampuan yang lebih bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Kita dikaruniai sabda, bayu, dan idep. Ini yang membedakan dengan makhluk lain. Dengan kelebihan ini seharusnya manusia mau melakukan kerja sebagai swadharma sebagai makhluk yang dinamis. Memuja Tuhan tidak hanya dengan mencakupkan kedua tangan kita di pura. Dengan bekerja tanpa mengharapkan hasil juga dapat dikatakan memuja Tuhan. Jika kita seorang rohaniawan maka berilah pencerahan kepada masyarakat, jika seorang seniman maka mari kita hasilkan karya seni yang indah, dan jika kita seorang petani jadilah petani yang sejati yang ulung. Dan jika  seorang pelajar maka jadilah pelajar yang berprestasi. Kita tidak boleh menghindar dari kerja. Waktu tidak dapat terulang sehingga kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya.

Dalam Bhagavadgita III. 5 dijelaskan: Walaupun untuk sesaat jua tidak seorangpun untuk tidak berbuat, karena setiap manusia dibuat tidak berdaya oleh hukum alam, yang memaksanya bertindak. Selanjutnya dalam Bhagavadgita V. 10 dijelaskan: Mereka yang mempersembahkan semua kerjanya kepada Brahman, berbuat tanpa motif keingiunan apa-apa, tidak terjamah oleh dosa papa, laksana daun teratai dengan air. Sloka tersebut tidak mengajarkan kepada kita untuk menjadi bodoh. Misalnya ada orang bertanya, apakah anda mau kerja sebagai karyawan pabrik tidak digaji? Bukan seperti ini maksudnya. Artinya dipikirkan tidak dipikirkan, dipusingkan dan tidak dipusingkan seorang  karyawan pasti menerima gaji setiap bulan. Jika kita bekerja maka hasil itu akan mengikuti dengan sendirinya, jadi mengapa harus dipusingkan?

Umat Se-dharma yang berbahagia, dalam agama Hindu dijelaskan konsep Catur warna yang  pernah disalah artikan sebagai  system kasta.  Pemahaman yang benar tentang Catur Warna adalah sistem pembagian kerja berdasarkan keahlian masing-masing. Semua mempunyai  swadharma masing-masing. Tidak ada pembedaan  disini. Walaupun profesi kita sebagai tukang sapu di pura pahala sama dengan seorang pemangku jika orang tersebut mau melakukan tugasnya dengan benar. Lakukan swadharma masing-masing dengan benar. Seperti dijelaskan dalam  Bhagavadgita III.35 dijelaskan:

Sreyan svadharmo vigunah
Paradharmat svanusththitat
Savadharme nidhanam sreyah
Paradharmo bhayavahah

Artinya:

Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna  dari pada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri dari pada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya.

Dalam Sloka tersebut memberikan wejangan kepada kita sebagai umat Hindu untuk mengerti apa sebenarnya tugas yang harus kita lakukan dalam sebuah profesi yang kita miliki. Sebagai contoh Seorang pelajar harus belajar karena itu swadharmanya, jika tidak dia akan akan hancur (tidak naik kelas atau nilainya jelek)seorang penunggu pura misalnya jika dia tidak nyapu maka bisa jadi dia dimarahi umat atau ketua otoritanya.

Demikianlah pentingnya kita bekerja tanpa mengaharapkan hasil. Lakukan swadharma kita masing-masing, jangan melakukan swadharma orang lain. Kita harus ikut memutar roda kehidupan karena dalam sastra suci dijelaskan bahwa barang siapa tidak bekerja maka dia dianggap berdosa karena lalai dengan kewajiban dan dia tidak akan mencapai kebahagian di dunia dan moksa. 
Demikianlah wacana dharma ini kami tulis, mudah-mudahan ibermanfaat bagi kita semua, dan memberi pemahaman yang benar bagi kita tentang  pelaksanaan kerja. semoga Tuhan selalu menyertai kita semua. 

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons