Manusia hidup di dunia dibekali dengan sabda, bayu dan idep. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya. Manusia bisa berkembang dan menghasilkan peradaban yang tinggi. Dalam kehidupannya manusia mempunyai sifat dan karakter yang berbeda, ada yang baik dan ada yang buruk. Dan merubah sifat seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi terkadang sifat manusia bisa berubah cepat, dari yang tadinya baik menjadi jahat, dan dari yang tadinya jahat menjadi baik. Manusia yang tadinya dengan latar belakang serba kekurangan setelah dia sukses dengan jalan yang tidak benar maka sesudah itu dia akan menjadi sombong, tetapi jika dengan jalan yang benar tidak sedikit yang sangat rendah hati dan mau ingat sewaktu susah. Ibarat pepatah kacang lupa akan kulitnya. Manusia sebenarnya diberi kesempatan yang sebesar-besarnya untuk memperbaiki kesalahanya, tetapi banyak yang tidak menayadarinya, Jika seseorang itu kaya dan mendadak pada suatu hari dia kehilangan barang maka sesungguhnya itu pelajaran supaya dia tidak pelit dengan sesama.
Kesombongan adalah sifat alami manusia yang melekat pada manusia sebagai sifat asli manusia. Setiap orang pasti mepunyai sifat kesombongan, tergantung seberapa kuat dia mengendalikannya. Jika dia terlarut dalam lautan kesombongan maka dia sendiri yang terhempas kemudian tergulung, tenggelam bersama ombak. Pada kesempatan ini penulis akan mengambil sebuah cerita pada masa lalu, di mana kita akan dapat mengambil hikmahnya.
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pertapa yang sangat rendah hati, selalu memuja kebesaran Tuhan, Hari demi hari terus berlalu. Beliau mempunyai seorang murid perempuan yang sangat baik yang bernama Sucita Dewi. Setiap hari Sang Gadis belajar dengan tekun baik sastra kitab suci, yoga Samadhi, ilmu pengobatan dan, ilmu tentang kemasyarakatan. Setelah selesai belajar sang gadis selalu mengantarkan susu perahan kepada pertapa di seberang sungai. Dia menyeberangi sungai itu dengan perahu sampan yang sangat sederhana, sehingga jika ada banjir besar tidak akan bisa dipakai.
Pada musim kemarau, Sang Gadis menyeberangi sungai itu tidak mengalami kesulitan. Tetapi manakala musim kemaru berakhir dan musim hujan datang, terjadilah banjir yang besar. Pada sustu hari air sungai bertambah besar sehingga sang gadis terpaksa tidak mengirim susu. Kemudian dia pulang dan menceritakan semua kejadian itu kepada gurunya.Gurunya tertegun dan akhirnya dia berkata: “Aku akan memberikan sebuah mantra yang pendek yang membuat kamu tidak akan tenggelam ke dalam air dan kamu bisa berjalan di atas air, tetapi satu syarat kamu harus berbhakti padanya dan meyakininya”. Kemudian sang Brahmana pergi dan sang gadis mempelajari mantra itu.
Pada pagi yang cerah seperti biasa sang gadis pergi ke seberang sungai untuk mengantar susu sapi, pagi itu cuaca cerah,dan air sangat tenang. Sehingga dia yakin dia akan bisa mengirim susu itu. Tetapi kenyataan berbicara lain. Perahu yang biasa digunakan rusak dan hancur akibat banjir semalam. Kemudian dia lama termenung dan sedih. Mendadak dia teringat dengan sebuah mantra yang diajarkan oleh gurunya. Dengan penuh keyakinan sang gadis memejamkan mata dan berjalan di atas membawa susu sampai ke seberang sungai. Dan apa yang terjadi? Ajaib sekali gadis itu dapat menyeberanginya. Kemudian dia pulang dan menceritakan semua kejadian kepada gurunya. Gurunya tidak percaya dan menuduh sang gadis ber bohong, akhirnya Sang Brahmana pergi ke sungai untuk membuktikan ilmunya itu. Mereka berjalan ke seberang sungai. Karena Sang Brahmana sombong dan meragukan mantranya sendiri maka tubuh sang Brahmana tenggelam sebagian, dan Sucita Dewi, sang gadis yang rendah hati dapat berjalan dengan mudah menyeberangi sungai. Ini membuktikan bahwa setinggi-tinggi apapun ilmu dan derajat mereka maka jika mereka sombong, maka mereka juga akan jatuh oleh kesombongannya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar